Belakangan ini viral di sosial media dengan tagar #KaburAjaDulu. Tagar ini digunakan oleh banyak anak muda yang merasa kecewa dengan keadaan di Indonesia sehingga memiliki keinginan untuk meninggalkan Indonesia. Fenomena ini muncul karena banyak anak muda yang merasa tidak memiliki harapan dan masa depan yang cerah di Indonesia. Mereka merasa tidak puas dengan kondisi ekonomi, sosial, dan politik di Indonesia. Ada beberapa faktor yang menyebabkan fenomena #KaburAjaDulu ini, antara lain:
Kondisi ekonomi yang sulit, banyak anak muda yang sulit mendapatkan pekerjaan yang layak dengan gaji yang sesuai. Kesenjangan sosial yang tinggi, kesenjangan antara si kaya dan si miskin semakin lebar. Kondisi politik yang tidak stabil, banyak anak muda yang tidak percaya dengan pemerintah dan partai politik. Kurangnya fasilitas dan infrastruktur, banyak daerah di Indonesia yang masih kekurangan fasilitas dan infrastruktur yang memadai.
Fenomena #KaburAjaDulu ini menjadi perhatian banyak pihak, termasuk pemerintah. Pemerintah berupaya untuk mengatasi masalah-masalah yang menyebabkan fenomena ini. Namun, fenomena ini juga menjadi pengingat bagi kita semua bahwa masih banyak anak muda yang merasa tidak puas dengan kondisi di Indonesia. Kita perlu bersama-sama mencari solusi untuk mengatasi masalah-masalah ini agar anak muda Indonesia bisa memiliki masa depan yang lebih baik di Tanah Air.
1. Riset Negara Tujuan:
2. Persiapan Dokumen:
3. Keuangan
4. Kesehatan:
5. Akomodasi:
Lalu bagaimana pendapat para ahli mengenai fenomena ini?
Sosiolog Kriminalitas dan Dosen Purna UGM, Soeprapto menilai fenomena “KaburDuluAja” atau “KaburAjaDulu, tidak terlepas dari teori migrasi, push and pull factors, bahwa pencari kerja akan memilih bermigrasi ke luar desanya, atau ke luar kotanya, atau keluar negeri, jika di sekitar tempat tinggalnya, tidak memberi peluang mendapat pekerjaan yang layak.
"Sehingga menjadi push factor (faktor pendorong) untuk pergi. Sementara di luar sana ada daya tarik (pull factor) yang menjanjikan kompensasi honor atau gaji yang lebih menguntungkan,"ujarnya.
Dia mengingatkan bila hal ini tidak segera diatasi oleh Pemerintah NKRI maka kepercayaan masyarakat kepada pemerintah akan menurun dan pada suatu saat Indonesia akan kehilangan tenaga ahli profesional.
"Untuk itu pemerintah harus segera mengatasi dengan “Membangun taman sari” bagi warganya untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik atau lebih layak, seperti apa yang dijelaskan oleh James C Scott dalam salah satu bukunya bahwa Desa atau Tempat Tinggal harus dapat menjadi Payung Pelindung bagi Warganya. Ini bisa diaplikasikan pada level negara.
Soeprapto meyakinkan bahwa langkah tersebut untuk mengantisipasi agar tidak berdampak pada kaum muda untuk tidak meyakini bahwa negaranya merupakan Payung Pelindung.
Senada dengan Guru Besar Universitas Indonesia (UI) sekaligus pakar ekonomi dan Bisnis, Rhenald Kasali juga mengatakan bahwa pro dan kontra pada fenomena tren #KabuAjaDulu ini menjadi pekerjaan rumah bersama. Terlebih sekarang ada daya tarik di negera-negara tujuan. Dia pun mencontohkan Kanada mempunyai jalur untuk visa express.
"Begitu bagi orang yang mau bekerja di sana dan juga mereka menghindari percaloan, jadi lebih mudah tenaga-tenaga terampil,"kata Rhenald dalam pernyataan video yang diterima.
Kemudian, dia juga menilai Jepang memiliki potensi membuka lapangan kerja, sebab penduduknya terus mengalami declining atau turun. "Dan mereka sangat khawatir, bahkan kita bisa membeli lahan-lahan pertanian, rumah-rumah bagus di sana yang sudah tidak ada penghuninya dan tentu saja perlu kerja keras di negara itu,"ujarnya.
Rhenald juga menyoroti negara sekitar RI yang memumpuni untuk masyarakatnya. "Singapura apakah itu negara-negara ASEAN yang bagus-bagus. Vietnam aja sekarang bagus kan dan pasti butuh tenaga kerja. Demikian pula negara-negara Eropa lainnya. Jadi kesempatan memang terbuka luas bagi mereka yang punya pendidikan dan keterampilan," imbuhnya.
Kekhawatiran terhadap keamanan anak di ruang digital semakin meningkat seiring laporan dari National Center for Missing and Exploited Children (NCMEC)…
Sebanyak delapan pelajar Indonesia berhasil membawa pulang penghargaan internasional pada konferensi Asia World Model United Nations (AWMUN) X di…
Memasuki bulan suci Ramadan, banyak orang tua yang mulai memperkenalkan dan mengajak anak untuk menjalankan ibadah puasa sejak dini.…
Kekhawatiran terhadap keamanan anak di ruang digital semakin meningkat seiring laporan dari National Center for Missing and Exploited Children (NCMEC)…
Sebanyak delapan pelajar Indonesia berhasil membawa pulang penghargaan internasional pada konferensi Asia World Model United Nations (AWMUN) X di…
Memasuki bulan suci Ramadan, banyak orang tua yang mulai memperkenalkan dan mengajak anak untuk menjalankan ibadah puasa sejak dini.…