Hilirisasi Sawit Terus Dipacu, Diantaranya untuk Penuhi Industri Batik

NERACA

Jakarta Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong peningkatan nilai tambah kelapa sawit sebagai salah satu komoditas unggulan Indonesia agar menjadi produk yang memiliki harga jual lebih tinggi. Upaya strategis ini merupakan wujud pelaksanaan kebijakan hilirisasi dalam mempertahankan posisi Indonesia sebagai negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, dengan jumlah 45,5 juta metrik ton per tahun. 

“Selain untuk pemenuhan kebutuhan industri pangan dan energi, olahan kelapa sawit juga merambah ke subsektor industri kreatif seperti industri batik. Hilirisasi dari kelapa sawit bisa menghasilkan produk yang berguna bagi industri batik,” kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi di Jakarta.

Salah satu produk turunan dari kelapa sawit, yaitu stearin, yang bisa dimanfaatkan sebagai substitusi parafin impor, serta minyak kelapa dan kendal (lemak hewan). “Bahkan, stearin ini bisa memberikan rasa aman bagi para konsumen terhadap kehalalan malam batik yang digunakan. Upaya ini sekaligus juga dapat memperkuat ekosistem industri halal nasional,” ungkap Andi.

Hal tersebut yang mendorong diselenggarakannya kegiatan Promosi Diversifikasi Produk Kelapa Sawit di wilayah Jawa Timur dan Promosi Halal Produk Turunan Kelapa Sawit melalui Workshop Batik Berbasis Kompetensi (skema pembuatan malam batik). Kegiatan ini diselenggarakan atas kerja sama Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan dan Batik (BBSPJIKB) dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). 

Kegiatan yang dilaksanakan di Pacitan, Jawa Timur ini juga didukung oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur, Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perindustrian Kabupaten Pacitan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Malang, serta Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kota Malang.

Kepala BBSPJIKB Budi Setiawan menyampaikan, sebanyak 30 tenaga terampil yang mengikuti lokakarya tersebut berasal dari Provinsi Jawa Timur. Mereka akan mendapatkan sertifikat BNSP dengan skema pembuatan malam batik dengan acuan SKKNI Nomor 104 Tahun 2018. 

“Dari skema workshop tersebut, nantinya akan diajarkan dan diujikan lima unit kompetensi yang terdiri dari penyusunan rencana kerja, pemilahan limbah, pengolahan malam bekas, pembuatan malam batik dan pengujian kelenturan malam yang salah komponennya adalah stearin,” paparnya.

Budi menambahkan, kegiatan di Pacitan tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Promosi Diversifikasi Produk Kelapa Sawit yang telah berjalan pada bulan Agustus di Banjarbaru. “Kami berharap sertifikat BNSP yang berlaku selama tiga tahun untuk para peserta yang telah lulus atau direkomendasikan oleh assesor bisa dipertahankan dan diperpanjang secara mandiri,” imbuhnya.

Di samping untuk mendorong industri batik dalam memanfaatkan potensi kelapa sawit, kegiatan ini juga untuk menunjukkan keberpihakan Pemerintah Indonesia pada industri kelapa sawit nusantara yang merupakan unggulan Indonesia di pasar internasional. 

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro dan Perindustrian Pacitan, Prayitno mengapresiasi dan menyambut baik inisiatif dari BBSPJIKB dan BPDPKS serta berharap workshop tersebut dapat meningkatkan kompetensi dan daya saing pelaku batik di daerah Pacitan dan Jawa Timur. 

Pada kesempatan tersebut, BBSPJIKB juga menyerahkan sertifikat halal batik, termasuk lingkup barang gunaan, kepada delapan pelaku industri batik di wilayah Jawa Timur yang telah melalui tahapan pendampingan hingga sertifikasi halal.

Lebih lanjut, Kemenperin gencar meningkatkan kemampuan dan keterampilan para pelaku industri fesyen, khususnya para perajin batik, di tengah maraknya produk fesyen impor dan batik printing yang dijual dengan harga murah. Kemenperin juga mendampingi Industri batik dalam negeri untuk terus beradaptasi untuk dapat menguasai pasar dalam negeri maupun mancanegara, khususnya pada segmen pasar anak muda seperti generasi millenial dan generasi Z (gen z) dengan karakteristik dan kebutuhan yang beragam.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita mengungkapkan, “kami terus menggaungkan pentingnya pengenalan teknik fesyen yang berkelanjutan, salah satunya yaitu dengan memanfaatkan pewarna alam untuk industri batik.”

Menurut Reni, pelaku IKM batik harus semakin adaptif tanpa mengesampingkan pakem sejarah pembuatannya dan dampak yang ditimbulkan. “Saat ini memang merupakan era untuk lebih memaksimalkan penggunaan pewarna alam yang dapat memberikan nilai tambah pada batik, sekaligus untuk menekan kerusakan lingkungan,” ungkap Reni

Hilirisasi Sawit Terus Dipacu, Diantaranya untuk Penuhi Industri Batik

BERITA TERKAIT

Pertamina NRE Gencar Dorong Carbon Neutral Event

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE)  tidak saja mempelopori perdagangan karbon di IDX Carbon pada tahun…

Hilirisasi Berikan Nilai Tambah bagi Sumber Daya Alam

NERACA Ternate – Hilirisasi menjadi salah satu fokus utama dalam pengembangan ekonomi Indonesia, terutama di sektor pertambangan. Hal tersebut sejalan…

Hilirisasi Tembaga dan Timah Terus Dipacu

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memperkuat hilirisasi dan meningkatkan daya saing industri tembaga dan timah nasional. Apalagi, sektor…

BERITA LAINNYA DI Industri

Pertamina NRE Gencar Dorong Carbon Neutral Event

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE)  tidak saja mempelopori perdagangan karbon di IDX Carbon pada tahun…

Hilirisasi Berikan Nilai Tambah bagi Sumber Daya Alam

NERACA Ternate – Hilirisasi menjadi salah satu fokus utama dalam pengembangan ekonomi Indonesia, terutama di sektor pertambangan. Hal tersebut sejalan…

Hilirisasi Sawit Terus Dipacu, Diantaranya untuk Penuhi Industri Batik

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong peningkatan nilai tambah kelapa sawit sebagai salah satu komoditas unggulan Indonesia agar…