Keberhasilan 8 Provinsi Jadi Contoh Tekan Angka Stunting

Penanganan masalah stunting dan termaasuk menekan angka penderitanya di Indonesia, tidak bisa berjalan sendiri tetapi perlu kerjasama yang melibatkan pemerintah pusat, daerah serta lembaga masyarakat dan pihak swasta. Dimana keberhasilan kerja sama lintas sektoral ini terlihat dari penurunan persentase angka kasus stunting di beberapa daerah, di antaranya di kabupaten Tulungagung, kabupaten Kotawaringin Timur, kabupaten Magetan, dan kabupaten Kudus.

Berangkat dari semangat bersama mencegah stunting, Dr. drg Widya Leksmanawati, SpOrt., MM, Direktur Executive HIPPG dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin menyampaikan bahwa Habibie Institute for Public Policy and Government (HIPPG) mengajak lintas sektor untuk turut andil dan peduli dalam upaya menekan angka stunting. “Program Aksi Bersama Cegah Stunting (ACS) pilot project ini pada enam bulan pertama akan memberikan beberapa sumber protein hewani seperti yang telah dilakukan di Pandeglang, yaitu mengutamakan susu berkalori tinggi dan telur. Nantinya, keberhasilan dari pilot project yang berlokasi di 14 desa ini akan direplikasi ke seluruh desa di Indonesia”, ungkapnya.

Secara terperinci, Direktur Eksekutif HIPPG tersebut mengungkapkan bahwa saat ini terdapat 8 provinsi yang menjadi wakil wilayah percontohan, diantaranya Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan. Dari 8 provinsi tersebut, terdapat 2.687 desa yang masuk kategori stunting. Selanjutnya, setelah melalui beberapa tahap pendataan, sebanyak 14 desa nantinya akan menjadi lokasi pilot project.

Ir. Budiono Subambang, MPM, Direktur Sinkronisasi dan Urusan Pemerintahan Daerah III Direktorat Jendral Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri, berharap program Aksi Cegah Stunting ini dapat menjadi pedoman bagi daerah lainnya dalam pencegahan stunting. “Diantara isu terkait stunting yang dapat diidentifikasi adalah bagaimana daerah menetapkan daerah untuk percepatan stunting, bagaimana mengubah perilaku masyarakat dalam hal edukasi kesadaran pemenuhan gizi seimbang, dan rendahnya dukungan sosial,” imbuh Budiono Subambang.

Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa penyelenggara dari program percepatan penurunan stunting ini adalah kementerian, lembaga pemerintah daerah, tingkat provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, serta pemerintah desa yang bersama-sama secara vertikal maupun horisontal melibatkan dunia usaha, pendidikan, dan lembaga-lembaga lainnya dalam upaya mengisi ruang-ruang yang sesuai dengan kemampuan.

Dr. Paudah, M. Si, Direktur Fasilitasi Pengembangan Kapasitas Aparatur Desa Dirjen Pemerintah Desa menegaskan pencegahan stunting tidak hanya menjadi tanggung jawab satu lembaga, melainkan perlu kerjasama berbagai pihak. “Diperlukan upaya duduk bersama antara pemerintah daerah dan desa karena yang perlu ditekankan adalah tentang bagaimana peran desa dan sasaran intervensinya,” tambah Paudah.

Sementara Gatut Sunu Wibowo, SE, Wakil Bupati Kabupaten Tulungagung, memaparkan bahwa Kabupaten Tulungagung telah mendorong peran perangkat lintas sektor dalam penanganan stunting dalam upaya mengintegrasi fungsi satu sama lain. Selain itu, pemerintah daerah Tulungagung juga alami peningkatan dukungan anggaran dari APBD maupun APBN untuk penanganan stunting. Pemerintah daerah juga mendorong kemitraan dunia usaha atau ormas LSM dalam penanganan stunting.“Dari hasil kerja sama lintas sektor, angka stunting kabupaten Tulungagung mengalami penurunan, pada bulan September 2021 sebesar 4,52%, pada bulan Januari 2022 turun menjadi 4%. Ini juga imbas baik dari intervensi birokrasi pilot project HIPPG yang kemudian menunjukkan tren baik pada beberapa lokasi yang ditunjuk.  Jumlah balita stunting di desa Macanbang kecamatan Gondang, dari 14 balita yang telah ditangani, 4 balita telah sembuh dan 10 balita lainnya masih dalam tahap penanganan lanjutan,” jelas Gatut Sunu Wibowo.

Hal senada juga disampikan Gatut Sunu, Sutimin, Plt. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Kabupaten Kotawaringin Timur, pemerintah daerah kabupaten Kotawaringin Timur melibatkan masyarakat dan dunia usaha untuk membentuk kelompok masyarakat peduli stunting. “Perusahaan-perusahaan yang berada di sekitar locus stunting, melalui program CSR nya memberikan pemberian makanan tambahan untuk peningkatan gizi anak. Hal ini membuktikan bahwa seluruh pihak memiliki peran dan keterlibatan yang strategis termasuk dari sisi korporasi.” jelas Sutimin.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Dukung Keberlanjutan - Ini Tips Allianz Terapkan Sustainable Fashion

Peringati hari Bumi dan juga tanggung jawab sosial perusahaan pada lingkungan, Allianz Indonesia mengajak karyawan untuk memulai langkah sederhana yang…

Dukung Ketahanan Pangan - Mengolah Surplus Makanan Beri Manfaat Yang Rentan

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN KLHK) tahun 2024 mengungkapkan bahwa sampah makanan menyumbang hampir setengah dari…

GIF Dampingi Magelang Setories - Kembangkan Pertanian Regeneratif Demi Kesejahteraan Petani

Bantu pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan, sektor pertanian juga menjadi perhatian penting GoTo Impact Foundation (GIF) sebagai organisasi nirlaba milik…

BERITA LAINNYA DI CSR

Dukung Keberlanjutan - Ini Tips Allianz Terapkan Sustainable Fashion

Peringati hari Bumi dan juga tanggung jawab sosial perusahaan pada lingkungan, Allianz Indonesia mengajak karyawan untuk memulai langkah sederhana yang…

Dukung Ketahanan Pangan - Mengolah Surplus Makanan Beri Manfaat Yang Rentan

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN KLHK) tahun 2024 mengungkapkan bahwa sampah makanan menyumbang hampir setengah dari…

GIF Dampingi Magelang Setories - Kembangkan Pertanian Regeneratif Demi Kesejahteraan Petani

Bantu pemerintah dalam mewujudkan swasembada pangan, sektor pertanian juga menjadi perhatian penting GoTo Impact Foundation (GIF) sebagai organisasi nirlaba milik…