NERACA
Jakarta – Rontoknya indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam beberapa waktu terakhir, membuat pihak PT Bursa Efek Indonesia (BEI) angkat bicara. Dimana adanya perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dengan mitra dagang telah menimbulkan kekhawatiran pelaku pasar, sehingga mereka menarik dananya dari emerging market, termasuk Indonesia.“Menarik, kemarin saya hadir bersama Bu Mari Elka Pangestu, dia bilang bahwa 70% dana itu flat to quality to US (United States). Jadi dana asing itu sekarang masuk ke Amerika Serikat ya,”kata Direktur Utama BEI, Iman Rachman di Jakarta, kemarin.
Disampaikannya, kebijakan suku bunga acuan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang cenderung higher for longer, sebagai upaya menjaga stabilitas tingkat inflasi AS juga menjadi pemicu terkoreksinya IHSG“Walaupun saya juga diupdate, paling banyak The Fed akan nurunin satu tahun ini sekali. Jadi, sebenarnya kita tahu, interest rate ini sensitif terhadap bursa, terhadap equity. Kalau interest rate naik di US, orang lebih senang beli phisycal product gitu,” ujar Iman.
Kemudian, dia melanjutkan yaitu indeks keyakinan konsumen (IKK) AS yang mengalami penurunan signifikan pada Februari 2025, yang mana indeks keyakinan konsumen The Conference Board mencatatkan penurunan bulanan terbesar sejak Agustus 2021. Sementara itu dari Asia, dia menyebut Bank of Korea telah menurunkan suku bunga acuannya dari 3% menjadi 2,75% yang memberikan sentimen terhadap pelaku pasar, khususnya di kawasan Asia.“Kita musti aware bahwa sekarang ini 40% asing. Sementara kalau turun terus, ya dari 60% domestik itu ada hampir 40% retail gitu kan,” ujar Iman.
Dari dalam negeri, dirinya menjelaskan adanya pemangkasan rating oleh Morgan Stanley Capital International (MSCI) telah memberikan sentimen cukup signifikan ke pasar saham Indonesia. Hal inipun dibenarkan analis sekaligus Founder Stocknow.id Hendra Wardana seperti dikutip Antara.
Da menjelaskan keputusan Morgan Stanley yang menurunkan peringkat saham MSCI Indonesia dari 'equal weight' menjadi 'underweight' merupakan salah satu pemicu utama tertekannya IHSG.“Lembaga ini menilai return on equity (ROE) saham-saham di Indonesia terus melemah, sementara pertumbuhan ekonomi masih stagnan,” ujar Hendra.
Menurut ahli strategi Morgan Stanley Jonathan Garner, investasi terhadap PDB Indonesia bergerak sideways sepanjang 2025, yang berisiko menekan penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan pendapatan.“Akibatnya, investor global lebih memilih untuk mengalihkan portofolio mereka ke negara lain di ASEAN yang dinilai lebih prospektif,” ujar Hendra.
Lanjutnya, tekanan terhadap IHSG semakin diperparah oleh ketidakpastian pasar terhadap keberadaan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Dirinya menyebut, badan ini diharapkan mampu mengoptimalkan aset negara dan menarik investasi asing, namun masih banyak pertanyaan yang muncul terkait efektivitas dan transparansi pengelolaannya.
PT Visionet Internasional (OVO) meluncurkan GEBUK JUDOL (Gerakan Bareng Ungkap Judi Online), sebuah inisiatif yang mengajak masyarakat Indonesia untuk turut…
Dorong pertumbuhan literasi keuangan, PT FWD Insurance Indonesia (FWD Insurance) menghadirkan Financial Inclusion and Education for Successful Thoughts and Actions…
Pesatnya pembangunan infrastruktur di Karawang, seperti telah resmi beroperasinya kereta cepat Whoosh di Karawang memberikan dampak positif terhadap permintaan pasar…
PT Visionet Internasional (OVO) meluncurkan GEBUK JUDOL (Gerakan Bareng Ungkap Judi Online), sebuah inisiatif yang mengajak masyarakat Indonesia untuk turut…
Dorong pertumbuhan literasi keuangan, PT FWD Insurance Indonesia (FWD Insurance) menghadirkan Financial Inclusion and Education for Successful Thoughts and Actions…
Pesatnya pembangunan infrastruktur di Karawang, seperti telah resmi beroperasinya kereta cepat Whoosh di Karawang memberikan dampak positif terhadap permintaan pasar…