Ambil Benefit dari Kebijakan Proteksionisme Trump

Ambil Benefit dari Kebijakan Proteksionisme Trump
NERACA
Jakarta - Donald Trump memenangi Pilpres AS 2024 melawan pesaingnya dari Partai Demokrat dan petahana wakil presiden, Kamala Harris, menurut lembaga survei dan media utama AS pada 6 November. Hingga 8 November, Associated Press (AP) melaporkan bahwa Trump telah meraih 295 suara elektoral, melewati ambang batas 270 suara elektoral yang diperlukan untuk memenangi Pilpres AS. Sementara itu, Harris sampai saat ini baru mengantongi 226 suara elektoral.
Ekonom Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI Teuku Riefky menilai Indonesia bisa mengambil benefit dari kebijakan proteksionisme Donald Trump yang kembali terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat (AS). “Secara historis, Trump itu bersifat proteksionis. Tapi, ini sebetulnya tidak serta merta menjadi pertanda buruk untuk Indonesia. Justru Indonesia kemungkinan bisa menarik benefitnya dari ini kalau kita bisa mempersiapkan diri,” kata Riefky, seperti dikutip Antara, kemarin. 
Menurutnya, bila Trump melanjutkan kebijakan proteksionismenya, sebagaimana yang ia lakukan pada periode pertama jabatannya sepanjang 2017-2021, maka akan muncul realokasi peta perdagangan global dan investasi. Hal itu disebabkan sikap proteksionisme Trump bakal mengerek tarif impor terhadap negara-negara yang berdagang dengan AS, terutama China. Bila tarif impor naik, kemungkinan akan terjadi perubahan haluan mitra dagang. “Misalnya, kalau tarif antara AS dan China naik, AS mengimpornya bukan dari China lagi, tapi dari Meksiko. Begitu pun dengan China, mungkin tidak mengimpor dari AS lagi, tapi dari Vietnam atau Eropa. Jadi, ada realokasi dari rantai pasok global,” jelasnya.
Sementara arus investasi bakal mengikuti arah perdagangan. Bila tarif antara AS dan China besar, maka bisa merealokasikan investasi ke negara-negara lain yang tarifnya tidak terlalu besar. Dia meyakini kondisi tersebut bisa dimanfaatkan oleh Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk memantau perkembangan dari arah kebijakan perdagangan AS pada masa kepemimpinan Trump.
Ekspor Turun 
Sementara itu, Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat dikhawatirkan menghambat kinerja ekspor Indonesia. Menurut Budi, pertumbuhan ekspor Indonesia akan terhambat karena kebijakan proteksionisme yang diusung Trump, seperti pengenaan tarif impor yang tinggi. “Sudah pasti (menghambat kinerja ekspor Indonesia) karena kalau perang tarif seperti itu bisa menyebabkan daya saing berkurang,” katanya.
Ia berpendapat China, sebagai salah satu mitra dagang terbesar Indonesia, akan menjadi negara yang paling terdampak dari kebijakan proteksionisme Trump. Menurutnya, jika pertumbuhan ekonomi China melambat akibat kebijakan tersebut, maka permintaan terhadap produk-produk Indonesia ke China juga akan ikut menurun. “Jadi ketika negara-negara mitra tujuan ekspor Indonesia terkena dampaknya dan mengalami perlambatan, maka secara langsung maupun tidak langsung Indonesia juga akan terdampak,” ucapnya.
Lebih lanjut, Budi menilai meskipun ada potensi penerapan pajak tinggi terhadap produk-produk China, peluang bagi Indonesia untuk mengisi pasar AS yang ditinggalkan China sangat terbatas. Produk-produk China yang memiliki keunggulan kompetitif dinilai sulit digantikan oleh produk-produk Indonesia dalam waktu singkat.

 

 

NERACA

Jakarta - Donald Trump memenangi Pilpres AS 2024 melawan pesaingnya dari Partai Demokrat dan petahana wakil presiden, Kamala Harris, menurut lembaga survei dan media utama AS pada 6 November. Hingga 8 November, Associated Press (AP) melaporkan bahwa Trump telah meraih 295 suara elektoral, melewati ambang batas 270 suara elektoral yang diperlukan untuk memenangi Pilpres AS. Sementara itu, Harris sampai saat ini baru mengantongi 226 suara elektoral.

Ekonom Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI Teuku Riefky menilai Indonesia bisa mengambil benefit dari kebijakan proteksionisme Donald Trump yang kembali terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat (AS). “Secara historis, Trump itu bersifat proteksionis. Tapi, ini sebetulnya tidak serta merta menjadi pertanda buruk untuk Indonesia. Justru Indonesia kemungkinan bisa menarik benefitnya dari ini kalau kita bisa mempersiapkan diri,” kata Riefky, seperti dikutip Antara, kemarin. 

Menurutnya, bila Trump melanjutkan kebijakan proteksionismenya, sebagaimana yang ia lakukan pada periode pertama jabatannya sepanjang 2017-2021, maka akan muncul realokasi peta perdagangan global dan investasi. Hal itu disebabkan sikap proteksionisme Trump bakal mengerek tarif impor terhadap negara-negara yang berdagang dengan AS, terutama China. Bila tarif impor naik, kemungkinan akan terjadi perubahan haluan mitra dagang. “Misalnya, kalau tarif antara AS dan China naik, AS mengimpornya bukan dari China lagi, tapi dari Meksiko. Begitu pun dengan China, mungkin tidak mengimpor dari AS lagi, tapi dari Vietnam atau Eropa. Jadi, ada realokasi dari rantai pasok global,” jelasnya.

Sementara arus investasi bakal mengikuti arah perdagangan. Bila tarif antara AS dan China besar, maka bisa merealokasikan investasi ke negara-negara lain yang tarifnya tidak terlalu besar. Dia meyakini kondisi tersebut bisa dimanfaatkan oleh Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk memantau perkembangan dari arah kebijakan perdagangan AS pada masa kepemimpinan Trump.

Ekspor Turun 

Sementara itu, Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat dikhawatirkan menghambat kinerja ekspor Indonesia. Menurut Budi, pertumbuhan ekspor Indonesia akan terhambat karena kebijakan proteksionisme yang diusung Trump, seperti pengenaan tarif impor yang tinggi. “Sudah pasti (menghambat kinerja ekspor Indonesia) karena kalau perang tarif seperti itu bisa menyebabkan daya saing berkurang,” katanya.

Ia berpendapat China, sebagai salah satu mitra dagang terbesar Indonesia, akan menjadi negara yang paling terdampak dari kebijakan proteksionisme Trump. Menurutnya, jika pertumbuhan ekonomi China melambat akibat kebijakan tersebut, maka permintaan terhadap produk-produk Indonesia ke China juga akan ikut menurun. “Jadi ketika negara-negara mitra tujuan ekspor Indonesia terkena dampaknya dan mengalami perlambatan, maka secara langsung maupun tidak langsung Indonesia juga akan terdampak,” ucapnya.

Lebih lanjut, Budi menilai meskipun ada potensi penerapan pajak tinggi terhadap produk-produk China, peluang bagi Indonesia untuk mengisi pasar AS yang ditinggalkan China sangat terbatas. Produk-produk China yang memiliki keunggulan kompetitif dinilai sulit digantikan oleh produk-produk Indonesia dalam waktu singkat.

BERITA TERKAIT

Pemerintah Telah Salurkan Dana Pendidikan Rp463 Triliun

    NERACA Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah menyalurkan dana…

Profil Utang akan Pengaruhi Posisi Geopolitik Indonesia

  NERACA Jakarta – Mantan Menteri Luar Negeri RI periode 2009-2014 Marty Natalegawa mengingatkan bahwa Indonesia tidak bisa hanya bergantung…

Pembangunan Desa Tak Hanya Mengandalkan Dana Desa

  NERACA Jakarta - Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) mengingatkan para kader pembangunan manusia bahwa sumber pendapatan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemerintah Telah Salurkan Dana Pendidikan Rp463 Triliun

    NERACA Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah menyalurkan dana…

Profil Utang akan Pengaruhi Posisi Geopolitik Indonesia

  NERACA Jakarta – Mantan Menteri Luar Negeri RI periode 2009-2014 Marty Natalegawa mengingatkan bahwa Indonesia tidak bisa hanya bergantung…

Pembangunan Desa Tak Hanya Mengandalkan Dana Desa

  NERACA Jakarta - Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) mengingatkan para kader pembangunan manusia bahwa sumber pendapatan…