Kenapa Ekonomi Vietnam Tumbuh Pesat Ketimbang Indonesia?

 

Oleh: Achmad Nur Hidayat, Ekonom Narasi Institute

 

Beberapa waktu yang lalu BPS telah menerbitkan laporan tentang economic growth (pertumbuhan ekonomi) Indonesia  mengalami pertumbuhan sebesar 5,72% melampaui China dan Amerika sehingga membuat Menkeu Sri Mulyani Indrawati dan kawan-kawan berbangga hati.

Tapi ada satu negara ASEAN yang mengalami pertumbuhan ekonomi jauh melampaui Indonesia lebih dari dua kali lipat pertumbuhan ekonomi Indonesia,  yaitu Vietnam dengan pertumbuhan ekonomi 13,7%. Ini sangat luar biasa!

Hal ini menarik untuk menelusuri hal-hal apa saja yang membuat Vietnam mengalami kemajuan yang begitu signifikan? Padahal di Vietnam tidak ada Dana PEN imbas Covid, tidak ada proyek besar IKN dan Kereta Api Cepat, Tidak ada burden sharing bank sentral, dan tidak ada kelonggaran defisit belanja pemeritah di atas tiga persen. Namun pertumbuhan Vietnam begitu mengesankan. Ada sesuatu yang menarik untuk kita ketahui bersama terkait pertumbuhan ekonomi Vietnam terutama dalam kurun lima tahun terakhir. Ini gambaran analisisnya:

Turning Point Kebangkitan Ekonomi

Pemerintah Vietnam memperkenalkan serangkaian reformasi ekonomi pada 1986, yang disebut Doi Moi. Reformasi ini mendorong industri swasta, mengakui hak tanah pribadi, dan menghapus pertanian kolektif. Kebijakan ini disertai dengan penarikan militer Vietnam dari Kamboja. Hal ini membawa Vietnam memasuki periode perkembangan ekonomi tercepat dan paling mengesankan dalam sejarah dunia.

Transformasi ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Vietnam sehingga pertumbuhan ekonomi negara itu rata-rata sejak 2000-an rata-rata sekitar 6,4%. Produk domestik bruto per kapita pada paritas daya beli (PPP) meningkat dari US$970 pada 1990 menjadi US$6.023 pada 2015. Proporsi penduduk yang hidup dengan pendapatan di bawah US$3,10 per hari (pada PPP 2011) menurun dari 34,7% menjadi 3,5%.  

Dengan reformasi tersebut membuat Vietnam yang tadinya merupakan salah satu negara termiskin dengan tingkat kemiskinan 70%, di tahun 2020 telah turun secara hingga 5%. Lebih dari 10 juta orang telah diangkat dari kemiskinan pada tahun 2010-an saja. PDB per kapita Vietnam pun meningkat hampir sepuluh kali lipat dari di bawah US$300 pada 1980-an menjadi US$2.800 pada 2020.

Upah Tenaga Kerja Rendah

Karena ekonomi Vietnam telah berkembang pesat, dan karena standar upah tenaga kerjanya tetap rendah, Vietnam telah menjadi tempat yang lebih menarik untuk investasi. Ini juga telah menjadi bagian penting dari rantai pasokan global untuk tekstil, alas kaki, dan manufaktur elektronik: tekstil dan alas kaki mencapai 18% dari ekspornya pada 2018, sementara elektronik dan peralatan listrik mencapai 40%. Perusahaan besar seperti Adidas, Nike, dan Samsung , di antara banyak lainnya, kini memiliki kehadiran manufaktur di sana. Tidak mengherankan, penanaman modal asing langsung (FDI) Vietnam telah tumbuh lebih dari 200 kali sejak 1986, dari US$40.000 pada 1986 menjadi sekitar US$15.8 miliar pada 2018. Sementara itu, ekspornya meningkat 19% dari 2020 hingga 2021.

Pandai Manfaatkan Momentum Perang Dagang

Vietnam telah menjadi penerima manfaat dari persaingan kekuatan besar antara Amerika Serikat dan Cina yang berkaitan dengan FDI. Ketika ketegangan antara Amerika Serikat dan China meningkat, Partai Komunis China telah mengambil sikap yang kurang ramah bisnis, dan kebijakan Covid-19 China tidak menguntungkan buat investor, yang membuat para lembaga usaha mulai mencari untuk mendiversifikasi rantai pasokan mereka sebagau upaya untuk mengurangi gangguan.

Pada 2021 saja, sekitar 11.000 perusahaan asing membatalkan pendaftaran perusahaan mereka di China, sangat kontras dengan peningkatan bersih 8.000 perusahaan asing yang terdaftar pada tahun 2020. Antara lain, perusahaan seperti Apple, Samsung, dan Hasbro, yang telah memiliki manufaktur yang signifikan dan sudah berlangsung lama. Operasi di China, telah memutuskan untuk mengurangi operasi mereka di negara ini.

Kondisi ini membuat Vietnam telah diuntungkan karena perusahaan-perusahaan besar telah memindahkan manufaktur mereka ke Vietnam untuk memanfaatkan biaya rendah, infrastruktur yang sedang dalam proses pengembangan, lingkungan bisnis yang mendukung, dan keberhasilan dalam mengurangi dampak ekonomi dari Covid-19.

Beberapa perusahaan besar seperti Foxconn yang merupakan produsen elektronik terkemuka yang melakukan kontrak dengan semua perusahaan teknologi besar, termasuk raksasa Apple, mengumumkan akan menginvestasikan US$300 juta di pabrik baru di Vietnam Utara. Google baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka berencana untuk mengalihkan sebanyak setengah dari produksi Ponsel Pixel-nya ke Vietnam, sementara Microsoft telah menggunakan Vietnam untuk beberapa produksi Xbox-nya. Beberapa tahun yang lalu, perusahaan-perusahaan ini akan secara eksklusif memproduksi barang-barang ini di China. Secara keseluruhan, FDI Vietnam meningkat 8,9% antara Januari dan Juni tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama 2021.

Tujuan FDI yang Sangat Menarik bagi Investor

Vietnam telah membuat keuntungan ekonomi yang luar biasa selama 40 tahun terakhir, yang membuatnya menjadi tujuan FDI yang menarik. Sebagai dampak dari perpecahan China dan Amerika yang berkembang secara negatif mempengaruhi kemudahan pembelian barang, dan mengingat peran Vietnam sebagai tujuan investasi yang menarik bagi China, perkiraan ekonomi negara tersebut akan cenderung semakin positif di tahun-tahun mendatang.

Di Vietnam, industri dan konstruksi merupakan sektor ekonomi terbesar dengan menyumbang sebesar 41% dari total PDB. Namun, dalam enam tahun terakhir pertumbuhan jasa melampaui semua sektor lainnya secara signifikan. Sektor jasa saat ini menyumbang 37% dari PDB. Terakhir, pertanian, kehutanan dan perikanan mewakili 22% dari total output.

PDB Vietnam naik 13,67% dari tahun ke tahun (yoy) di kuartal III-2022, jauh lebih cepat dari pertumbuhan 7,72% di kuartal II-2022 dan menunjukkan ekspansi kuartal keempat berturut-turut. Output menguat untuk industri & konstruksi (12,91% vs 7,70% di Q2), jasa (18,86% vs 6,60%), dan pertanian (3,24% vs 2,78%). Mempertimbangkan tiga kuartal pertama tahun ini, PDB tumbuh 8,83% (yoy),  yang merupakan peningkatan tertinggi selama 9 bulan pada periode 2011-2022, karena produksi dan kegiatan bisnis secara bertahap mendapatkan kembali momentum pertumbuhan pasca Pandemi Covid-19, pemulihan kebijakan, dan kondisi sosial ekonomi pemerintah. pembangunan bisa kembali dilakukan secara penuh.

Tantangan yang Dihadapi

Namun, Vietnam menghadapi rintangan berat untuk pertumbuhan di masa depan. Faktor yang paling membatasi adalah ukuran populasi negara itu yang tidak terlalu besar. Demikian pula, tenaga kerja Vietnam relatif berketerampilan rendah, pasokan energinya mengalami kesulitan memenuhi permintaan, dan meskipun negara tersebut telah membuat kemajuan signifikan dalam pembangunan infrastruktur, Vietnam masih menempati peringkat ke- 47 dari 160 negara dalam hal ini.

Berdasarkan hal ini sebetulnya Indonesia mempunyai kekuatan besar dari sisi populasi yang jika dikaryakan secara optimal akan membawa dampak pertumbuhan yang jauh lebih besar. Apalagi pasokan energi seperti suplai listrik yang besar belum dimanfaatkan secara optimal, sumber daya alam yang jauh lebih melimpah, infrastruktur yang lebih baik. Tapi sayangnya banyak investor / perusahaan-perusahaan asing yang justru hengkang dari Indonesia seperti Chevrolet, Ford, Nissan, Toshiba, Panasonic. Seharusnya berdasarkan potensinya, Indonesia bisa mengalami pertumbuhan yang jauh lebih signifikan dari Vietnam.

Adapun investor asing yang membuka industri di Indonesia banyak yang tidak memberikan keuntungan secara berimbang/sepadan. Seperti kekayaan nikel Indonesia yang dikuasai manfaatnya oleh perusahaan China.

BERITA TERKAIT

Strategi Fiskal untuk Keberlanjutan UMKM

    Oleh: Jauhari Firdaus Basam, Pengamat Ekonomi Makro Dalam menghadapi tantangan ekonomi global, pemerintah terus menunjukkan komitmen kuat untuk…

Komitmen Pemerintah Membangun Indonesia Bebas Judi Online

    Oleh: Naura Fena, Pengamat Sosial Budaya   Komitmen pemerintah untuk mewujudkan Indonesia yang bebas dari judi online terus…

Wujudkan Kebun Sawit sebagai Harapan Pemerataan Ekonomi Tanpa Deforestasi

    Oleh: Agas Darmawan, Peneliti Pertanian  Pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming…

BERITA LAINNYA DI Opini

Strategi Fiskal untuk Keberlanjutan UMKM

    Oleh: Jauhari Firdaus Basam, Pengamat Ekonomi Makro Dalam menghadapi tantangan ekonomi global, pemerintah terus menunjukkan komitmen kuat untuk…

Komitmen Pemerintah Membangun Indonesia Bebas Judi Online

    Oleh: Naura Fena, Pengamat Sosial Budaya   Komitmen pemerintah untuk mewujudkan Indonesia yang bebas dari judi online terus…

Wujudkan Kebun Sawit sebagai Harapan Pemerataan Ekonomi Tanpa Deforestasi

    Oleh: Agas Darmawan, Peneliti Pertanian  Pemerintah Indonesia, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming…