Jakarta-Perputaran uang saat lebaran Idul Fitri 2025 diprediksi akan lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Hal ini menyusul prediksi jumlah pemudik pada tahun ini juga akan menurun dan masih rendahnya daya beli. Kementerian Perhubungan memproyeksikan sebanyak 146,48 juta jiwa akan melakukan pergerakan selama libur Lebaran, atau turun 24,33% dibandingkan hasil survei libur Idulfitri tahun lalu sebanyak 193,6 juta pemudik.
NERACA
Menanggapi hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan kondisi Lebaran pada 2024 berbeda dengan tahun ini. Situasi ini menurut Airlangga menyebabkan perputaran uang pada momen Lebaran tahun ini bisa lebih rendah dibandingkan 2024. "Tahun lalu ada pemilu. beda event, base-nya tahun kemarin lebih tinggi," ujarnya saat ditemui di Gedung Kemenko Perekonomian, akhir pekan lalu.
Meski begitu, Airlangga mengatakan pada momen lebaran tahun ini, pemerintah memberikan sejumlah stimulus. Pemerintah menurut Airlangga akan melakukan sejumlah langkah untuk menjaga daya beli masyarakat saat momen Lebaran. "Sekarang kan pemerintah memberikan beberapa stimulus. Beberapa ada diskon jadi saat ini program yang stimulasi terus kita dorong tetapi sifatnya melalui insentif," ujarnya.
Perputaran uang selama libur Lebaran 2025 diprediksi menurun seiring dengan jumlah pemudik yang mengalami penurunan. Kementerian Perhubungan memproyeksikan sebanyak 146,48 juta jiwa akan melakukan pergerakan selama libur Lebaran 2025. Angka pemudik ini turun 24,33% dibandingkan hasil survei libur Idulfitri tahun lalu sebanyak 193,6 juta orang.
“Jika tahun lalu asumsi perputaran uang selama Idulfitri 2024 mencapai Rp 157,3 triliun, maka asumsi perputaran uang libur Lebaran 2025 diprediksi hanya mencapai Rp 137,975 triliun, turun 12,28%,” kata Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang dalam pernyataan tertulisnya.
Prediksi tersebut dihitung dari jumlah pemudik tahun ini sejumlah 146,48 atau setara dengan 36,26 juta keluarga dengan asumsi per keluarga empat orang. “Jika rata-rata keluarga membawa uang sebesar Rp 3,75 juta naik 10% dari tahun lalu maka potensi perputaran uang diprediksi Rp 137,98 triliun,” tutur Sarman.
Menurut dia, penurunan ini bisa karena kondisi ekonomi. Masyarakat cenderung berhemat mengingat dalam beberapa bulan ke depan akan memasuki tahun ajaran baru yang memerlukan biaya masuk sekolah. Belum lagi maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan penurunan daya beli masyarakat.
Di sisi lain, Tunjangan Hari Raya (THR) pada tahun ini tidak hanya dirasakan oleh para ASN atau pekerja formal swasta. Pemerintah bahkan mengimbau perusahaan operator transportasi daring untuk memberikan THR bagi para pengemudinya.
Pemerintah juga memiliki sejumlah kebijakan insentif untuk mendorong konsumsi masyarakat selama Ramadan, antara lain dengan diskon tiket pesawat domestik hingga 14% melalui insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah atau PPN DTP.
Pemerintah juga menyiapkan diskon tarif tol 20% di jalur mudik utama. Program lainnya juga disiapkan mencakup pariwisata mudik Lebaran bersama BUMN dan operasi pasar guna menstabilkan harga pangan.
Namun Bank Indonesia mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas tumbuh 5,7% secara tahunan menjadi Rp9.239,9 triliun pada Februari 2025. Apakah ini menunjukkan kondisi pemulihan ekonomi?
Menurut Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah Redjalam, naiknya uang beredar tidak mengindikasikan terjaganya daya beli atau tidak. Pasalnya, uang beredar secara umum tidak menunjukkan secara spesifik segmentasi keberadaan uang tersebut, alias jumlah uang beredar mencakup semua kelompok masyarakat. Sementara itu, penurunan daya beli terutama terjadi pada masyarakat kelas menengah.
“Sehingga meningkatnya jumlah uang beredar tidak menggambarkan kondisi di masyarakat bawah yang sesungguhnya mengalami penurunan daya beli karena adanya PHK dan lain-lain,” ujarnya seperti dikutip bisnis.com, Jumat (21/3).
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat uang beredar dalam arti luas (M2) pada Februari 2025 menunjukkan kenaikan sekitar Rp41,5 triliun dari bulan sebelumnya yang senilai Rp9.198,4 triliun menjadi Rp9.239,9 triliun.
Utamanya, perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 7,4% YoY dan uang kuasi sebesar 1,8%. Selain itu, perkembangan M2 pada Februari 2025 terutama dipengaruhi oleh perkembangan penyaluran kredit dan aktiva luar negeri bersih.
Keseimbangan Kepentingan
Sementara itu, analis pasar modal sekaligus Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menilai Presiden Prabowo seharusnya bisa menyeimbangkan fokusnya pada kepentingan masyarakat kelas atas dan bawah.
Menurut dia, apa pun yang dilontarkan oleh seorang kepala negara pasti akan berpengaruh terhadap kondisi ekonomi, termasuk ketidakpeduliannya kepada kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
"Kalau pemerintah terlalu fokus pada konsumsi masyarakat bawah tanpa memperhatikan pergerakan ekonomi dari sisi atas, termasuk investasi dan pasar modal, maka ekonomi Indonesia justru bisa stagnan atau bahkan melambat," tegas Ibrahim seperti dikutip kumparan.com, Minggu (23/3).
Presiden Prabowo Subianto, yang lebih peduli kepada harga pangan daripada fluktuasi pasar saham, disebut akan membuat perekonomian Indonesia stagnan. Ibrahim menilai bahwa seluruh program inisiatif presiden, khususnya berkaitan dengan ketahanan pangan dan energi, tetap memerlukan dukungan dari para investor pasar modal.
"Program Makan Bergizi Gratis, Danantara, dan lain-lain kan juga butuh investor. Jadi kalau seandainya Prabowo masih memberikan pernyataan yang menunjukkan bahwa ia tidak terlalu melibatkan saham, maka target 8 persen pertumbuhan ekonomi itu juga tidak akan tercapai," ujar Ibrahim.
Dia juga menyebutkan, Indonesia saat ini sedang membutuhkan investasi untuk mendukung program-program pembangunan. Di sisi lain, para investor terutama investor asing selalu mempertimbangkan banyak hal sebelum menanamkan modalnya, terutama stabilitas ekonomi dan kepastian hukum.
Untuk itu, Ibrahim menyarankan pemerintah perlu mendorong stimulus ekonomi yang menyentuh berbagai sektor, jika tidak ingin pertumbuhan ekonomi nasional mandek di kisaran 5 persen, alih-alih mencapai impian Prabowo menyentuh 8 persen. "Karena kalau tidak, perekonomian Indonesia bisa dibawah 5 persen," tutur dia.
Sementara itu, analis pasar modal dari Panin Sekuritas, Felix Darmawan, mengatakan pernyataan presiden terkait IHSG memiliki pengaruh negatif yang cukup signifikan terhadap kepercayaan investor.
"Pernyataan (presiden) tersebut dapat memberikan kesan bahwa stabilitas pasar saham itu kurang penting, yang akan bertranslasi pada persepsi negatif bagi investor lokal dan asing, sehingga mereka lebih berhati-hati dalam mengambil posisi," jelas Felix.
Felix mengakui ketahanan pangan dan energi memang penting bagi masyarakat, namun kondisi pasar saham yang memang sering bergejolak dalam jangka pendek juga seharusnya bisa diperhatikan oleh seorang presiden. "Namun, dalam jangka panjang, faktor fundamental masing-masing emiten lah yang kembali menjadi faktor utama dalam pergerakan harga saham," kata Felix.
Sebelumnya, Prabowo menegaskan ketahanan pangan merupakan prioritas utama bagi pemerintahannya. Menurut dia, tak masalah harga saham fluktuatif, yang penting pasokan pangan bagi masyarakat terjamin.
"Pangan adalah yang paling utama. Harga saham boleh naik turun, pangan aman, negara aman. Saya lihat yang stres harga saham turun hanya beberapa orang di antara saya," ujar Prabowo dalam Pembukaan Sidang Kabinet di Istana Negara, Jumat (21/3). bari/mohar/fba
Jakarta-Bank Dunia menilai bahwa terlepas dari pondasi makroekonomi yang kuat, Indonesia mengalami perlambatan dalam pertumbuhan produktivitas. Hambatan struktural menghambat…
NERACA Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyoroti adanya peningkatan signifikan di tahap joint study atau studi…
Jakarta-Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini tumbuh di kisaran 5%, meski Dana Moneter…
Jakarta-Bank Dunia menilai bahwa terlepas dari pondasi makroekonomi yang kuat, Indonesia mengalami perlambatan dalam pertumbuhan produktivitas. Hambatan struktural menghambat…
NERACA Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyoroti adanya peningkatan signifikan di tahap joint study atau studi…
Jakarta-Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini tumbuh di kisaran 5%, meski Dana Moneter…