Akibat Tsunami, Harga Bahan Baku Plastik Bakal Meningkat

NERACA

Jakarta - Harga bahan baku plastik di kawasan Asia Tenggara diprediksikan bakal meningkat sebesar US$ 20 - US$ 30 per ton hingga awal April. Bencana tsunami di Jepang memang mendorong harga minyak mentah light sweet jatuh hingga ke level di bawah US$100 per barel.

“Tapi itu berbeda dengan harga produk primer dan intermedia yang meliputi nafta, monomer, dan polimer yang mengalami peningkatan,” kata Fajar A.D. Budiyono, Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik Indonesia (INAPLas), ketika dihubungi, Senin (14/3).

Fajar mengatakan, terjadi peningkatan harga polimer sekitar US$20 per ton, sedangkan monomer naik sebesar US$30 per ton dibandingkan dengan bulan lalu. Berdasarkan perkembangan terakhir, harga nafta bergerak di posisi sekitar US$950—US$980 per ton. Sedangkan propilena berada di posisi US$1.475—US$1.500 per ton dan etilena di posisi US$1.250—US$1.300 per ton.

Sementara Polipropilena berada di kisaran harga US$1.750 per ton, sedangkan polyetilena terpaut tipis dari harga monomernya yaitu sekitar US$1.320—US$1.350 per ton.

“Kami perkirakan dengan kondisi seperti sekarang, penguatan harga akan bertahan setidaknya hingga awal April nanti,” terangnya.

Peningkatan harga ini diperkirakan akibat adanya potensi peningkatan permintaan Jepang ke Timur tengah dan Singapura. Pasalnya Tsunami yang terjadi 11 maret lalu telah merusak kilang minyak Jepang, yang memiliki kapasitas produksi nafta, etilena, dan propilena masing sekitar 1 juta ton per tahun.

“Butuh waktu sekitar enam bulan bagi Jepang untuk memulihkan kondisi kilang yang dioperasikan oleh Cosmo Oil Co tersebut,” terangnya.

Selain masalah kilang yang terjadi di Jepang, peningkatan harga produk petrokimia seperti propilena, polipropilena, dan polyetilena, juga akan dipengaruhi penghentian produksi beberapa perusahaan petrokimia di Singapura dan Korea selatan akibat pemeliharaan rutin.

Di sisi lain, penurunan etilena lebih disebabkan oleh mulai masuknya beberapa kilang yang sebelumnya menjalani perawatan rutin. “Karena mulai banjirnya pasokan etilena, harga menjadi turun, sedangkan PE akan tetap bertahan dan propilena dan PP juga tetap di harga tinggi,” katanya.

Untuk Indonesia sendiri, lanjutnya, impor PP ke Jepang tidak akan berpengaruh besar akibat Tsunami. Pasalnya impor PP dari Indonesia hanya sekitar 8.000 ton per tahun pada 2010 dengan kecenderungan terus menyusut. Namun, karena pasokan domestiknya bermasalah, Jepang kemungkinan akan menguras produk petrokimia dari berbagai sumber, termasuk dari Timur Tengah dan Singapura.

“Tadinya Jepang ekspor produk, dengan kondisi sekarang mereka terpaksa impor dari berbagai sumber, utamanya di Timur Tengah dan Singapura yang bisa menyebabkan masalah pada pasok dan permintaan. Itu juga yang menyebabkan harga produk akan merangkak naik,” jelasnya.

Sebelumnya, ketua Umum Asosiasi Industri Kemasan Fleksibel Indonesia (Rotokemas) Felix S. Hamidjaja menjelaskan, kekhawatiran industri yang banyak melakukan impor PP jenis terpolymer dari Jepang.

“Kami mesti mengecek datanya terlebih dahulu, termasuk untuk speciality plastics resin yang digunakan untuk kemasan fleksibel bagi produk-produk seperti deterjen cair, minyak goreng dan lainnya,” ungkapnya.

BERITA TERKAIT

Indonesia Buka Peluang Berkolaborasi untuk Percepat Transisi Energi

NERACA Paris – Dalam lawatannya ke Paris, Perancis, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, menjadi pembicara kunci…

Industri Alat Kesehatan Nasional Siap Dobrak Pasar Eropa

NERACA Jakarta – Industri alat kesehatan nasional terus berupaya untuk menembus pasar ekspor seiring dengan produk-produknya yang semakin berkualitas dan…

Indonesia Hasilkan 13 Perjanjian Kerja Sama Industri Senilai Rp5 Triliun - DI HANNOVER MESSE 2024

NERACA Jerman – Keikutsertaan Indonesia dalam Hannover Messe 2024 bertujuan untuk mewujudkan kerja sama industri dan penanaman modal asing. Pada…

BERITA LAINNYA DI Industri

Indonesia Buka Peluang Berkolaborasi untuk Percepat Transisi Energi

NERACA Paris – Dalam lawatannya ke Paris, Perancis, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, menjadi pembicara kunci…

Industri Alat Kesehatan Nasional Siap Dobrak Pasar Eropa

NERACA Jakarta – Industri alat kesehatan nasional terus berupaya untuk menembus pasar ekspor seiring dengan produk-produknya yang semakin berkualitas dan…

Indonesia Hasilkan 13 Perjanjian Kerja Sama Industri Senilai Rp5 Triliun - DI HANNOVER MESSE 2024

NERACA Jerman – Keikutsertaan Indonesia dalam Hannover Messe 2024 bertujuan untuk mewujudkan kerja sama industri dan penanaman modal asing. Pada…