Meluruskan Anggapan Salah Kaprah soal Perut Buncit

Bicara soal perut buncit tak pernah ada habisnya. Berbagai anggapan tentang perut buncit berseliweran di tengah masyarakat menjadi mitos tersendiri. Berbagai anggapan itu tak sepenuhnya salah, tapi juga tak 100 persen benar. Celakanya, masyarakat sudah kadung mempercayai berbagai anggapan yang salah kaprah tersebut.

Kepercayaan masyarakat terhadap anggapan yang salah kaprah itu membuat banyak orang melakukan berbagai macam kesalahan demi mengatasi perut buncit. Padahal, menjaga berat badan, termasuk salah satunya ukuran lingkar perut, sangat penting sebagai parameter kesehatan. Berikut dua anggapan yang banyak tersebar di masyarakat tentang perut buncit, tapi salah kaprah.

Perut buncit itu turunan

Anggapan ini tak sepenuhnya salah, tapi tak sepenuhnya benar. Betul bahwa faktor genetik berperan dalam meningkatkan risiko lingkar perut yang lebar pada seseorang. Tapi, faktor genetik itu bisa 'dilawan' dengan berbagai upaya yang bisa dilakukan."(Faktor) genetik tetap ada. Tapi, apalah itu akan dibiarkan? Atau, apakah kita mau menjadi lebih baik," kata ahli kedokteran olahraga, Michael Triangto dalam podcast berjudul 'Mengecilkan Perut Buncit' dikutip dari CNNIndonesia.com.

Seseorang boleh jadi punya bakat untuk memiliki lingkar perut yang lebar. Namun, seseorang itu bisa keluar dari 'masalah turun-temurunnya' selama berusaha untuk meminimalisasi risiko. "Kalau dibiarkan, pola makannya juga dibiarkan sama. Dia akan ngikutin (memiliki perut buncit karena faktor genetik)," kata Michael.

 Makan malam bikin perut buncit

Banyak orang menghindari makan malam untuk menghindari perut buncit. Padahal, kebiasaan untuk tidak makan malam bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan."Kalau kita mau membandingkan antara makan dan tidak makan (di malam hari), tentu kemungkinan menjadi gemuk akan muncul saat kita makan," ujar Michael. Namun, bukan berarti Anda bisa begitu saja menghindari makan malam.

Michael mengingatkan, dalam setiap kurun waktu empat jam, tubuh akan mengalami penurunan kadar gula. Jika Anda melewati makan malam, artinya Anda membiarkan tubuh merasa lapar selama lebih dari 10 jam. "Misal, makan terakhir jam 18.00 WIB, lalu dibiarkan lapar hingga pagi. Itu artinya perut dibiarkan lapar selama 12 jam," kata Michael.

Alih-alih mengurangi risiko perut buncit, kebiasaan menghindari makan malam justru membuat tubuh kalap di pagi hari. Rasa lapar yang tertahan selama berjam-jam membuat Anda kalap mengonsumsi ini dan itu, yang juga bisa meningkatkan risiko perut buncit.

Lebih dari itu, Michael menambahkan bahwa sebenarnya bukan makan malam yang dilarang dilakukan di malam hari, melainkan ngemil. Kebiasaan ngemil sering kali terjadi dengan tak terkontrol.

Sebelumnya, saat masa karantina mandiri selama pandemi virus corona boleh jadi sekaligus merupakan momen untuk mewujudkan 'body goals'. Sebagian orang mengidamkan postur tubuh impian, termasuk misalnya, perut kotak-kotak bagai papan penggilas cucian. Karena itu orang-orang gigih berolahraga demi mendapat tubuh yang ideal. Selagi Anda berolahraga dan mengupayakan tubuh impian, ada mitos-mitos menyoal lemak perut yang sebaiknya dihindari

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…