NERACA
Jakarta – Sepanjang tahun 2020, PT Petrosea Tbk (PTRO) mencatatkan laba bersih senilai US$ 32,279 juta atau tumbuh 3,54% dibanding akhir tahun 2019 yang mencatatkan laba bersih US$ 31,175 juta. Sehingga, laba per saham dasar tercatat tumbuh menjadi US$ 0,0323 dibandingkan akhir tahun 2019 yang mencatatkan laba per saham US$ 0,0309. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan di Jakarta, kemarin.
Sebaliknya, emiten jasa konstruksi migas dan batu bara ini membukukan total pendapatan sepanjang tahun 2020 tercatat sebesar US$ 340,68 juta atau turun 28,57% dibanding tahun 2019 yang tercatat sebesar US$ 476,44 juta. Tapi, beban usaha langsung tercatat sebesar US$ 265,82 juta atau turun 32,91% dibanding akhir tahun 2019 yang tercatat sebesar US$ 395,31 juta. Sehingga, laba kotor turun 7,7% menjadi US$ 74,866 juta.
Menariknya, beban pajak final turun 67,24% menjadi US$ 3,038 juta dibandingkan tahun 2019 sebesar US$ 9,257 juta. Sedangkan pada sisi ekuitas tercatat sebesar US$ 231,44 juta atau tumbuh 8,9% dibanding akhir tahun 2019 yang tercatat sebesar US$ 212,56 juta. Adapun total kewajiban tercatat sebesar US$ 298,24 juta atau turun 11,83% dibanding akhir tahun 2019 yang tercatat sebesar US$ 338,48 juta. Hasilnya, aset perseroan tercatat sebesar US$ 529,68 juta atau turun 3,99% dibanding akhir tahun 2019 yang tecatat sebesar US$ 551,04 juta.
Kemudian arus kas diperoleh dari aktivitas operasi tercatat US$ 107,46 juta atau tumbuh 16,3% dibanding akhir tahun 2020 yang tercatat US$ 92 juta. Belum lama ini, perseroan mengantungi kontrak dari PT Pusat Sarana Baruna (PSB) untuk layanan jasa logistik. Direktur Petrosea, Meinar Kusumastuti dalam siara persnya di Jakarta, kemarin mengatakan, perseroan dan PSB adalah perusahaan terafiliasi dengan pemilik penerima manfaat yang sama.
Perjanjian ini terkait dengan penyediaan layanan jasa logistik untuk kepentingan perseroan di wilayah Balikpapan yang berlokasi di Interport Business Park dengan tujuan untuk membangun sinergi yang kuat antar perusahaan afiliasi. Di mana, jangka waktu perjanjian adalah 12 bulan. “Perjanjian ini akan berdampak positif pada keberlangsungan usaha perseroan dan meningkatkan sinergi antara perusahaan,”ujar Meinar.
Tahun ini, Petrosea menganggarkan dana belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar US$ 100 juta. Di mana, mayoritas penggunaan capex untuk menopang proyek jasa pertambangan di Kideco Jaya Agung, termasuk di dalamnya untuk mempertahankan volume produksi di tambang tersebut. Selain itu, anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY) ini akan menggunakan dana belanja modalnya untuk lini bisnis engineering, procurement, & construction (EPC). Perseroan juga mengalokasikan belanja modal di tahun depan untuk ekstensifikasi bisnis, dalam hal ini memperkuat digitalisasi di segala lini bisnis perusahaan.
Penetrasi dan ramaikan pasar AC dalam negeri, Xiaomi Indonesia meluncurkan Mijia Air Conditioner Pro Eco 5-Star 1 PK Inverter dengan…
Dari limbah sampah menjadi berkah, hal inilah yang dilakukan Zara Tentriabeng (43), pemilik Hexagon yang memproduksi perhiasan berbahan baku limbah…
Program pemerintahan Prabowo Gibran dalam mewujudkan ketanan pangan, rupanya telah dilakukan kelompok tani (Poktan) Mekar Permai di Pamulang, Tangerang Selatan…
Penetrasi dan ramaikan pasar AC dalam negeri, Xiaomi Indonesia meluncurkan Mijia Air Conditioner Pro Eco 5-Star 1 PK Inverter dengan…
Dari limbah sampah menjadi berkah, hal inilah yang dilakukan Zara Tentriabeng (43), pemilik Hexagon yang memproduksi perhiasan berbahan baku limbah…
Program pemerintahan Prabowo Gibran dalam mewujudkan ketanan pangan, rupanya telah dilakukan kelompok tani (Poktan) Mekar Permai di Pamulang, Tangerang Selatan…