Oleh: Desmin Sembiring, Staf Balai Diklat Keuangan Pekanbaru *)
Pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 hingga saat ini belum berakhir. Tahun 2020 telah kita lewati dengan dinamika ekonomi yang berfluktuatif. Ada beberapa keluarga yang bisa bertahan dengan kondisi finansial yang ada, namun ada pula keluarga lain yang harus mencari berbagai cara untuk memenuhi kecukupan kebutuhan hariannya. Untuk keluarga yang sudah terpapar oleh dampak keuangan, tahun 2021 akan menjadi tantangan ekonomi yang baru. Mencari peluang ekonomi yang mungkin ada dan tindakan apa yang akan diambil untuk mengantisipasi gejolak ekonomi. Kita mengetahui banyak sekali seminar yang mengajarkan cara menjadi seorang marketer yang baik, namun sangat sedikit acara seminar yang menjadikan sebuah keluarga mengelola keuangan dengan baik.
Menurut surat edaran Otoritas Jasa Keuangan (OJK), literasi keuangan adalah pengetahuan, keterampilan dan keyakinan yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam mencapai kesejahteraan. Dari pengertian tersebut kita dapat mengartikan literasi keuangan keluarga, adalah kemampuan sebuah keluarga menggunakan setiap sumber daya untuk mengelola keuangan untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Menurut situs OJK, indeks literasi keuangan Indonesia pada tahun 2019 mencapai 38.03%. Angka tersebut menunjukkan dari 100 warga Indonesia baru 38 orang yang sudah mengerti mengelola keuangannya dengan baik. Angka ini mengalami peningkatan dari survei yang dilakukan pada tahun 2013 dengan nilai 21,84%. Menurut Financial Literacy Around The World, tingkat orang dewasa yang terpapar literasi keuangan (adults who financially literate) Indonesia mendapat nilai 32. Singapura mendapat nilai 59, Malaysia 36, Myanmar 52 serta Thailand 27. Negara Scandinavia Denmark, Norwegia dan Swedia merupakan tiga tertinggi dengan nilai 71. Yaman negara terendah dengan nilai 13. Dalam penelitian yang sama disinggung juga bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat literasi keuangan. “Financially literacy also sharply increase with educational attainment-which is strongly associated with math skills, as well as age and income” Financial Literacy Around The World Page 14.
Literasi keuangan keluarga menjadi suatu hal yang penting karena ini berkaitan dengan bagian terkecil suatu negara. Jika banyak keluarga tidak mempunyai pengetahuan yang baik dalam mengelola keuangannya, maka secara agregat itu akan berpengaruh kepada negara secara umum.
Sebuah keluarga yang sudah terpapar oleh dampak keuangan tidak ubahnya seperti sebuah perusahaan kecil. Dimana ada ayah dan atau ibu yang bertindak sebagai pemilik perusahaan dan anggota keluarga lain yang menjadi bagian-bagin kecil. Dalam keadaan normal sebuah keluarga mempunyai pendapatan dari ayah atau ibu yang bekerja. Pendapatan tersebut dianggarkan dalam pos-pos pengeluaran yang bersifat fixed cost dan variable cost. Fixed cost dalam keluarga dapat berupa sewa rumah, cicilan hutang dalam jangka tertentu, Pajak Bumi Bangunan, pajak kendaraan, uang sekolah anak, biaya belanja dapur selama sebulan dan sebagainya. Hal tersebut merupakan kebutuhan dasar yang harus ada dan biasanya tidak dapat ditawar-tawar keberadaannya. Variable cost dalam keluarga bisa berupa biaya jalan-jalan setiap minggu, biaya listrik, biaya bensin untuk kendaraan, biaya perawatan kendaraan, pemakaian pulsa gawai dan sebagainya. Seperti namanya variable cost akan sangat bergantung kepada tingkat keinginan dalam sebuah keluarga.
Perubahan Perilaku Hidup
Sekarang kita berandai-andai bahwa pada masa pandemi selama tahun 2020 yang lalu sebuah keluarga terkena dampak. Sang ayah mendapatkan pemotongan tunjangan karena penerimaan perusahaan lagi seret. Sang ibu yang selama ini bekerja paruh waktu di sebuah pusat pendidikan bahasa akhirnya dirumahkan. Tempat bekerja ibu juga mengurangi pendapatan karena jumlah peserta didik yang menurun drastis. Fixed cost bertambah karena harus membeli gawai tambahan dua anak yang bersekolah dari rumah. Variable cost seperti listrik dan paket data juga mengalami kenaikan. Sementara sewa rumah masih harus dibayar tepat waktu, cicilan hutang, uang sekolah anak, pajak kendaraan, perawatan kendaraan apalagi. Bagaimana sikap keluarga ini dalam menghadapi keadaan keuangan seperti ini?
Jika saja keluarga tersebut sudah terpapar dampak keuangan maka ada beberapa hal praktis yang dapat dilakukan untuk mengakali pengeluaran. Variable cost untuk pembelian paket data dan listrik membengkak dapat diakali dengan beberapa cara. Misalnya, untuk paket data dapat dialihkan menjadi Fixed Cost dengan berlangganan jaringan internet Wi-Fi. Selain lebih murah jaringan Wi-Fi dapat digunakan lebih dari lima gawai secara bersamaan dengan kecepatan jelajah yang lebih stabil daripada memakai jaringan seluler. Untuk listrik dapat diakali dengan pemakaian alat listrik yang bergantian. Listrik untuk menanak nasi hanya digunakan sampai nasi masak, setelah itu listrik dicabut. Pendingin udara diatur dengan timer selama tiga jam pada malam hari untuk tidur.
Sepanjang hari seluruh ruangan diatur supaya ada aliran udara yang membuat rumah menjadi sejuk. Sang ayah yang selama ini makan siang di kantin kantor, mulai membawa bekal setiap hari. Keluarga yang biasanya jalan-jalan ke pusat perbelanjaan setiap minggu, mulai melakukan aktivitas menyenangkan lainnya di rumah saja. Menonton, memasak makanan kesukaan, atau sekedar jalan-jalan di sekitar komplek. Lebih murah dan jauh lebih aman dari kerumunan orang.
Selain itu dalam hal pemasukan ada beberapa hal yang bisa dilakukan keluarga tersebut. Ibu yang punya kemampuan Bahasa mulai membuka kursus dalam jaringan menggunakan layanan online meeting Zoom yang gratis selama 40 menit. Ayah yang punya kemampuan akuntansi dan perpajakan dapat menerima jasa menyusun laporan keuangan yang dikerjakan di luar jam kerja. Jika ada lahan kosong sedikit, dapat juga dimanfaatkan. Anak-anak diberi kewajiban untuk memelihara beberapa ekor ayam. Telurnya dapat dimakan oleh anggota keluarga atau dijual ke tetangga. Budidaya bunga hias juga menjadi hal yang viral selama masa pandemi dan dapat dipelajari caranya. Jika ada pakaian bekas yang masih bagus dapat dijual di media online dengan kategori preloved yang lagi marak sekarang ini.
Hal-hal di atas merupakan beberapa contoh kecil bagaimana sebuah keluarga dapat menggunakan kemampuan literasi keuangan. Banyak lagi contoh yang ada di luar sana dan dapat dipraktikkan menyesuaikan dengan keluarga masing-masing.
Tahun 2021 sudah berjalan dua bulan. Namun pandemi Covid-19 belum dapat diprediksi kapan akan berhenti. Vaksinasi tahap pertama sudah dilakukan. Vaksin merah putih masih dalam tahap pengembangan. Keluarga masih harus tetap survive dengan keadaan ekonomi yang ada. Sebelum virus ini dapat dikendalikan dan ekonomi berangsur pulih maka yang dapat dilakukan oleh sebuah keluarga adalah meningkatkan kemampuannya dalam mengelola keuangan dengan baik.
OJK telah banyak memberi edukasi keuangan bagi masyarakat. Tinggal bagaimana masyarakat mengambil sikap terhadap edukasi yang telah diberikan. Tahun 2021 adalah kesempatan setiap keluarga Indonesia tetap aware terhadap keadaan ekonomi dan mulai meningkatkan literasi keuangannya. Pada akhirnya tidak hanya keluarga yang terhindar dari pandemi namun juga keuangan keluarga juga dalam keadaan baik. Keuangan Negara dalam kondisi yang tidak baik saat sekarang ini, mari kita membantunya dengan meningkatkan kemampuan mengelola keuangan sehingga dapat mengurangi beban yang ditanggung oleh negara. *) Tulisan ini merupakan pendapat pribadi
Oleh : Aria Seto, Pemerhati Sosial Budaya Judi daring atau Judi Online bukan sekadar pelanggaran hukum,…
Oleh: Mustika Annan, Pengamat Hukum Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU KUHAP) tengah memasuki tahap penting dalam…
Oleh: Dr. Wirawan B. Ilyas, CPA., BKP, Akuntan Forensik Sebuah media nasional (29/11/23) mengungkapkan terkait penjelasan frasa kerugian…
Oleh : Aria Seto, Pemerhati Sosial Budaya Judi daring atau Judi Online bukan sekadar pelanggaran hukum,…
Oleh: Mustika Annan, Pengamat Hukum Rancangan Undang-Undang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU KUHAP) tengah memasuki tahap penting dalam…
Oleh: Dr. Wirawan B. Ilyas, CPA., BKP, Akuntan Forensik Sebuah media nasional (29/11/23) mengungkapkan terkait penjelasan frasa kerugian…