Kementan Ajak Pejuang Pangan Sambut Peluang Antisipasi Darurat Pangan

NERACA


Banjarbaru - Kementerian Pertanian RI terus melakukan upaya peningkatan produksi pertanian dan mengembalikan swasembada pangan. Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman melalui jajarannya terus berupaya meningkatkan produksi nasional untuk komoditas padi.

 

Selain itu, Kementan juga memperkenalkan strategi baru dalam memacu produksi tanaman pangan guna menjaga ketahanan pangan nasional. Fokus utama, memanfaatkan potensi lahan rawa dan pengelolaan sumber air yang efisien.

 

Langkah tersebut, kata Mentan, juga diiringi optimalisasi  pemanfaatan lahan untuk pertanian, termasuk lahan-lahan rawa yang sebelumnya dianggap tidak produktif. Guna mencapai target tersebut, diperlukan kolaborasi, salah satunya melalui peran pemuda.

 

Guna mendukung upaya tersebut, Pusat Pendidikan Pertanian BPPSDMP Kementan [Pusdiktan] melalui SMK-PP Negeri Banjarbaru kembali menggelar Millennial Agriculture Forum [MAF] Volume 5 Edisi 26 via daring bertajuk ´Pejuang Pangan Menyambut Peluang Untuk Antisipasi Darurat Pangan´ pada Sabtu [27/7].

 

Pada Webinar MAF tersebut, SMK-PP Negeri Banjarbaru sebagai Unit Pelaksana Teknis [UPT] BPPSDMP Kementan menghadirkan tiga narasumber di antaranya Izhar Khairullah, peneliti pada Pusat Riset Tanaman Pangan - Badan Riset dan Inovasi Nasional [BRIN]; Subejo, Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat dan Kerjasama, Fakultas Pertanian UGM; dan Arnita Wati, petani Kluster Padi Kurau Bungas.

 

Mengawali dan membuka Webinar MAF, Pelaksana Tugas [Plt] Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi mengajak petani, petani milenial dan penyuluh turut mengoptimalkan lahan rawa di Kalimantan dan Sumatera.

 

“Tidak akan ada Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI tanpa pangan. Tidak ada pangan tanpa ada pertanian. Tidak akan ada pertanian tanpa peran petani. Tidak ada petani tanpa petani milenial,” katanya.

 

Posisi petani milenial, kata Dedi Nursyamsi, adalah penyangga hidup dan kehidupan NKRI yang kita cintai. Apabila ingin NKRI menjadi negara kuat dan hebat, maka pangannya harus kuat. Pertaniannya harus kuat. Petani dan petani milenial harus kuat.

 

“Akibat El Nino, pada 2023 produksi beras kita hanya mencapai 30,2 juta ton per tahun. Turun dari tahun sebelumnya, yang mencapai 31,2 juta ton per tahun sementara kebutuhan beras kita sebanyak 31,2 juta ton per tahun," ungkapnya lagi.

 

Dia menambahkan, Badan Pusat Statistik [BPS] memprediksi produksi beras pada 2024 menurun, maka kita harus mampu membalikkan prediksi BPS tersebut.

 

“Ayo petani, petani milenial dan calon petani milenial, ayo kita singsingkan lengan dan baju kalian. Ayo turun ke sawah, turun ke kebun. Ayo genjot produksi melalui peningkatan indeks pertanaman dan perluasan areal tanam. Saya yakin di akhir 2024, kita akan mendapatkan beras yang cukup untuk kebutuhan nasional,” katanya.

 

Kepala SMK-PP Negeri Banjarbaru, Budi Santoso pada kesempatan tersebut menegaskan komitmen pihaknya sebagai UPT Kementan di Kalimantan Selatan [Kalsel] turut mendukung kegiatan Kementan bagi peningkatan produksi pangan.

 

“Webinar MAF ini adalah salah satu kegiatan kita dalam mendukung program Kementan. Kami harapkan, pemateri menyampaikan materi pada petani-petani muda bagi peningkatan produksi pangan dan kegiatan usahanya," katanya.

 

Narasumber MAF

Pemateri Arnita Wati, petani muda dari Kecamatan Kurau, Kabupaten Tanah Laut mengisahkan awal mula menggeluti  pertanian, khususnya komoditas padi sejak 2023 bersama 12 anggota. Saat ini, setelah mendapatkan bantuan agribisnis dari Kementan, dia dapat mengembangkan luas tanam dari delapan menjadi 16 hektar.

 

Dia mengaku, Kluster Kurau Bungas saat ini mengembangkan dari gabah kering menjadi beras dan beras kemasan. Selain itu, usahanya mendapat kepercayaan dari Bank Indonesia [BI] Kalsel berupa bantuan traktor tangan dan kerjasama dengan koperasi serta memanfaatkan Corporate Social Responsibility [CSR] dari korporasi.

 

Izhar Khairullah dari BRIN memaparkan tentang teknologi budidaya padi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas di lahan rawa melalui pemanfaatan keragaman ekosistem.

 

"Lahan rawa sangat potensial didukung pemanfaatan teknologi modern. Mulai dari persiapan lahan, pengolahan tanah, panen dan pasca panen berbasis inovasi teknologi, yang cocok diaplikasikan oleh petani milenial," katanya.

 

Subedjo, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, mengulas tentang Strategi Survival Masyarakat Tani dalam Situasi dan Kondisi Ketidakpastian. Paparan utamanya tentang problematika pangan global dan nasional dan strategi survival masyarakat tani serta risiko atas keberlanjutan maupun strategi prospektif.

BERITA TERKAIT

ENESIS GROUP Raih Penghargaan Jawa Pos 7 Most Popular Brand of The Year 2024

ENESIS GROUP Raih Penghargaan Jawa Pos 7 Most Popular Brand of The Year 2024 NERACA Jakarta - ENESIS GROUP dengan…

Kementan Inisiasi Close Loop Agribisnis Hortikultura Petani Muda Malang

Kementan Inisiasi Close Loop Agribisnis Hortikultura Petani Muda Malang NERACA Malang - Model kemitraan agribisnis dari hulu sampai hilir melibatkan…

Biaya Avtur di Indonesia Lebih Mahal 28% Dibandingkan Negara ASEAN

  NERACA Jakarta – CEO Capital A Berhad, induk perusahaan maskapai penerbangan AirAsia Tony Fernandes mengungkapkan biaya bahan bakar pesawat…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

ENESIS GROUP Raih Penghargaan Jawa Pos 7 Most Popular Brand of The Year 2024

ENESIS GROUP Raih Penghargaan Jawa Pos 7 Most Popular Brand of The Year 2024 NERACA Jakarta - ENESIS GROUP dengan…

Kementan Inisiasi Close Loop Agribisnis Hortikultura Petani Muda Malang

Kementan Inisiasi Close Loop Agribisnis Hortikultura Petani Muda Malang NERACA Malang - Model kemitraan agribisnis dari hulu sampai hilir melibatkan…

Biaya Avtur di Indonesia Lebih Mahal 28% Dibandingkan Negara ASEAN

  NERACA Jakarta – CEO Capital A Berhad, induk perusahaan maskapai penerbangan AirAsia Tony Fernandes mengungkapkan biaya bahan bakar pesawat…