NERACA
Palembang – Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong peningkatan produktivitas sektor perikanan salah saunya di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), khususnya di bidang budidaya. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mewujudkan swasembada pangan dan mencegah stunting.
Dalam rapat kordinasi (rakor) pangan, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menjelaskan pihaknya tengah menyelesaikan berbagai persoalan budi daya yang menjadi perhatian masyarakat, termasuk di Sumsel.
“Soal pakan ikan memang secara nasional sedang kita merancang dan formulasikan agar bisa stabil. Kedua, bibit. Salah satunya Musi Rawas yang paling besar produksinya di Sumsel. Sedang kita siapkan. Segera kita selesaikan,” ujar Trenggono, di Palembang.
Trenggono mengatakan, peningkatan produktivitas budidaya menjadi salah satu fokusnya dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan hingga tahun 2029. Provinsi Sumsel menjadi salah satu daerah yang potensial untuk ditingkatkan produktivitasnya.
Hal itu dibuktikan dengan produksi perikanan budidaya Sumsel yang cukup tinggi pada tahun 2023. Sumsel juga memiliki potensi lahan budidaya laut, darat, dan payau mencapai 433 ribu hektar (ha). Komoditas budidaya yang dapat ditingkatkan produktivitasnya yaitu ikan patin, lele, nila, udang, gurami, dan bandeng.
“Produksi perikanan Sumatera Selatan sebanyak 485 ribu ton, perikanan tangkap sekitar di 162 ribu ton sementara 320 ribu ton di budi daya. Dibanding perikanan tangkap, di Sumsel produksinya lebih besar budi daya,” ungkap Trenggono.
Trenggono berharap dengan pengembangan budi daya perikanan di Sumsel yang merupakan salah satu daerah lumbung pangan, akan mendukung pencapaian target swasembada pangan pada tahun 2027.
Sementara Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu atau yang biasa disapa Tebe pun mengatakan pengembangan budidaya lima komoditas perikanan tersebut karena besarnya potensi, serta tingginya kebutuhan protein di masa depan.
Food and Agriculture Organization (FAO) telah memprediksi populasi dunia akan tumbuh lebih dari 30% pada tahun 2050. Pertumbuhan tersebut tentunya akan diikuti peningkatan kebutuhan protein global hingga 70%. Sementara FAO sudah mempublikasi bahwa kebutuhan protein akan semakin sulit dipenuhi dari subsektor perikanan tangkap. Sehingga subsektor perikanan budidaya menjadi faktor penting yang didorong untuk menghadapi pertumbuhan populasi penduduk dan kebutuhan protein.
Tebe juga menegaskan, peluang pengembangan perikanan budidaya di laut, pesisir dan darat sangat terbuka lebar. Indonesia memiliki potensi lahan perikanan budidaya diperkirakan mencapai 17,91 juta ha, yang terdiri dari 2,96 juta ha air payau, 2,83 juta hektar air tawar, dan 12,12 juta ha air laut. Saat ini, pemanfaatan lahan baru mencapai 6 persen.
Tebe kembali menyampaikan bahwa lima komoditas unggulan perairan laut Indonesia punya potensi besar kedepannya. Proyeksi dari Future Market Insights mengungkapkan besarnya peluang pasar global untuk 5 komoditas unggulan tersebut. Nilai pasar global untuk udang tahun 2024 diproyeksi mencapai USD64,8 miliar, sementara untuk 10 tahun mendatang diproyeksi bisa mencapai hingga USD149 miliar.
Kemudian rumput laut memiliki potensi pasar global, pada tahun 2024 diprediksi mencapai USD7,8 miliar, sementara pada tahun 2033 diproyeksi mencapai USD19,6 miliar. Untuk komoditas Tilapia juga memiliki potensi besar, nilai pasar global untuk tilapia pada tahun 2024 diproyeksi mencapai USD14,4 miliar. Sementara pada 10 tahun mendatang, diprediksi Tilapia bisa mencapai USD23 miliar. Begitu juga untuk komoditas kepiting dan Lobster. Tahun 2024, nilai pasar global untuk lobster diprediksi bisa mencapai USD8,7 Miliar.
“KKP telah melakukan beberapa terobosan dalam menghadapi tantangan dan menangkap peluang investasi di bidang subsektor perikanan budidaya dan revitalisasi kawasan. Selain itu juga melalui program kampung perikanan budidaya seperti penyediaan sarana prasarana dan pengembangan infrastruktur. Dalam mendongkrak peningkatan produksi komoditas unggulan orientasi ekspor, KKP juga terus berupaya dalam pencegahan dan pengendalian penyakit ikan serta mendorong optimalisasi sertifikasi Perikanan Budidaya,” papar Tebe.
Lebih lanjut, KKP juga mendorong budidaya perikanan melalui inovasi dan teknologi guna meningkatkan produkivias yang berujung pada peningkatan ekonomi, baik ekonomi nasional ataupun ekonomi pelaku budidaya seperti masyarakat ataupun nelayan.
Peningkatan ekonomi melalui peningkatan produktivitas perikanan budidaya karena permintaan akan ikan budidaya terus meningkat baik didalam ataupun luar negeri.
NERACA Jakarta - Kementerian Koperasi Republik Indonesia (Kemenkop) menyerahkan daftar koperasi yang menjalankan kegiatan di sektor jasa keuangan kepada Otoritas…
NERACA Ogan Ilir – Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementa) terus mendorong produksi beras. Namun Kementan mengingatkan disaat petani…
NERACA Jakarta – Langkah PT Unilever Indonesi Tbk (UNVR) menjual bisnis es krimnya disambut positif. Hari ini, usulan tersebut disetujui…
NERACA Jakarta - Kementerian Koperasi Republik Indonesia (Kemenkop) menyerahkan daftar koperasi yang menjalankan kegiatan di sektor jasa keuangan kepada Otoritas…
NERACA Ogan Ilir – Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementa) terus mendorong produksi beras. Namun Kementan mengingatkan disaat petani…
NERACA Palembang – Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong peningkatan produktivitas sektor perikanan salah saunya…