Dukung Ekonomi Pedesaan Amartha Mikro Fintek Salurkan Pendanaan Hingga 28 Triliun

Dukung Ekonomi Pedesaan
Amartha Mikro Fintek Salurkan Pendanaan Hingga 28 Triliun
Neraca, Sejak Tahun 2010 hingga saat ini, fintech peer to peer (P2P) lending PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) telah menyalurkan modal usaha sebesar 28 triliun kepada 2,8 juta pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), guna mendukung ekonomi pedesaan di wilayah masing-masing. Sebanyak 90 persen dari pendanaan itu tersalurkan kepada kelompok perempuan, di 50 ribu desa di Indonesia.
Amartha menyebut para pengusaha UMKM yang menerima pendanaan itu dengan sebutan Mitra. Para mitra Amartha ini tersebar pada sektor usaha perdagangan, pertanian dan industri rumah tangga dengan nilai pinjaman mulai dari Rp5 juta. 
"Sektor usaha perdagangan menjadi mitra yang paling dominan dalam penyaluran pendanaan. Semua mitra kami benar-benar UMKM yang berada di pedesaan dan dilayani oleh lebih dari 9.000 tenaga lapangan," demikian diungkapkan VP Public Relations Amartha Harumi Supit kepada wartawan di Jakarta, Rabu (19/3/2025).
Harumi menjelaskan, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) merupakan perusahaan teknologi yang memiliki misi untuk mensejahterakan segmen akar rumput melalui keuangan digital inklusif. Berdiri pada Tahun 2010, Amartha tumbuh membangun ekosistem keuangan mikro melalui permodalan, segmentasi risiko dan layanan pembayaran. 
Salah satu komitmen Amartha adalah memajukan ekonomi piramida bawah dengan meningkatkan daya saing kewirausahaan mikro dan kecil. "Amartha berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sejak Tahun 2010, secara kumulatif telah menyalurkan modal usaha mencapai 28 triliun rupiah kepada lebih dari 2,8 juta UMKM, di mana lebih dari 90 persen di antaranya dipimpin oleh perempuan yang tersebar di lebih dari 50.000 desa di seluruh Indonesia,"kata Harumi menjelaskan.
Amartha memulai perjalanannya di Pulau Jawa, sebelum akhirnya meluas ke Sumatera, Sulawesi, Bali dan Kalimantan. Ke depannya, kata Harumi, Amartha berencana untuk ekspansi ke Indonesia Tengah dan Timur. Selain ekspansi wilayah, Amartha juga berupaya mendukung inklusi keuangan di pedesaan melalui ekosistem digital AmarthaFin.
Menurut Harumi, AmarthaFin merupakan solusi keuangan digital untuk UMKM di perdesaan. "AmarthaFin merupakan platform keuangan digital yang telah disesuaikan dengan kebutuhan ultra mikro dengan berbagai layanan finansial, sehingga menjadi ekosistem digital yang dirancang untuk mendukung inklusi keuangan dan pemberdayaan UMKM di perdesaan," katanya.
Dalam aplikasi digital itu, Amartha menyediakan sejumlah fitur, salah satunya Celengan. Fitur ini memberikan akses kepada pengguna untuk menyimpan dana mulai dari Rp10 ribu dengan imbal hasil hingga 7,5 persen per tahun.
Terdapat beberapa sektor yang bisa digunakan, seperti celengan pendidikan anak, celengan warung mikro, celengan budidaya rumput laut, celengan petani biji cokelat, hingga celengan ternak sapi dan ayam.
Selanjutnya, ada fitur Agen AmarthaLink untuk memungkinkan pengguna menjadi agen dan menawarkan produk digital. Juga tersedia fitur PPOB (Payment Point Online Bank) untuk melakukan berbagai transaksi pembayaran daring, seperti paket data, token listrik dan tagihan lainnya.
Tak hanya itu, untuk mendukung kegiatan syariah, Amartha menyediakan fitur Zakat dan Donasi. Lewat fitur itu, pengguna bisa menunaikan kewajiban zakat dengan perhitungan sesuai panduan Islam, mencakup zakat maal, zakat penghasilan, fidyah, dan zakat fitrah.
"Pengguna juga bisa berkontribusi dalam berbagai inisiatif sosial, seperti bantuan kemanusiaan, pendidikan, kesehatan, dan penanggulangan bencana,"katanya.
TETAP JAGA NPL DI BAWAH 2 PERSEN
Meski telah menyalurkan pendanaan hingga triliun rupiah, Amartha tetap mampu menjaga Non-Performing Loan (NPL) di bawah 2%. Angka ini berada di bawah rata-rata industri fintech peer to peer (P2P) lending lainnya.
Salah satu strateginya, lanjut Harumi, perusahaan selektif dalam menyalurkan pinjaman melalui sistem yang berlapis dan verifikasi yang cukup ketat terhadap peminjam. “Strategi lainnya yaitu, kami terus lakukan kolaborasi dengan puluhan institusi dan bank, sehingga itu menjadi keunggulan tersendiri bagi Amartha. Dengan adanya pengawasan eksternal yang terus-menerus, Amartha semakin siap dalam menghadapi audit dan pemantauan regulasi,” katanya.
Harumi menjelaskan, proses verifikasi yang ketat itu wajib dilakukan oleh setiap peminjam. Verfikasi yang dilakukan meliputi kelayakan finansial mitra hingga usaha yang akan mereka jalankan. Terlebih, jumlah pinjaman yang diberikan Amartha relatif kecil, yaitu sekitar Rp 5 juta hingga Rp 20 juta per mitra, sehingga risiko gagal bayar bisa lebih terkendali.  
“Dengan strategi ini, maka Non-Performing Loan (NPL) di Amartha tetap bisa terjaga di bawah 2% atau di bawah rata-rata industri fintech peer to peer (P2P) lending,” jelasnya. 
Harumi juga mengatakan bahwa Amartha menganut model bisnis yang berbasis pada diversifikasi wilayah dan sektor usaha, karena hal ini menjadi faktor utama dalam menjaga stabilitas portofolio. “Dengan pendekatan ini, jika terjadi masalah di satu lokasi misalnya, karena bencana alam, portofolio di wilayah lain akan tetap aman,” jelasnya. 
Di sisi lain, Amartha juga memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI) dan mesin pembelajaran atau machine learning dalam sistem analisis risiko untuk memastikan setiap keputusan kredit berbasis data yang akurat. “Kemudian, pendampingan langsung di lapangan juga tetap menjadi elemen penting bagi kami,” katanya. 
Lebih lanjut, Harumi mengatakan, sebagai wujud komitmen terhadap pertumbuhan ekonomi akar rumput, Amartha akan menyelenggarakan The 2025 Asia Grassroots Forum, sebuah forum diskusi internasional yang akan berlangsung pada 21-23 Mei 2025 di Bali. "Kegiatan ini akan mempertemukan berbagai pemangku

Neraca, Sejak Tahun 2010 hingga saat ini, fintech peer to peer (P2P) lending PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) telah menyalurkan modal usaha sebesar 28 triliun kepada 2,8 juta pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), guna mendukung ekonomi pedesaan di wilayah masing-masing. Sebanyak 90 persen dari pendanaan itu tersalurkan kepada kelompok perempuan, di 50 ribu desa di Indonesia.

Amartha menyebut para pengusaha UMKM yang menerima pendanaan itu dengan sebutan Mitra. Para mitra Amartha ini tersebar pada sektor usaha perdagangan, pertanian dan industri rumah tangga dengan nilai pinjaman mulai dari Rp5 juta. 

"Sektor usaha perdagangan menjadi mitra yang paling dominan dalam penyaluran pendanaan. Semua mitra kami benar-benar UMKM yang berada di pedesaan dan dilayani oleh lebih dari 9.000 tenaga lapangan," demikian diungkapkan VP Public Relations Amartha Harumi Supit kepada wartawan di Jakarta, Rabu (19/3/2025).

Harumi menjelaskan, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) merupakan perusahaan teknologi yang memiliki misi untuk mensejahterakan segmen akar rumput melalui keuangan digital inklusif. Berdiri pada Tahun 2010, Amartha tumbuh membangun ekosistem keuangan mikro melalui permodalan, segmentasi risiko dan layanan pembayaran. 

Salah satu komitmen Amartha adalah memajukan ekonomi piramida bawah dengan meningkatkan daya saing kewirausahaan mikro dan kecil. "Amartha berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sejak Tahun 2010, secara kumulatif telah menyalurkan modal usaha mencapai 28 triliun rupiah kepada lebih dari 2,8 juta UMKM, di mana lebih dari 90 persen di antaranya dipimpin oleh perempuan yang tersebar di lebih dari 50.000 desa di seluruh Indonesia,"kata Harumi menjelaskan.

Amartha memulai perjalanannya di Pulau Jawa, sebelum akhirnya meluas ke Sumatera, Sulawesi, Bali dan Kalimantan. Ke depannya, kata Harumi, Amartha berencana untuk ekspansi ke Indonesia Tengah dan Timur. Selain ekspansi wilayah, Amartha juga berupaya mendukung inklusi keuangan di pedesaan melalui ekosistem digital AmarthaFin.

Menurut Harumi, AmarthaFin merupakan solusi keuangan digital untuk UMKM di perdesaan. "AmarthaFin merupakan platform keuangan digital yang telah disesuaikan dengan kebutuhan ultra mikro dengan berbagai layanan finansial, sehingga menjadi ekosistem digital yang dirancang untuk mendukung inklusi keuangan dan pemberdayaan UMKM di perdesaan," katanya.

Dalam aplikasi digital itu, Amartha menyediakan sejumlah fitur, salah satunya Celengan. Fitur ini memberikan akses kepada pengguna untuk menyimpan dana mulai dari Rp10 ribu dengan imbal hasil hingga 7,5 persen per tahun.

Terdapat beberapa sektor yang bisa digunakan, seperti celengan pendidikan anak, celengan warung mikro, celengan budidaya rumput laut, celengan petani biji cokelat, hingga celengan ternak sapi dan ayam.

Selanjutnya, ada fitur Agen AmarthaLink untuk memungkinkan pengguna menjadi agen dan menawarkan produk digital. Juga tersedia fitur PPOB (Payment Point Online Bank) untuk melakukan berbagai transaksi pembayaran daring, seperti paket data, token listrik dan tagihan lainnya.

Tak hanya itu, untuk mendukung kegiatan syariah, Amartha menyediakan fitur Zakat dan Donasi. Lewat fitur itu, pengguna bisa menunaikan kewajiban zakat dengan perhitungan sesuai panduan Islam, mencakup zakat maal, zakat penghasilan, fidyah, dan zakat fitrah.

"Pengguna juga bisa berkontribusi dalam berbagai inisiatif sosial, seperti bantuan kemanusiaan, pendidikan, kesehatan, dan penanggulangan bencana,"katanya.

 

TETAP JAGA NPL DI BAWAH 2 PERSEN

Meski telah menyalurkan pendanaan hingga triliun rupiah, Amartha tetap mampu menjaga Non-Performing Loan (NPL) di bawah 2%. Angka ini berada di bawah rata-rata industri fintech peer to peer (P2P) lending lainnya.

Salah satu strateginya, lanjut Harumi, perusahaan selektif dalam menyalurkan pinjaman melalui sistem yang berlapis dan verifikasi yang cukup ketat terhadap peminjam. “Strategi lainnya yaitu, kami terus lakukan kolaborasi dengan puluhan institusi dan bank, sehingga itu menjadi keunggulan tersendiri bagi Amartha. Dengan adanya pengawasan eksternal yang terus-menerus, Amartha semakin siap dalam menghadapi audit dan pemantauan regulasi,” katanya.

Harumi menjelaskan, proses verifikasi yang ketat itu wajib dilakukan oleh setiap peminjam. Verfikasi yang dilakukan meliputi kelayakan finansial mitra hingga usaha yang akan mereka jalankan. Terlebih, jumlah pinjaman yang diberikan Amartha relatif kecil, yaitu sekitar Rp 5 juta hingga Rp 20 juta per mitra, sehingga risiko gagal bayar bisa lebih terkendali.  

“Dengan strategi ini, maka Non-Performing Loan (NPL) di Amartha tetap bisa terjaga di bawah 2% atau di bawah rata-rata industri fintech peer to peer (P2P) lending,” jelasnya. 

Harumi juga mengatakan bahwa Amartha menganut model bisnis yang berbasis pada diversifikasi wilayah dan sektor usaha, karena hal ini menjadi faktor utama dalam menjaga stabilitas portofolio. “Dengan pendekatan ini, jika terjadi masalah di satu lokasi misalnya, karena bencana alam, portofolio di wilayah lain akan tetap aman,” jelasnya. 

Di sisi lain, Amartha juga memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan alias Artificial Intelligence (AI) dan mesin pembelajaran atau machine learning dalam sistem analisis risiko untuk memastikan setiap keputusan kredit berbasis data yang akurat. “Kemudian, pendampingan langsung di lapangan juga tetap menjadi elemen penting bagi kami,” katanya. 

Lebih lanjut, Harumi mengatakan, sebagai wujud komitmen terhadap pertumbuhan ekonomi akar rumput, Amartha akan menyelenggarakan The 2025 Asia Grassroots Forum, sebuah forum diskusi internasional yang akan berlangsung pada 21-23 Mei 2025 di Bali. "Kegiatan ini akan mempertemukan berbagai pemangku kepentingan untuk mendorong pemberdayaan UMKM perdesaan melalui kolaborasi dan inovasi,"pungkasnya. 

BERITA TERKAIT

KUNJUNGAN KAPOLRI DI MEDAN

KUNJUNGAN KAPOLRI DI MEDAN : Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo (kiri) menyapa warga saat berkunjung ke Masjid Raya Al-Mashum, Medan,…

PENINGKATAN PENGUNJUNG PUSAT PERBELANJAAN

PENINGKATAN PENGUNJUNG PUSAT PERBELANJAAN : Sejumlah pengunjung memilih pakaian di The Park Mall Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (22/3/2025). Jelang Hari…

PASAR PANGAN MURAH

Sejumlah warga berbelanja sayur mayur saat berlangsung pasar pangan rakyat murah di Pura Agung Giri Natha, Semarang, Jawa Tengah, Minggu…

BERITA LAINNYA DI Berita Foto

KUNJUNGAN KAPOLRI DI MEDAN

KUNJUNGAN KAPOLRI DI MEDAN : Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo (kiri) menyapa warga saat berkunjung ke Masjid Raya Al-Mashum, Medan,…

PENINGKATAN PENGUNJUNG PUSAT PERBELANJAAN

PENINGKATAN PENGUNJUNG PUSAT PERBELANJAAN : Sejumlah pengunjung memilih pakaian di The Park Mall Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (22/3/2025). Jelang Hari…

PASAR PANGAN MURAH

Sejumlah warga berbelanja sayur mayur saat berlangsung pasar pangan rakyat murah di Pura Agung Giri Natha, Semarang, Jawa Tengah, Minggu…