Saham BUMN Tarik IHSG Ke Level Bawah

NERACA

Jakarta –Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi perdagangan Kami pekan lalu (10/9) kembali tersungkur di zona merah. IHSG hanya mampu tercatat di level 4.343 pada penutupan perdagangan, padahal di sesi perdagangan hari sebelumnya, IHSG masih bercokol di level 4.347. Ambruknya beberapa harga saham milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dituding menjadi biang keladi kembali mengaspalnya laju IHSG.

Bahkan hingga akhir tahun, Andrew Agardo, salah satu analis pasar modal mengemukakan angka pesimistisnya untuk IHSG yang hanya akan berada dikisaran 3.855. Haryajid Ramelan, Ketua Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) mengatakan, sekitar 16 saham dari 20 perusahaan BUMN nilai sahamnya anjlok selama satu tahun belakangan. Bahkan penurunannya ada yang mencapai 60% dari nilai saham di tahun lalu. Padahal, sekitar 26 % dari total kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia di topang oleh saham-saham milik BUMN. Saham milik PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) misalnya, harga saham perseroan terkoreksi hingga 30,25% menjadi Rp302 di perdagangan kemarin, bandingkan dengan harga saham di 10 September 2014 lalu, dimana BUMN pelat merah ini masih sanggup menahan laju harga sahamnya di level Rp433.

Seakan tidak mau kalah, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) juga ikut mencatatkan penurunan harga saham. BUMN jasa tambang ini harus rela nilai sahamnya anjlok sebesar 57,13% menjadi Rp493 pada sesi perdagangan hari ini. Turunnya harga komoditas tambang ditambah adanya larangan ekspor barang tambang mentah menambah berat beban perusahaan yang memang kondisi keuangannya sedari akhir tahun lalu masih mengalami kerugian. Pada periode yang sama tahun lalu, perusahaan yang berbisnis inti produksi nikel dan juga emas ini masih sanggup menahan laju harga sahamnya di angka Rp1.150.
Perusahaan jasa tambang lainnya, PT Timah (Persero) Tbk (TINS) juga ikut mencatatkan penurunan harga saham. Nilai saham produsen timah milik negara ini anjlok 53,63% menjadi Rp605 dibandingkan harga saham di periode yang sama tahun lalu Rp1.305.

Penurunan nilai saham pada perusahaan BUMN yang terjadi selama setahun belakangan ini mematahkan paradigma “amannya” berinvestasi di saham milik pemerintah. Karena, menurut Haryajid, kondisi ini berkebalikan dengan rumus awam yang selama ini dianut oleh pelaku pasar bahwa saham BUMN hampir selalu menjanjikan keuntungan (capital gain) yang cukup signifikan. Bahkan tidak jarang ketika pasar sedang kurang kondusif, saham-saham BUMN kemudian menjadi sasaran pelaku pasar untuk menempatkan dananya. "Dulu untuk investor pemula biasanya rumus yang digunakan adalah 'main' di saham-saham BUMN saja. Pasti untung. Ternyata sekarang tidak lagi. Malah dibanding yang main saham (perusahaan) swasta, rugi investasi di saham BUMN lebih besar," keluh Haryajid.

Dengan kondisi tersebut, lanjut Haryajid, pelaku pasar kini berharap agar pemerintah selaku pemilik saham BUMN dapat mengambil inisiatif atau strategi jangka pendek agar pelaku pasar tetap percaya dan mau berinvestasi di saham BUMN. "Bisa saja dengan stimulus, pelonggaran kebijakan, buy back, atau apa pun itu, yang intinya ada harapan untuk kinerja BUMN ke depan. Jangan seperti sekarang ini, saham (BUMN) turun dibiarkan saja," tegas Haryajid.

Sektor Paling Buruk

Andrew Agardo menambahkan, kondisi eksternal memang sedang buruk. “Untuk saham-saham BUMN yang sektornya sedang tertekan seperti mining (tambang) atau komoditi, boleh lah turun. Tapi di luar itu, seperti bank, telko dan beberapa lagi, harusnya bisa tumbuh atau kalau pun turun jangan terlalu signifikan," ujarnya pada kesempatan yang sama.

Namun faktanya hampir semua saham BUMN kini jatuh tersungkur, bahkan 20 saham dengan sumbangan kapitalisasi pasar hingga 26 persen terhadap total kapitalisasi pasar nasional tercatat terendam cukup dalam di zona merah.

Sejatinya, pelaku pasar sangat berharap ada upaya dari pemerintah melalui Kementerian BUMN untuk meenyelamatkan kinerja saham-saham BUMN di lantai bursa. Namun, lanjut Haryajid,  sejauh ini harapan tersebut masih belum menemui tanda-tanda positif. "Coba lah BUMN-BUMN yang secara kinerja sektoral sudah lemah seperti Antam dll bisa dicarikan jalan keluar. Diberi opsi bisnis lain, perlonggar kebijakan apa pun. Tapi selama ini kan (Kementerian BUMN) diam saja," ujarnya.

Dia pun kemudian membandingkan kinerja Kementerian BUMN di bawah pimpinan Dahlan Iskan yang selalu berinovasi dan mencarikan strategi agar kinerja bisnis BUMN berjalan lebih optimal. Semangat ini yang menurut Haryajid belum terlihat dari Menteri BUMN yang baru, Rini Soemarno. "Mohon maaf ya. Tapi coba dilihat apa yang sudah dikerjakan (Menteri Rini) sejak ditunjuk oleh Presiden Jokowi. Dari sudut pandang kami kok belum ada. Ini yang membuat pelaku pasar ragu terhadap proyeksi saham BUMN ke depan," tegas Haryajid.

BERITA TERKAIT

Diprediksi Capai Rp2.500 - Kemilau Harga Emas Kerek Saham ANTM

NERACA Jakarta- Melejitnya harga emas sehingga banyak diburu masyarakat memberikan dampak positif terhadap kinerja saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)…

Gurihnya Bisnis Keju dan Dividen Mulia Boga Raya

NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham (RUPS) PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU) menetapkan pembagian dividen tunai Rp 73,12…

Minat Asing Mulai Tumbuh - Bursa Karbon Targetkan 150 Pengguna Jasa di 2025

NERACA Jakarta  - Tahun ini, Bursa Karbon Indonesia atau IDXCarbon menargetkan sebanyak 150 pengguna jasa yang berasal dari dalam negeri…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Diprediksi Capai Rp2.500 - Kemilau Harga Emas Kerek Saham ANTM

NERACA Jakarta- Melejitnya harga emas sehingga banyak diburu masyarakat memberikan dampak positif terhadap kinerja saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)…

Gurihnya Bisnis Keju dan Dividen Mulia Boga Raya

NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham (RUPS) PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU) menetapkan pembagian dividen tunai Rp 73,12…

Minat Asing Mulai Tumbuh - Bursa Karbon Targetkan 150 Pengguna Jasa di 2025

NERACA Jakarta  - Tahun ini, Bursa Karbon Indonesia atau IDXCarbon menargetkan sebanyak 150 pengguna jasa yang berasal dari dalam negeri…