Menyadari pentingnya menjaga keberlangsungan usaha dengan memanfaatkan energi bersih ramah lingkungan menjadi perhatian serius bagi pelaku usaha. Pasalnya, bicara penggunaan energi ramah lingkungan tidak hanya untuk saat ini tetapi jangka panjang guna mewariskan lingkungan yang lebih baik bagi anak cucu kedepannya. Maka tak heran, transisi energi dengan tren penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan mulai diminati pelaku industri sejalan semangat untuk menekan emisi karbon yang diterus digaungkan pemerintah dan dunia, juga dampak positifnya membangun daya saing di pasar dan penciptaan lapangan kerja baru.
Asal tahu saja, pengembangan energi terbarukan Indonesia masih lambat. Pada 2023, bauran energi terbarukan nasional baru mencapai 13,1%, jauh dari target 25% pada 2025. Namun bukannya menyusun strategi untuk menggenjot energi terbarukan, pemerintah justru berencana menurunkan target baurannya menjadi 17-19% pada 2025.
Oleh karna itu, Putra Adhiguna, Managing Director Energy Shift Institute (ESI) menilai, transisi energi menjadi krusial dengan target pertumbuhan ekonomi hingga 8% yang telah ditetapkan oleh Presiden Prabowo. Hal ini mengingat, energi merupakan fondasi bagi pertumbuhan di sektor ekonomi mana pun, dan di sisi lain, perusahaan global semakin menuntut tersedianya energi bersih di negara tujuan investasi mereka.“Transisi energi adalah perkara daya saing Indonesia di level global, perkara daya saing menarik investasi industri berkualitas dan menciptakan lapangan kerja. Karenanya, transisi energi lebih luas dari perihal terkait PT PLN (Persero), pemerintah lah yang harus berhitung untung rugi ekonomi bila tidak memiliki suplai energi bersih,”ujarnya.
Para pelaku usaha atau investor asing yang pasti akan melihat dulu kebijakan transisi energi Indonesia karena cepat atau lambat hal itu harus dilakukan para pelaku usaha sebagai tuntutan masyarakat dunia. “Investor sekarang ini pasti punya program transisi energi ke energi hijau yang menekan emisi, karena itu juga jadi tuntutan masyarakat dunia,”kata Putra.
Hal senada juga disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, transisi energi dengan pemanfaatan energi bersih bukan semata-mata hanya permasalahan lingkungan saja, namun lebih jauh lagi untuk menjaga daya saing produk dalam negeri dengan negara lain. “Transisi energi ini adalah suatu kebijakan dari pemerintah untuk merespon apa yang terjadi di global. Jadi kita merespon, global itu inginnya seperti ini. Tujuannya adalah untuk tetap menjaga daya saing kita. Jadi saya memberikan planning-nya sesuatu yang sangat umum untuk semua. Bukan keperluannya ESDM, bukan keperluannya lingkungan saja," tutur Dadan.
Pemanfaatan produk energi bersih, lanjutnya, dalam proses produksinya akan menjadi sebuah persyaratan masyarakat global dengan konsekuensi pajak lebih tinggi jika dalam proses produksinya menggunakan bahan bakar yang menghasilkan emisi tinggi. Sementara Direktur Eksekutif Institute Essential for Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa mengungkapkan, terdapat potensi penciptaan lapangan kerja baru di sektor energi seiring dengan adanya transisi energi dari fosil menuju energi bersih.“Ada sektor-sektor, khususnya sektor energi fosil yang secara bertahap lapangan kerjanya akan semakin menurun tapi juga ada lapangan kerja baru yang tercipta dari industri energi bersih ini” ujarnya.
Dia menyebut tren investasi industri energi fosil semakin menurun dalam 10 tahun terakhir, sehingga pengembangan energi baru terbarukan (EBT) kian terbuka. Hal ini membuka kesempatan lapangan kerja dalam industri energi bersih. Terlebih berdasarkan kajian IESR, potensi energi terbarukan berupa tenaga surya memiliki potensi yang besar yakni sekitar 20.000 gigawatt.
Dengan potensi energi surya yang bisa menjadi tulang punggung energi Indonesia, maka transisi menuju nol emisi karbon dapat diakselerasi salah satunya dengan mengakhiri operasi PLTU sebelum 2050. Lewat pensiun dini PLTU yang tidak dilengkapi penangkap karbon, maka berimplikasi pada kesempatan kerja yang luas bagi anak muda di sektor energi bersih dengan potensi tenaga kerja yang dapat terserap sebanyak 3,2 juta tenaga kerja pada 2050.“Di mana 1,2 juta di antaranya tercipta dari pekerjaan yang berbasis teknis, dan studi IESR menunjukkan hal yang sama bahwa transisi energi akan menciptakan lapangan kerja yang jauh lebih besar,”ungkapnya.
Kebutuhan Pasar
Semakin besarnya dorongan untuk menggunakan energi bersih, prospek energi terbarukan di sektor industri Indonesia terlihat menjanjikan. Banyak perusahaan yang mulai mengadopsi teknologi energi terbarukan untuk operasi sehari-hari mereka. Merespon kebutuhan pasar akan energi bersih, PT PLN (Persero) siap mendukung pemerintah dalam menciptakan ekosistem investasi berkelanjutan demi meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dengan menghadirkan listrik berbasis Energi Baru dan Terbarukan (EBT) atau Green Energy As a Service (GEAS).
Merck, perusahaan sains dan teknologi terkemuka telah mengambil inisiatif untuk membeli Sertifikat Energi Terbarukan atau Renewable Energy Certificate (REC) dari PT PLN (Persero). Dengan langkah ini, Merck akan meningkatkan portofolio energi listrik berasal dari energi terbarukan hingga 40% pada tahun 2026. Hal ini mencerminkan kontribusi signifikan perusahaan dalam mendukung agenda energi bersih di Indonesia yang sejalan dengan salah satu target keberlanjutan Merck Group, yaitu mengurangi jejak ekologisnya.
Pada 2040, Merck menargetkan untuk mencapai netralitas iklim dan mengurangi konsumsi sumber dayanya. “Dengan langkah-langkah ini, Merck semakin memperkuat komitmen dalam penggunaan energi terbarukan dan pengurangan emisi karbon di Indonesia. Upaya ini juga menegaskan dukungan kami terhadap target pemerintah dalam mencapai pengurangan emisi dan menuju NZE pada tahun 2060,”kata Arryo Aritrixso Wachjuwidajat, Site Director PT Merck Tbk.
Direktur Utama PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo menegaskan, menyambut baik kolaborasi dengan beberapa perusahaan untuk perluas penggunaan energi bersih. Bahkan PLN menyatakan untuk mendukung visi pemerintah dalam menciptakan ekosistem investasi yang berbasis energi bersih. Selain itu, PLN memiliki layanan khusus untuk menjawab kebutuhan industri di suplai listrik bersih yang andal dan terjangkau, dengan salah satu produk andalannya "Renewable Energy Certificate (REC)."Melalui layanan ini, kami siap mendukung arah investasi yang berkelanjutan dan tengah difokuskan pemerintah. Langkah ini juga selaras dengan upaya mencapai Net Zero Emissions (NZE) di tahun 2060," katanya.
Disampaikannya, REC adalah bentuk nyata PLN dalam mendorong penggunaan energi bersih di berbagai sektor industri termasuk media massa. Penjualan REC ini juga memperkuat posisi PLN dalam mendukung daya saing industri nasional dengan memberikan opsi energi yang ramah lingkungan.
REC merupakan bentuk layanan PLN yang memudahkan pelanggan untuk mendapatkan pengakuan atas penggunaan EBT yang transparan, akuntabel, dan diakui secara internasional. Setiap sertifikat REC membuktikan listrik yang digunakan pelanggan berasal dari pembangkit EBT.“REC merupakan salah satu inovasi produk hijau yang dimiliki PLN, di mana REC juga ada untuk validasi suatu perusahaan bahwa tenaga listrik yang digunakan berasal dari energi listrik hijau dan terverifikasi,” kata Darmawan.
Ditambahkan Darmawan, pasokan listrik dari layanan GEAS bersumber dari pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT). Sampai saat ini, layanan GEAS telah dinikmati oleh berbagai perusahaan nasional mau pun global di tanah air."Sejalan tingginya komitmen sektor industri maka PLN mendukung dekarbonisasi di Indonesia, dengan menyediakan listrik hijau lewat REC yang diakui internasional 66etiap sertifikat REC membuktikan, listrik per megawatt hour (MWh) yang digunakan berasal dari pembangkit EBT atau nonfosil,"ujar Darmawan.
Hingga September 2024, layanan listrik hijau REC PLN telah dinikmati ribuan pelanggan dengan total 9.776 transaksi, penjualannya mencapai 4,01 juta Megawatt hours (MWh)@. Angka ini menunjukkan pertumbuhan signifikan dibanding periode yang sama di tahun 2023 yang mencapai 2.554 transaksi dengan penjualan sebesar 2,33 juta MWh. Pertumbuhan ini mencerminkan komitmen kuat PLN dalam mendukung transisi energi hijau melalui peningkatan penggunaan sertifikat energi terbarukan di Indonesia.
Disampaikannya, pihaknya akan terus meningkatkan kapasitas energi bersih untuk memenuhi permintaan listrik hijau untuk industri yang semakin tinggi."Kami juga telah berhasil menambah dua pembangkit sebagai sumber REC. Saat ini kami juga memiliki 8 pembangkit yang dapat menerbitkan REC dengan kapasitas produksi mencapai 4,7 juta unit REC atau 4,7 TWh per tahun dan jumlah akan terus bertambah,” jelas Darmawan.
Adapun dua pembangkit sumber REC yang berhasil ditambah PLN tahun ini ialah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulumbu di Nusa Tenggara Timur dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Orya Genyem di Papua. Dua pembangkit berbasis EBT di atas telah bergabung dengan 6 pembangkit lain yang selama ini telah menyuplai listrik hijau REC PLN yaitu PLTP Ulubelu, PLTA Cirata, PLTP Kamojang, PLTM Lambur, PLTA Bakaru, dan PLTP Lahendong.
Direktur Eksekutif Center for Energy Security Studies (CESS), Ali Ahmudi Achyak memberikan apresiasi kinerja PT PLN (Persero) yang dinilai berhasil dalam penyediaan energi bersih bagi sektor industri dan bisnis. Hal ini merespon meningkatnya penjualan REC PLN pada 2023 yang bertumbuh 101% dibanding 2022. "Pentingnya REC sebagai langkah dekarbonisasi, terutama di sektor industri dan bisnis, sebagai respons terhadap tuntutan zaman. Produk yang dihasilkan melalui energi bersih menjadi kunci daya saing industri saat ini," katanya.
Pada 2040, PLN sudah menargetkan 75% pembangkit mereka itu akan berubah ke energi terbarukan.
PLN sedang giat melakukan transisi energi dengan sejumlah cara antara lain dengan co-firing, menggenjot pemanfaatan gas, serta menambah kapasitas pembangkitan listrik melalui geothermal, angin dan matahari."Hal itu membuat pembangkitan listrik makin hijau dan perusahaan tersebut bisa mencapai NZE dalam waktu cepat. Konsep NZE adalah menyeimbangkan penggunaan energi fosil dan nonfosil, bukan meniadakan penggunaan energi fosil," tutur Ali.
Asal tahu saja, PLN sudah memprogramkan antara lain dengan melakukan co-firing yang mengurangi konsumsi batubara dengan dicampur secara perlahan komposisinya dinaikkan dengan biomasa. Disebutkan, ada 52 pembangkit listrik dari 114 pembangkit yang sudah siap membangkitkan listrik dengan co-firing, khusus di Sumatera dan Jawa sekitar 28 pembangkit listrik.
Sebagai bentuk apresiasi kepada para agent properti, Rumah123, sebagai property marketplace menggelar puncak acara tahunan bergengsi Rumah123 Agent Awards 2024…
Cetak generasi muda yang handal dan cakep digital, Sinar Mas Land (SML) melalui Digital Hub dan Living Lab Ventures (LLV)…
Masih dalam rangka perayaan hari jadi ke-34, PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. (Adira Finance) kembali melaksanakan Festival Pasar Rakyat…
Sebagai bentuk apresiasi kepada para agent properti, Rumah123, sebagai property marketplace menggelar puncak acara tahunan bergengsi Rumah123 Agent Awards 2024…
Cetak generasi muda yang handal dan cakep digital, Sinar Mas Land (SML) melalui Digital Hub dan Living Lab Ventures (LLV)…
Masih dalam rangka perayaan hari jadi ke-34, PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk. (Adira Finance) kembali melaksanakan Festival Pasar Rakyat…