Rahman (38), selalu melipir di rest area Balajara Tol Serang-Merak bila akan pergi ke Rangkas Bitung, Banten. Baik itu hanya sekedar istrirahat sejenak atau beli jajanan ringan mengisi perut kosong. Dirinya bercerita, transaksi jajanan di rest area ini sangat dimudahkan dengan pembayaran transaksi digital.”Tanpa harus bawa uang cash, disini terima transaksi QRIS semua bank. Apalagi kalau pakai QRIS BRI Mobile banyak potongannya,”ujarnya.
Diakuinya, di era digital penggunaan transksi digital terus meningkat. Apalagi mereka milenial yang sudah melek digital akan lebih memilih cara transaksi mudah, fleksibel, efisien dan aman. Oleh karena itu, bapak dua anak ini akan lebih memilih jajanan oleh-oleh yang menerima transaksi pembayaran QRIS atau mobile banking. Alasannya, sangat sederhana tidak ribet perlu bawa uang cash dalam jumah banyak apalagi bila berpergian jauh, cukup transaksi lewat sentuhan smartphone bisa langsung beres.
Begitu juga sebaliknya dengan para pedagang retail akan terbantu pembayaran lewat mobile banking. Pasalnya, pedagang bisa menawarkan atau memasarkan produk penjualannya dimanapun dan kapanpun lewat online. Benefit lainnya juga dirasakan bila pedagang tersebut secara offline, tidak perlu lagi susah mengembalikan uang recehan kepada pembeli.
Fifin (45) pedagang pakaian di Blok A Tanah Abang mengatakan, toko baju muslimnya menerima pembayaran QRIS BRI. “Pembeli yang datang ke toko saya, tidak usaha bawa uang cash untuk transaksi tetapi pakai QRIS. Namun kalau sudah kadung bawa uang tunai kita juga menerima,”tuturnya.
Menurutnya, banyak keuntungan transaksi lewat digital selain banyak promo juga caranya yang simple, praktis, serta aman bila dibandingkan dengan uang cash rawan dicopet dipasar. Apalagi, mereka yang sengaja belanja dalam jumah besar dan untuk dijual lagi, lebih praktis pakai mobil banking.
Sejak saat itu, pembayaran lewat transaksi digital lebih banyak diminati para pembeli di tokonya ketimbang harus uang cash atau tunai. Hal ini, lanjutnya, sangat memudahkan pembeli tanpa harus lagi mampir ke ATM atapun bank terdekat untuk tarik tunai dan begitu juga sebaliknya dengan penjual, hasil transaksi penjualan bisa langsung masuk pembukuan.”Uang yang masuk dari penjualan tidak tercecer lagi dan disalah gunakan, tetapi langsung masuk ke tabungan untuk modal belanja lagi,”katanya.
Asal tahu saja, untuk meningkatkan transaksi mobile bankingnya BRImo, BRI selalu memberikan promo-promo menarik untuk fitur eksisting serta bekerjasama dengan berbagai acara dan komunitas yang sesuai dengan target market di bidang sport, music, hingga lifestyle. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mencatatkan pertumbuhan volume transaksi mobile banking BRImo melesat 35,20% secara tahunan (year on year/yoy) dengan nilai transaksi mencapai Rp 4.034 triliun per September 2024.
Pencapaian tersebut seiring dengan pertumbuhan pengguna BRImo yang sebesar 24,66% yoy mencapai 37,14 juta user. Adapun transaksi yang paling sering dilakukan oleh pengguna BRImo yakni fitur transfer, BRIVA, pembayaran melalui QRIS dan pembelian pulsa. Ke depan, BRI memproyeksikan kinerja BRImo akan terus tumbuh positif. Selain itu, BRImo juga terus berinovasi mengembangkan fitur untuk dapat memenuhi kebutuhan finansial nasabah.
Di era digital saat ini, segala bentuk transaksi keuangan sudah beralih dari cara konvesional ke cara yang lebih praktis dengan menggunakan dompet digital melalui smartphone. Kemudahaan transaksi tanpa harus ada kembalian receh, cara praktis, efisien dan bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja hingga benefit beragam promo yang ditawarkan menjadi alasan transaksi digital banyak dipilih masyarakat, apalagi generasi milenial dan Gen Z yang sudah terbiasa dengan pembayaran digital.
Herman (30), salah satu karyawan di perusahaan periklanan mengatakan, kalau ditanya lebih pilih ketinggalan ponsel atau dompet, Dirinya lebih pilih ketinggalan dompet karena urusan keuangan masih bisa ditangani ponsel atau smartphone. “Mending ketinggalan dompet. Soalnya bisa bayar pakai smartphone dengan banyaknya aplikasi e-wallet sekarang," ungkapnya.
Menurutnya, fungsi smartphone saat ini bukan lagi sekedar alat komunikasi semata tetapi sudah menjadi gaya hidup dan termasuk bersosial media. Hal senada juga disampaikan Iwan (35) yang merupakan seorang pegawai swasta berkantor di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan ini mengatakan bahwa ketinggalan dompet lebih baik dibanding ketinggalan smartphone. “Gue pilih ketinggalan dompet daripada ketinggalan smartphone atau handphone,”tuturnya.
Diakui Iwan, saat ini segala transaksi sudah bisa menggunakan handphone dan termasuk menarik uang. Misalnya saja untuk transportasi, dari kosnya dia bisa menggunakan layanan ojek online yang bisa dibayar dengan dompet digital. Untuk keperluan makan, dia juga bisa menggunakan jasa pesan antar dari layanan ojek online tersebut.
Kalaupun dia harus membeli makanan di tokonya lansung, dia hanya perlu mencari toko yang bisa menerima pembayaran dengan layanan aplikasi e-wallet atau QRIS. Saat ini semua terasa mudah baginya.“Ya supaya simple aja, lagipula banyak bank suka kasih cashback juga, seperti BRIMo. Cari yang efisien aja, nggak ribet pakai uang kembalian apalagi dikasih permen,”ungkapnya.
Pengalaman yang sama juga disampaikan Santi, (32), konten kreator ini menuturkan, transaksi dengan dompet digital sangat dimanjakan kemudahan bertransaksi hingga cashback yang berlimpah. Apalagi, transaksi dengan menggunakan QRIS bisa dipakai tidak hanya untuk beli makanan tetapi juga gadget atau keperluan gaya hidup lainnya.
Ya, Indonesia saat ini tengah mengalami transformasi signifikan dalam lanskap keuangan yang didorong oleh proses integrasi sistem pembayaran dengan perkembangan teknologi digital saat ini. Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) menjadi salah satu kunci inovasi yang telah berhasil merevolusi proses pembayaran menjadi lebih sederhana dan turut memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan inklusi keuangan di Indonesia.
Tren Pertumbuhan
Bank Indonesia (BI) mencatat, saat ini pengguna QRIS sudah mencapai 54,1 juta atau tumbuh pesat sebesar 183,9% YoY dan ditargetkan hingga akhir 2024 bisa tembus 55 juta pengguna. Disamping itu, jumlah merchant QRIS sudah mencapai 34,7 juta dan terus tumbuh. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital pada Oktober 2024 tetap tumbuh, didukung oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal.
Selain itu dari sisi infrastruktur, kelancaran dan keandalan Sistem Pembayaran Bank Indonesia (SPBI) dinilai tetap terjaga dengan baik."Dari sisi struktur industri, interkoneksi sistem pembayaran dan perluasan ekosistem ekonomi keuangan digital (EKD) juga terus meningkat," ungkapnya.
Sementara Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti menambahkan, digitalisasi adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari. Maka disaat ekonomi digital berkembang tentu harus didukung oleh sistem keuangan digital yang mumpuni. “Kita coba terobosan-terobosan dengan menciptakan QRIS, transaksi tinggal pakai barcode dengan handphone,” jelas dia.
Tidak hanya penggunaan QRIS di dalam negeri saja yang didorong, namun penggunaan QRIS juga meluas ke negara - negara lain seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura. Berangkat dari perubahan gaya hidup dan dukung terhadap peningkatan literasi dan inklusi keuangan, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui aplikasi BRImo melakukan transformasi digital untuk memudahkan nasabah bertransaksi kapan pun dan dimana pun. BRImo memiliki lebih dari 36 juta pengguna. Mereka dapat bertransaksi dengan mudah menggunakan QRIS hingga EDC merchant BRI.
Kata Direktur Utama BRI, Sunarso, digitalisasi dalam layanan dan transaksi di perbankan menjadi keniscayaan ditengah dinamisnya kemajuaan teknologi digital. Oleh karena itu, lanjutnya, perseroan terus berinovasi menerapkan strategi digitalisasi secara bertahap dengan mengikuti perubahan digital serta sosial. “Dalam merespons dampak digitalisasi ini tidak mudah, karena kita harus bagi-bagi, begitu kita digital-kan ternyata nasabahnya belum siap, tapi kalau tidak di-digitalkan dari sekarang, nanti keburu ketinggalan. Maka, strateginya dilakukan bertahap,” ujarnya.
Sementara strategi jangka panjang BRI, disampaikan Sunarso dengan mempersiapkan infrastruktur digital, termasuk penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI). Dia menyebut jika teknologi tersebut langsung diterapkan di BRI, tentu hal ini akan menjadi kendala untuk beberapa daerah terpencil yang belum sepenuhnya siap untuk layanan digital. Alhasil, perseroan akan terus melayani secara manual. “Maka strategi jangka pendek untuk merespons hal tersebut yakni konsep hybrid bank, kita mulai branchless melalui Agen BRILink, cabang-cabang kita kurangi tapi kemudian kita share dengan masyarakat dengan menggunakan warung-warung,” ujarnya.
Secara internal bisnis, kata Sunarso, hubungan BRI dengan warung-warung dilakukan secara digital, sementara hubungan antara warung dan nasabah tetap konvensional. Disampaikannya, jika nanti seluruh proses sudah sepenuhnya digital, ini akan mempermudah transisi dari layanan konvensional ke digital. Sebagaimana diketahui berdasarkan presentasi perusahaan, memang BRI mencatatkan penyusutan jumlah kantor sebesar 274 unit secara tahunan dari 7.980 kantor per Juni 2023 menjadi 7.706 kantor per Juni 2024.
Pada saat yang sama, jumlah Agen BRILink mencatatkan peningkatan signifikan dengan tumbuh 49,19% yoy menjadi 993.677 per Juni 2024 dari tahun lalu yang berjumlah 666.038 per Juni 2023. Jika dilihat secara industri, Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah kantor bank di Indonesia per Juni 2024 mencapai 24.170 unit. Jumlah ini turun 20 unit dibandingkan bulan sebelumnya yaitu Mei 2024 dan turun 614 unit secara tahunan dari sebelumnya 24.784 per Juni 2023. Jika dilihat secara tren selama tiga tahun ke belakang, kantor cabang perbankan memang terus mencatatkan penyusutan. Jika diurutkan, pada 2021 jumlah kantor dapat mencapai 32.366 unit, lalu pada 2022 turun menjadi 25.377 unit hingga akhirnya hanya tercatat 24.276 unit pada akhir Desember 2023.
Adopsi Teknologi AI
Masih dalam meningkatkan layanan digital untuk efisiensi bisinis dan membangun daya saing, BRI bersama Microsoft melakukan modernisasi platform conversational banking BRI, modernisasi manajemen workload IT BRI, eksplorasi teknologi kolaboratif untuk penguatan pangsa pasar BRI, peningkatan kapabilitas digital, IT hingga kemampuan teknis pekerja BRI.
Melalui kemitraan tersebut, BRI semakin memperkaya inovasi dan solusi digital berbasis AI untuk meningkatkan operasional, pelayanan, dan pengalaman nasabah dalam menggunakan produk. Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI, Arga M Nugraha mengatakan, masih terdapat banyak nasabah yang membutuhkan interaksi dengan manusia agar merasa lebih aman dan percaya pada layanan perbankan meskipun mereka sudah familiar dengan digital.“Oleh karena itu, di BRI kami mengembangkan teknologi yang dihumanisasi, sehingga mampu memberikan rasa aman, nyaman, dan yang terpenting membangun trust,”ujarnya.
Disampaikan Arga, teknologi canggih digunakan untuk meningkatkan aksesibilitas dengan mempertahankan interaksi personal melalui agen perbankan dan layanan nasabah. Oleh sebab itu, kolaborasi BRI dan Microsoft menitikberatkan pada pentingnya adopsi AI salah satunya melalui adopsi teknologi GPT melalui Azure OpenAI Service untuk Chatbot Sabrina milik BRI.
Teknologi tersebut memungkinkan Chatbot Sabrina belajar bahasa daerah dan berbagai gaya bahasa Indonesia, sehingga mampu berinteraksi dengan query yang lebih kompleks. Hasilnya, Chatbot Sabrina kini menampung lebih dari 38% load traffic Call Center BRI. Sebelumnya melalui BRIBRAIN, BRI juga memanfaatkan kekayaan big data-nya untuk meningkatkan performa AgenBRILink dan tenaga pemasar BRI sebagai ujung tombak inklusi keuangan. BRIBRAIN dapat memberikan insight mengenai nasabah yang berpotensi diakuisisi sebagai agen, rekomendasi agen-agen untuk dinaikkelaskan, hingga rekomendasi leads untuk akuisisi debitur mikro.
Arga juga menjelaskan bagaimana BRIBRAIN mengadopsi Generative AI dan Cognitive Search untuk meningkatkan kerja frontliner, seperti customer service dan agen call center BRI melalui platform WISE (Working Instruction Search Engine). WISE sendiri mempermudah frontliners untuk mencari informasi dan prosedur dalam menghadapi pertanyaan dan keluhan nasabah, sehingga mempercepat alur informasi dan mengefisienkan pelayanan nasabah.
Ke depan, BRI akan terus mengeksplorasi potensi kerja sama dan meningkatkan adopsi teknologi AI dari Microsoft. Salah satunya untuk peningkatan otomasi pekerjaan dan proses pengembangan. Hal ini diharap dapat mempercepat proses BRI dalam menghadirkan inovasi dan value baru kepada nasabah. Dengan menggarisbawahi pentingnya inklusi keuangan sebagai fondasi bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif, kemitraan BRI dan Microsoft diharapkan terus menghasilkan terobosan untuk kemudahan akses layanan perbankan bagi lebih banyak nasabah.
Olahraga sepakbola tanah air kembali bangkit dari tidurnya setelah beberapa lama tidak menuai prestasi. Begitu hausnya masyarakat Indonesia yang mayoritas…
Program 3 juta rumah yang menjadi prioritas pemerintahan Prabowo-Gibran mendapat dukungan dari lintas kementerian. Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman…
Dukung progam pemerintah dalam membangun ketahanan energi dan juga memastikan kesiapan pasokan energi gas jelang Natal dan tahun baru (Nataru),…
Olahraga sepakbola tanah air kembali bangkit dari tidurnya setelah beberapa lama tidak menuai prestasi. Begitu hausnya masyarakat Indonesia yang mayoritas…
Rahman (38), selalu melipir di rest area Balajara Tol Serang-Merak bila akan pergi ke Rangkas Bitung, Banten. Baik itu hanya…
Program 3 juta rumah yang menjadi prioritas pemerintahan Prabowo-Gibran mendapat dukungan dari lintas kementerian. Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman…