NERACA
Jakarta – Aksi korporasi konversi obligasi ke saham, PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) memastikan, jumlah saham publik perseroan masih di atas 10% pasca bertambahnya jumlah saham beredar. FREN baru saja mencatatkan 74 miilar saham seri C dengan nilai nominal dan harga eksekusi sebesar Rp 100 per saham.
Antony Susilo, Direktur Keuangan FREN mengatakan, pemegang saham inti FREN hanya mengambil sebagian saham baru hasil konversi obligasi wajib konversi (OWK). Namun, dirinya mengaku tidak ingat mengenai porsi pastinya."Yang jelas, jumlah kepemilikan ketiga pemegang saham lama (inti) kami secara akumulasi tidak sampai 90%," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Lebih lanjut, dia bilang, ada beberapa investor fund yang ambil dan mereka dihitung sebagai pemilik publik. Sementara, kepemilkan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) di FREN yang awalnya sebesar 5,62%, kini jumlahnya terus tergerus. BTEL mengempit sebanyak 1 miliar saham FREN. Dengan adanya tambahan saham baru ini, kepemilikannya tersisa 0,97%.
Seperti diketahui, jumlah saham beredar perseroan telah bertambah sejak Senin (21/9). Ini merupakan realisasi dari konversi OWK I dan II perseroan menjadi saham. 31 Agustus 2015, jumlah saham beredar FREN tercatat sebanyak 28,79 miliar saham. Dengan adanya realisasi OWK, maka jumlah saham beredar FREN menjadi 102,79 miliar. Saham hasil konversi OWK diserap oleh pemegang saham inti FREN. Mereka adalah PT Wahana Inti Nusantara, PT Bali Media Telekomunikasi, dan PT Global Nusa Data. Sebelum ada penambahan modal, Wahana Inti Nusantara menguasai 15,83 miliar atau setara dengan 55%.
Bali Media Telekomunikasi dan menguasai 4,28 miliar saham atau setara dengan 14,09%. Kemudian, Bali Media Telekomunikasi dan Global Nusa Data masing-masing mengempit 4,28 miliar saham atau 14,89% dan 4,41 miliar saham atau 15,33%. Informasi saja, konversi OWK ini merupakan konversi ke dua yang dilakukan perseroan di tahun 2015. Konversi pertama dilakukan sebanyak 11 miliar saham atas OWK I. Total nilai konversi sebesar Rp 1,1 triliun.
Direktur Keuangan Smartfren Antony Susilo bilang, pihak yang mengonversi OWK tersebut adalah pemegang saham lama perseroan. Pemegang saham ini akan mengambil alih saham hasil konversi dari para pemegang OWK I dan II. “Hampir seluruh pihak yang akan mengkonversi OWK adalah pemegang saham lama. Ada pihak global sekaligus pemegang OWK yang juga akan mengkonvesi, tapi nilainya kecil,”ujarnya di Jakarta, kemarin.
Pemegang saham lama Smartfren tersebut adalah PT Wahana Inti Nusantara, PT Bali Media Telekomunikasi, dan PT Global Nusa Data. Hingga Juni 2015, total saham beredar Smartfren sebanyak 17,79 miliar saham. Dari jumlah itu, masyarakat yang memiliki saham seri A sebanyak 5,69%, saham seri C 6,13%, dan saham seri B sebanyak 6,46%. (bani)
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mencatat kenaikan laba bersih pada kuartal I-2025, ditopang penyaluran kredit dan pembiayaan yang…
NERACA Jakarta – Menyikapi masih rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia, kondisi ini memberikan sentimen positif terhadap prospek saham emiten asuransi.…
NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (23/4) sore ditutup menguat seiring Bank…
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) mencatat kenaikan laba bersih pada kuartal I-2025, ditopang penyaluran kredit dan pembiayaan yang…
NERACA Jakarta – Menyikapi masih rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia, kondisi ini memberikan sentimen positif terhadap prospek saham emiten asuransi.…
NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (23/4) sore ditutup menguat seiring Bank…