Minimnya Sumberdaya Manusia Jadi Biang Keladi - Penerapan IFRS Lamban

NERACA

Jakarta - Penerapan Standard Pelaporan Keuangan Internasional atau International Financial Reporting Standards (IFRS) di Indonesia masih mengalami kesulitan karena minimnya sumberdaya manusia (SDM) yang memahami standard akuntansi keuangan (SAK) berbasis IFRS.

“Mayoritas kurang paham tentang fair value atau nilai wajar. Artinya, nilai itu diukur menggunakan harga di pasar utama bagi aktiva atau kewajiban. Sehingga laporan keuangan perusahaan harus update tiap tiga atau empat bulan,” ujar Danil Setiadi Handaya, Anggota Dewan Standard Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia (SAK-IAI) kepada Neraca, Jumat (11/5) pekan lalu.

Lebih lanjut Danil menjelaskan, perusahaan sebelumnya telah terbiasa membuat laporan keuangan berbasis historical cost, yang tidak mengharuskan updating setiap triwulan atau kuartalan. “Apalagi ke Bank Indonesia (BI). Perbankan wajib melaporkan setiap bulan dengan berbasis IFRS,” tambahnya.

Mengadopsi IFRS, kata dia, sama juga artinya mengadopsi bahasa pelaporan keuangan global yang akan membuat sebuah perusahaan dapat dipahami pasar global. Suatu perusahaan akan memiliki daya saing yang lebih besar ketika mengadopsi IFRS dalam laporan keuangannya.

Di dunia internasional, IFRS telah diadopsi oleh banyak negara, seperti Uni Eropa, Afrika, Asia, Amerika Latin dan Australia. Di kawasan Asia, ada Hong Kong, Filipina dan Singapura yang telah ikut mengadopsi.

Sementara itu, Anggota Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), Roy Iman Wirahardja mengakui kalau minimnya SDM juga diakibatkan karena metode berbasis IFRS di dunia perkuliahan belum banyak diterapkan. “Baru dua tahun diterapkan. Karena akuntan publik sekarang ini didikan Wall Street. Meskipun begitu, saat ini sudah mulai ada training tentang IFRS,” kata dia.

Terlalu konservatif

Sebagai pembanding, standard akuntansi keuangan Amerika Serikat (AS), US GAAP (Unites Stated General Accepted Accounting Principles) dan FASB (Financial Accounting Standard Board) menggunakan prinsip laba rugi konservatif sedangkan IFRS menggunakan prinsip laba rugi yang komprehensif.

Berdasarkan laporan laba dan rugi US GAAP, terdapat perbedaan antara penghasilan terealisasi dari transaksi dan biaya historis yang terjadi dalam periode waktu, dengan prinsip akrual, prinsip realisasi dan prinsip penandingan yang sudah diakui oleh banyak studi empiris.

Namun dengan perkembangan ekonomi global, prinsip-prinsip dalam US GAAP terlalu konservatif untuk mengevaluasi suatu operasi perusahaan dan biaya historis. Sehingga tidak dapat menggambarkan keadaan aset suatu perusahaan secara real.

Dengan demikian, muncullah International Accounting Standard Board (IASB) dengan International Financial Reporting Standards (IFRS), di mana di dalamnya terdapat konsep laba rugi komprehensif yang sudah mulai diakui secara internasional. Diakui, saat ini IFRS belum menjadi one global accounting standard.

Kendati demikian, standard ini telah digunakan sekitar 150 negara, termasuk Jepang, China, Kanada dan 27 negara Uni Eropa. Sedikitnya, 85 dari negara-negara tersebut telah mewajibkan laporan keuangan mereka menggunakan IFRS untuk semua perusahaan domestik atau perusahaan yang tercatat (listed). Bagi perusahaan yang go international atau yang memiliki partner dari Uni Eropa, Australia, Rusia dan beberapa negara di Timur Tengah memang tidak ada pilihan lain selain menerapkan IFRS. [ardi]

BERITA TERKAIT

Jangkau Program Rumah Untuk Nakes - BTN Siapkan 30 Ribu Unit Rumah Subsidi

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) kembali bergerak menyalurkan rumah layak dan terjangkau bersama Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman…

DRMA Catatkan Pertumbuhan Laba Bersih 7%

NERACA Jakarta – Emiten manufaktur komponen otomotif, PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) membukukan penjualan di kuartal pertama sebesar Rp1,5 triliun,…

Pendapatan Petrosea Terkoreksi 1,3%

NERACA Jakarta - Di kuartal pertama 2025, PT Petrosea Tbk. (PTRO) membukukan pendapatan US$154,21 juta. Capaian itu turun 1,3% dibandingkan…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Jangkau Program Rumah Untuk Nakes - BTN Siapkan 30 Ribu Unit Rumah Subsidi

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) kembali bergerak menyalurkan rumah layak dan terjangkau bersama Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman…

DRMA Catatkan Pertumbuhan Laba Bersih 7%

NERACA Jakarta – Emiten manufaktur komponen otomotif, PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA) membukukan penjualan di kuartal pertama sebesar Rp1,5 triliun,…

Pendapatan Petrosea Terkoreksi 1,3%

NERACA Jakarta - Di kuartal pertama 2025, PT Petrosea Tbk. (PTRO) membukukan pendapatan US$154,21 juta. Capaian itu turun 1,3% dibandingkan…

Berita Terpopuler