Proyek Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan Terus Dikembangkan

NERACA

Jakarta – PT Pertamina (Persero) mulai mengembangkan proyek pembuatan bahan bakar penerbangan berkelanjutan dengan memanfaatkan minyak jelantah (used cooking oil/UCO) sebagai upaya mewujudkan energi hijau sekaligus mendukung kemandirian energi nasional.

Program ditandai dengan Penandatanganan dan Kick Off Ekosistem Pengembangan Sustainable Aviation Fuel Pertamina di PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap, Jawa Tengah.

Penandatanganan dan kick off tersebut dilakukan Direktur Utama KPI Taufik Aditiyawarman dengan sejumlah direksi Pertamina Group seperti PT Pertamina Patra Niaga dan PT Pelita Air Service serta disaksikan Direktur Strategi Portofolio dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero) Salyadi Dariah Saputra.

Kegiatan juga disertai kunjungan ke Bank Sampah Beo Asri, Kelurahan Tegalreja, Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap.

Saat mengunjungi Bank Sampah Beo Asri, Taufik mengatakan pihaknya ingin melihat bagaimana proses pengumpulan minyak jelantah dari masyarakat.

"Kemudian bagaimana warga ataupun nasabah itu mendapatkan kompensasi dari minyak jelantah karena ada kaitannya rencana kami untuk uji coba pengolahan minyak jelantah menjadi Bioavtur berbasis used cooking oil," kata, mengutip laman Antara.

Taufik mengharapkan minyak jelantah dari masyarakat ke depannya dapat menjadi salah satu bahan baku yang dapat menjamin keberlangsungan bahan baku di Kilang Cilacap, juga membantu ekonomi sirkular karena limbah dari minyak goreng yang digunakan di rumah tangga masih bermanfaat.

Oleh karena bank sampah tersebut hanya mampu mengumpulkan minyak jelantah sebanyak 1 ton per bulan, kata Taufik, maka pihaknya juga bekerja sama dengan beberapa perusahaan yang selama ini telah menjalankan usaha pengumpulan minyak jelantah untuk ekspor.

"Ekspor minyak jelantah yang selama ini diambil oleh tetangga kita, ya kita nanti akan gunakan semaksimal mungkin di sini," jelas Taufik.

Lebih lanjut, Taufik juga menerangkan minyak jelantah tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel B100. Dalam hal ini, bioavtur yang akan diuji coba berupa Bioavtur 3.0.

"Kemarin yang waktu uji coba tahun lalu yang 2.4, yang kita uji coba dengan (pesawat) Garuda rute Jakarta-Solo-Jakarta itu yang 2,4 persen tapi bahan bakunya dari sawit, sekarang bahan bakunya diubah dari minyak jelantah," ungkap Taufik.

Taufik menambahkan proyek pengembangan SAF penting bagi ekonomi hijau di Indonesia.Proyek tersebut sejalan dengan visi dan misi pemerintahan yang baru untuk mendorong transisi menuju ekonomi berkelanjutan.

"Sekaligus, mendukung target nasional dalam mencapai zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat," jelas Taufik.

Dengan SAF, Taufik menerangkan, tidak hanya mengurangi emisi karbon di sektor penerbangan, juga menggerakkan ekonomi sirkular melalui pemanfaatan limbah seperti minyak jelantah.

Terkait dengan hal itu, dia mengatakan KPI berkomitmen untuk menjadi pelopor dan produsen unggul SAF di Indonesia.

"Komitmen ini diwujudkan melalui serangkaian langkah strategis yang akan menjadi fondasi utama keberhasilan pengembangan SAF di tanah air," katanya.

Sementara itu, Direktur Strategi Portofolio dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero) Salyadi Dariah Saputra mengatakan kemandirian energi menjadi salah satu fokus program Presiden Prabowo Subianto.

Menurut Salyadi, Pertamina turut memastikan program kemandirian energi atau swasembada energi itu tercapai pada 2029. Untuk itu, Pertamina melakukan terobosan-terobosan untuk meningkatkan produksi dengan memanfaatkan teknologi.

"Oleh karena keterbatasan kilang, salah satu strategi yang dilakukan berupa peningkatan produksi biofuel dengan menghadirkan Biosolar untuk mesin diesel, yakni B40." jelas Salyadi.

Sebelumnya, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus memantapkan langkah menjadi pemimpin transisi penggunaan bahan bakar ramah lingkungan Sustainable Aviation Fuel (SAF) di tingkat Nasional dan regional Asia Tenggara. Hal ini ditandai dengan diraihnya sertifikat ISCC (International Sustainability Carbon Certification) Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) dan Europe Union (EU) untuk memproduksi SAF dari bahan baku minyak jelantah atau Used Cooking Oil (UCO). Dengan diraihnya sertifikasi ini, SAF KPI memenuhi persyaratan sustainability dan dapat diterima serta diperdagangkan sesuai regulasi International Civil Aviation Organization (ICAO) CORSIA (worldwide) dan Uni Eropa.

"Unit TDHT (Treated Distillate Hydro Treating-red) yang berlokasi di Kilang Cilacap telah berhasil meraih sertifikasi ISCC Corsia dan EU untuk SAF pada awal Desember 2024 lalu," kata Corporate Secretary KPI, Hermansyah Y Nasroen.

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Pertamina Komit Implementasikan ESG

NERACA Jakarta – PT Pertamina (Persero) terus memperkuat praktik Environmental, Social, and Governance (ESG) di seluruh lini bisnis. Konsistensi Pertamina…

MBG Ikut Dongkrak IKM

NERACA Jakarta – Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza meninjau pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah satuan pendidikan di…

Daya Saing IKM Alas Kaki Terus Dipacu

NERACA Jakarta – Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan industri alas kaki, termasuk di sektor industri kecil dan menengah (IKM).…

BERITA LAINNYA DI Industri

Proyek Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan Terus Dikembangkan

NERACA Jakarta – PT Pertamina (Persero) mulai mengembangkan proyek pembuatan bahan bakar penerbangan berkelanjutan dengan memanfaatkan minyak jelantah (used cooking…

Pertamina Komit Implementasikan ESG

NERACA Jakarta – PT Pertamina (Persero) terus memperkuat praktik Environmental, Social, and Governance (ESG) di seluruh lini bisnis. Konsistensi Pertamina…

MBG Ikut Dongkrak IKM

NERACA Jakarta – Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza meninjau pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah satuan pendidikan di…