NERACA
Jakarta – PT Pemeringkat Efek Indonesia menyebutkan obligasi yang akan jatuh tempo pada semester II 2024 mencapai Rp 83,5 triliun. Mayoritas adalah perusahaan swasta dibandingkan perusahaan BUMN. “Berdasarkan data terbaru Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) akhir Juni, nilai obligasi yang jatuh tempo dari Juli hingga Desember 2024 mencapai Rp 83,5 triliun, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama 2023,”kata Head of Economic Research Division Pefindo, Suhindarto di Jakarta, kemarin.
Disampaikannya, memasuki paruh kedua 2024, korporasi bersiap menghadapi gelombang jatuh tempo obligasi yang lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Suhindarto mengatakan, nilai surat utang yang jatuh tempo lebih besar pada kelompok swasta (non-BUMN) dibandingkan BUMN grup. Adapun secara nilai, obligasi non-BUMN yang akan jatuh tempo pada semester II 2024 sebesar Rp 43,15 triliun. Sementara BUMN grup sebesar Rp 40,37 triliun.
Berdasarkan sektornya, perbankan dan multifinance menjadi yang terbesar, dengan kelompok BUMN grup mendominasi sektor perbankan, sementara non-BUMN mendominasi pada sektor multifinance. Assistant Vice President Financial Institution Ratings Pefindo Kresna Armand menyatakan, pada paruh kedua tahun ini, pembayaran obligasi jatuh tempo diproyeksikan berjalan stabil. “Kami melihat tidak ada masalah signifikan di sektor financial institution (FI), tidak ada prospek yang mengkhawatirkan terkait pelunasan utang jatuh tempo pada 2024 dari sektor FI,” ujar dia.
Head of Non-Financial Institution Pefindo, Yogie Surya Perdana menekankan pentingnya mitigasi risiko perusahaan. Kesiapan jatuh tempo obligasi di level emiten adalah kasus per kasus. “Perusahaan yang mampu mengelola risiko mata uang dan bunga dengan baik akan memiliki risiko gagal bayar lebih rendah,” kata dia.
Disampaikannya pula, kinerja keuangan yang buruk pada PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF) akan menekan peringkat PT Bio Farma (Persero) yang saat ini berada di level idAA (Double A) dengan prospek Negatif. Apalagi saat ini, profil kinerja keuangan maupun kemampuan membayar utang KAEF dan INAF yang merupakan anak perusahaan Biofarma sedang menjadi sorotan di tengah melambatnya pertumbuhan industri farmasi."Atas kinerja keuangan anak perusahaan Biofarma ini tentu dampaknya secara holding, berdasarkan kacamata kredit (pemeringkatan), ini negatif di mata kami,"ungkapnya.
Seperti diketahui, selama tiga bulan pertama tahun ini, KAEF menderita rugi bersih Rp102,73 miliar, sehingga per 31 Maret 2024 jumlah defisit emiten farmasi BUMN ini mencapai Rp592,2 miliar atau membengkak 20,99% (year-to-date). Sementara itu, sepanjang 2023 INAF mencatatkan rugi bersih Rp720,99 miliar atau membengkak 57,55% (year-on-year), sehingga per 31 Desember 2023 perseroan menderita defisit saldo laba sebesar Rp1,41 triliun.
Selain kinerja keuangan yang buruk, lanjut Yogie, dampak negatif terhadap Biofarma yang bersumber dari kedua anak usahanya tersebut adalah kondisi INAF yang sedang berada dalam proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ( PKPU ), sedangkan KAEF sedang menjalani proses restrukturisasi utang dengan kreditur.
Sejumlah pelaku usaha dari berbagai sektor menyampaikan dukungannya kepada pemerintah Indonesia untuk terlibat aktif dalam Perjanjian Plastik Global (Global Plastics…
Dukung pertumbuhan investasi kripto dan besarnya nilai transaksi menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Berangkat dari hal tersebut, PT Bank OCBC…
Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) pada lingkungan, emiten pelayaran PT Humpuss Maritim Internasional Tbk.…
Sejumlah pelaku usaha dari berbagai sektor menyampaikan dukungannya kepada pemerintah Indonesia untuk terlibat aktif dalam Perjanjian Plastik Global (Global Plastics…
Dukung pertumbuhan investasi kripto dan besarnya nilai transaksi menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Berangkat dari hal tersebut, PT Bank OCBC…
Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) pada lingkungan, emiten pelayaran PT Humpuss Maritim Internasional Tbk.…