Manisnya Potensi Gula Kelapa Indonesia

NERACA

Jakarta - Tanaman kelapa kerap dijuluki sebagai “tanaman kehidupan” (The Tree of Life) karena hampir semua bagian tanaman mulai dari akar sampai ke daun serta buah dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya.

Banyak pengusaha kelapa yang kini memanfaatkan produk turunan kelapa menjadi  berbagai macam produk yang memiliki potensi, salah satunya adalah gula kelapa. Hal ini juga membuka tambahan kesempatan lapangan kerja.

“Gula Kelapa sebagai produk pemanis alternatif yang memiliki keunggulan seperti mudah dibuat/alsin sederhana, dan tanpa campuran bahan kimia (organik) serta lebih sehat dibanding pemanis gula putih (rafinasi) karena adanya kandungan serat bernama inulin yang terbukti lebih sehat. Selain itu, indeks glikemik pada gula kelapa juga relatif rendah sehingga tidak menyebabkan lonjakan kadar gula darah secara drastis,” ujar Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan).

Sumber bahan baku banyak tersedia di Indonesia, lanjut Ali, mayoritas kelapa tumbuh di kepulauan Asia Tenggara, sehingga Indonesia dikenal negara terbesar di Asia Tenggara sebagai penghasil kelapa paling banyak di dunia.

“Sejalan dengan trend konsumen sumber pemanis yang sehat, gula kelapa bisa dihasilkan melalui proses organik dan pasarnya terus meningkat,” ujar Ali.

Ali menambahkan, selain sumber pemanis untuk minuman langsung (teh dan kopi) juga untuk bahan baku pembuatan kecap serta bahan makanan lainnya.

Saat ini sentra gula kelapa terbesar yaitu provinsi Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta, sedangkan untuk industri gula kelapa, sudah berkembang di tanah air seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, DI. Yogyakarta, dan Banten.

“Melalui berbagai inovasi gula kelapa atau gula semut juga bisa menjadi produk buah tangan (souvenir, oleh-oleh). Melalui ekspor gula semut kelapa juga sebagai sumber devisa yang permintaan pasarnya terus meningkat,” tambah Ali.

Hal ini sesuai dengan program Kementan agar dapat terus melakukan inovasi peningkatan produksi di bidang pangan dan mengembangkan inovasi produk olahan untuk menjangkau pasar yang lebih luas, agar komoditas pertanian Indonesia termasuk perkebunan dapat bersaing dan menguasai pasar dunia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), yang tertuang dalam statistik komoditi unggulan perkebunan tahun 2020-2022, ekspor komoditas pertanian khususnya komoditas perkebunan berdasarkan kode HS, tahun 2021 untuk volume kelapa sebanyak 2.134.555.639,64 kilogram (kg) dengan nilai US$ 1.699.886.745,89 (kelapa, kelapa muda, kopra, minyak kelapa mentah, arang kelapa, bungkil kelapa, serat kelapa dan lainnya).

Sementara itu, berdasarkan data statistik perkebunan (Ditjen Perkebunan) untuk luas areal kelapa deres perkebunan rakyat tahun 2020 seluas 43.704,08 hektare (ha), produksi sebanyak 432.338 ton dan produktivitas sebanyak 11.011 kg/ha dengan jumlah petani sebanyak 183.968 kepala keluarga (KK).

Sebelumnya, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) pun ikut mendorong daya saing dan ekspor kelapa agar dikembangkan melalui koperasi, terintegrasi dari sektor hulu ke hilir melibatkan offtaker, terhubung ke pembiayaan, dan mengunakan teknologi.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, potensi industri kelapa sangatlah besar, baik di pasar domestik maupun di pasar dunia.

“Hampir semua dari kelapa, mulai dari daun, buah, hingga serabutnya berguna dan bernilai tinggi. Dalam hal penyumbang devisa negara, agribisnis kelapa berada pada peringkat 4 setelah sawit, karet, dan kakao,” kata Teten.

Bahkan ekspor briket (tempurung kelapa) merupakan salah satu potensi ekspor usaha mikro kecl dan menengah (UMKM) karena pasarnya ada di seluruh dunia. "Ekspor briket ini harus didukung dari sisi pembiayaan dan pendampingan agar volumenya terus meningkat," kata Teten.

Dalam hal ini Teten menegaskan, KemenkopUKM terus mempersiapkan ekosistem yang mendukung UMKM go global. Ikhtiar itu dilakukan mulai dengan pembinaan UMKM lewat pendampingan model inkubasi.

"Pendampingan dilakukan secara profesional mulai dari peningkatan produksi, kurasi sampai dapat sertifikasi yang dibutuhkan di negara tujuan ekspor," jelas Teten.

Selain itu, Teten mengakui, KemenkopUKM juga mendorong perbankan  menyalurkan pembiayaan bagi UMKM dengan porsi yang lebih besar. Harapannya, , tidak ada  UMKM yang terganjal pembiayaan untuk meningkatkan produksi dan ekspor hanya karena kurang biaya. Sebab melalui kredit usaha rakyat (KUR) pelaku UMKM bisa meningkatkan produksi dan melebarkan pasar.   

 

 

BERITA TERKAIT

Jaga Ketersediaan Industri Dalam Negeri, Ekspor POME, HAPOR, dan UCO Diperketat

NERACA Jakarta –  Pemerintah memperketat ekspor limbah pabrik kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent/POME), residu minyak sawit asam tinggi (High…

Ekspor SBW Terus Diperkuat

NERACA Surabaya - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono mendorong masyarakat Indonesia untuk melirik budidaya sarang burung walet (SBW) sebagai kekuatan…

Perizinan Pengelolaan Air Dipermudah

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meluncurkan Perizinan Air Tanah yang lebih mudah, implementasi dari Peraturan…

BERITA LAINNYA DI Industri

Jaga Ketersediaan Industri Dalam Negeri, Ekspor POME, HAPOR, dan UCO Diperketat

NERACA Jakarta –  Pemerintah memperketat ekspor limbah pabrik kelapa sawit (Palm Oil Mill Effluent/POME), residu minyak sawit asam tinggi (High…

Ekspor SBW Terus Diperkuat

NERACA Surabaya - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono mendorong masyarakat Indonesia untuk melirik budidaya sarang burung walet (SBW) sebagai kekuatan…

Perizinan Pengelolaan Air Dipermudah

NERACA Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meluncurkan Perizinan Air Tanah yang lebih mudah, implementasi dari Peraturan…