NERACA
Bandung - Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menyebut pentingnya memperkuat minat dan keinginan dari kalangan anak-anak muda untuk terjun dan bekerja di sektor pertanian dan perikanan. Artinya, salah satu tantangan sektor pertanian saat ini dan di masa depan adalah kendala regenerasi.
Misalnya di Indonesia yang mayoritas petani berusia di atas 45 tahun. Masalah serupa juga dialami bangsa-bangsa lain, termasuk Jepang (rata-rata di atas 67 tahun) dan Inggris (59 tahun).
Bahkan, laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terbaru menunjukkan hanya 19,2 persen dari generasi muda di Indonesia yang memilih bekerja di sektor pertanian dan perikanan, sedangkan 56,46 persen lainnya atau sebagian besar justru memilih bekerja di sektor jasa dan perdagangan.
Menteri Teten menyebutkan, Bank Dunia di tahun 2023 telah melakukan survei di 18 negara untuk mengukur pendapatan petani atau nelayan muda di negara-negara tersebut. Hasilnya, sebanyak 17,3 persen anak muda di perikanan tangkap dan 15,2 persen di perikanan budidaya masing-masing pendapatannya lebih rendah dari ambang batas kemiskinan ekstrem. Bahkan, bagi pemuda di sektor pertanian proporsinya mencapai 41,9 persen.
"Jadi, rendahnya pendapatan di sektor pertanian yang menyebabkan rendahnya minat anak muda bekerja di sektor pertanian," ucap Teten, di Bandung.
Bagi Teten, hal itu disebabkan karena kehadiran generasi muda ke dalam sektor ini belum diikuti dengan terbukanya akses inovasi dan teknologi dalam pengelolaan sumber daya pertanian dan perikanan tadi.
"Tentu, tidak cukup dengan berjalan. Kita harus berlari bahkan melompat untuk mengejar peningkatan produktivitas dan nilai tambah dari produk agriculture dan aquaculture di Tanah Air," ucap Teten.
Teten meyakini, pada sektor agriculture dan aquacutlure yang didukung inovasi dan teknologi akan menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih luas dan lebih berkualitas ke depan.
"Penyediaan lapangan pekerjaan berkualitas inilah yang menjadi perhatian kami dengan memperbaiki ekosistem usaha pertanian dan perikanan di Tanah Air, agar lebih punya daya saing dan berkelanjutan" kata Teten.
Inovasi dan Riset
Sementara itu, Rektor Universitas Padjadjaran Prof Dr Rina Indiastuti menyatakan bahwa pihaknya sudah banyak melakukan inovasi dan riset pertanian berlandaskan pada kearifan lokal produk Jawa Barat. "Misalnya, kolaborasi antara mahasiswa dan dosen sudah banyak menghasilkan produk pertanian berbasis teknologi dan riset," kata Prof Rina.
Selain menghasilkan produk pertanian, kata Prof Rina, Unpad juga melakukan hilirisasi riset dalam menciptakan produk berbasis pangan untuk anti stunting. "Kita juga menumbuhkembangkan agro ekosistem yang inklusif dan berbasis pertanian, memperkuat peran dan bisnis usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), serta memdukung kedaulatan pangan melalui eksplorasi berbagai sumber karbohidrat," ucap Rina.
Sebelumnya, Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) Siti Azizah saat kunjungan kerjanya ke Australia pun mengakui bahwa agribisnis di Indonesia memiliki potensi besar dengan dukungan sumber daya alam yang melimpah dan sumber daya manusia yang kuat, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sumber daya petani milenial Indonesia kini mencapai 6,1 juta orang atau 21,93 persen dari total petani dan ekspor pertanian yang meningkat hingga 5,32 persen.
Di samping itu, kata Siti Azizah, pemerintah Indonesia dengan kebijakannya mendorong peningkatan produktivitas sektor pertanian melalui penyediaan pupuk bersubsidi dan subsidi pembiayaan lewat Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp300 triliun.
“Selaras dengan potensi itu, Kementerian Koperasi dan UKM melakukan terobosan dengan meluncurkan program-program inovatif yang bertujuan untuk menciptakan lebih banyak wirausaha yang mampu bersaing secara global,” ucap Siti Azizah.
Siti Azizah pun mengatakan pemerintah Indonesia berkomitmen kuat mengembangkan kewirausahaan di Indonesia yang sudah menargetkan penumbuhan wirausaha dan peningkatan rasio kewirausahaan.
Pada Februari 2024, nilai ekspor Indonesia mencapai USD19,31 miliar. Nilai tersebut turun 5,79 persen dibanding ekspor Januari 2024 (MoM) dan turun 9,45 persen dari bulan yang sama tahun lalu (YoY). Ekspor nonmigas dan migas juga turun masing-masing sebesar 5,27 persen dan 12,93 persen (MoM).
Di tengah penurunan ekspor nonmigas pada Februari 2024, sektor pertambangan dan sektor pertanian menjadi sektor-sektor yang ekspornya meningkat dengan kenaikan ekspor masing-masing sebesar 9,66 persen dan 5,37 persen (MoM).
NERACA Jakarta – Langkah PT Unilever Indonesi Tbk (UNVR) menjual bisnis es krimnya disambut positif. Hari ini, usulan tersebut disetujui…
NERACA Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia pada Januari 2025 akan menghadiri World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, dan…
NERACA Jakarta – Tingginya kebutuhan jagung untuk pakan ternak dan pangan maka pemerintah berbagai cara terus mendongkrak produksi jagung untuk…
NERACA Jakarta – Langkah PT Unilever Indonesi Tbk (UNVR) menjual bisnis es krimnya disambut positif. Hari ini, usulan tersebut disetujui…
NERACA Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia pada Januari 2025 akan menghadiri World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss, dan…
NERACA Jakarta – Tingginya kebutuhan jagung untuk pakan ternak dan pangan maka pemerintah berbagai cara terus mendongkrak produksi jagung untuk…