Oleh: Amanda Katili Niode, Ph.D.
Direktur Climate Reality Indonesia
Migrasi miliaran burung di dunia yang terjadi secara berkala adalah fenomena spektakular yang mutlak diamati dan dilindungi. Karenanya World Migratory Bird Day diperingati hari ini, yaitu Sabtu kedua bulan Mei, dan juga pada bulan Oktober, untuk menyoroti pentingnya konservasi burung migran serta habitat mereka.
Burung selalu menarik karena bentuk, ukuran dan campuran warnanya yang beragam, belum lagi perilaku dan kemampuan berkicaunya. Tetapi yang lebih penting lagi, burung adalah bagian dari sistem alam sebagai penyerbuk dan penyebar benih tanaman. Burung juga memakan berbagai serangga, hewan pengerat, dan hewan kecil lain, sehingga keseimbangan dalam ekosistem dapat tetap terjaga.
Saat ini menurut Bird List ada 200 sampai 400 milyar burung beterbangan di Bumi, meliputi lebih dari 10.000 sampai 13.000 jenis burung. Organisasi Burung Indonesia mencatat, hingga awal 2022, Indonesia didiami oleh 1818 spesies burung. Sayangnya ancaman kepunahan burung di sini sangat tinggi, yakni 12 persen dari keseluruhan burung yang terancam punah di dunia.
Burung-burung bermigrasi dari daerah yang sumber dayanya menurun ke daerah yang sumber dayanya lebih baik, terutama dari sisi makanan dan lokasi bersarang. Burung yang bersarang di belahan bumi utara cenderung bermigrasi ke utara pada musim semi, menuju populasi serangga yang berkembang, tanaman tunas dan lokasi bersarang yang ideal. Saat musim dingin mendekat dan ketersediaan serangga dan makanan lainnya menurun, burung-burung bergerak ke selatan lagi. Sedikitnya 4.000 spesies burung merupakan burung migran, sekitar 40 persen dari total burung di dunia.
Indonesia merupakan jalur penting migrasi burung. Seperti dirangkum oleh Sandra Rafika Devi untuk Yayasan Keanekaragaman Hayati, Kepulauan Nusantara merupakan jalur strategis penghubung migrasi burung di dunia. Sebagai contoh, pada musim gugur burung-burung pengembara dari utara mulai berdatangan, puluhan ribu ayam-ayaman berpindah melalui pesisir timur Asia Tengah menuju tempat hidup sementara mereka di Sunda Besar dan Nusa Tenggara. Penyeberangan utamanya dari Cape Rachado di Semenanjung Malaysia menuju Pulau Sumatera. Beberapa minggu kemudian mereka menyeberangi Selat Sunda, berpindah-pindah di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa, kemudian menyeberangi Selat Bali menuju Pulau Bali dan Nusa Tenggara.
Hari Bermigrasi Burung Sedunia selalu diperingati oleh berbagai komunitas dan organisasi di seluruh penjuru dunia. Debby Hariyanti Mano, biolog dan jurnalis di Gorontalo, menjelaskan tentang kegiatan Biodiversitas Gorontalo. Wadah yang dikenal dengan nama BIOTA ini sejak tahun 2016 secara rutin menggelar World Migratory Bird Day dengan mengusung isu Danau Limboto sebagai kawasan penting bagi burung bermigrasi.
Dari hasil monitoring BIOTA, danau ini menjadi tempat persinggahan lebih dari 40 jenis burung bermigrasi. Ada juga jenis yang menetap dan berkembang biak di lahan basah tersebut. Meskipun memiliki keanekaragaman burung yang tinggi, ancamannya juga besar karena Danau Limboto memiliki sejumlah masalah yang memengaruhi habitat, seperti pendangkalan, penyusutan luas, pencemaran air, hingga sampah.
Jenis kegiatan BIOTA berupa kampanye perlindungan burung dan habitatnya melalui media massa dan media sosial, kunjungan ke sekolah-sekolah di sekitar kawasan Danau Limboto, dialog interaktif, diskusi terpumpun, hingga pengamatan burung bersama LSM, akademisi, dan jurnalis.
Tema World Migratory Bird Day tahun ini adalah Light Pollution. Polusi cahaya mengubah pola alami terang dan gelap dalam ekosistem, sehingga menganggu pola migrasi burung, perilaku mencari makan, dan komunikasi vocal mereka. Tertarik oleh cahaya buatan perkotaan di malam hari, terutama ketika ada awan rendah, kabut, dan hujan, burung yang bermigrasi menjadi bingung dan terus berputar-putar di area yang diterangi. Mereka mengalami kelelahan, mudah menjadi mangsa, dan menabrak bangunan, sehingga setiap tahunnya jutaan burung mati karena ini.
Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Pengembangan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) seperti koperasi sebenarnya memiliki potensi yang…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo Keberagaman kekayaan alam – budaya yang dimiliki…
Oleh: Marwanto Harjowiryono Pemerhati Kebijakan Fiskal Gelombang kebijakan tarif Trump yang diluncurkan pada awal April 2025 telah mengguncang aktivitas…
Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Pengembangan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS) seperti koperasi sebenarnya memiliki potensi yang…
Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo Keberagaman kekayaan alam – budaya yang dimiliki…
Oleh: Marwanto Harjowiryono Pemerhati Kebijakan Fiskal Gelombang kebijakan tarif Trump yang diluncurkan pada awal April 2025 telah mengguncang aktivitas…