NERACA
Sejatinya Indonesia menjadi negara dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia, memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan industri keuangan syariah di dalam negeri, seperti asuransi syariah. Namun faktanya, saat ini penetrasi industri asuransi syariah masih relatif kecil. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), porsi penetrasi asuransi jiwa syariah terhadap populasi jumlah penduduk Indonesia sangat kecil, bahkan di bawah 1%. Angka penetrasi asuransi jiwa syariah pada Maret 2016 sebesar 0,075%. Angka ini tak menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan angka Desember 2015 yang mencapai 0,076%.
Persoalan kurangnya edukasi dan pemahaman masyarakat menjadi faktor utama rendahnya penetrasi asuransi syariah. Apalagi, tingkat kesadaran masyarakat Indonesia berasuransi masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara lain, karena sebagian besar masyarakat menilai asuransi bukanlah kebutuhan utama. Hal ini tentunya menjadi tantangan besar bagaimana meningkatkan penetrasi asuransi syariah ditengah rendahnya penetrasi asuransi konvensional. Firdaus Djaelani, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK menjelaskan, sekalipun produk asuransi syariah di pasar saat ini sudah terbilang lengkap dengan produk asuransi konvensional, masyarakat lebih memilih untuk produk konvensional. Pasalnya, sosialisasi produk asuransi syariah dinilai masih kurang ke masyarakat.
Tahukah, bisnis asuransi syariah punya potensi besar untuk bisa sukses dalam kancah industri perasuransian di Indonesia. Hanya saja perlu sosialiasi dan edukasi yang lebih kuat, serta inovasi (terobosan) dalam bisnisnya, sehingga mampu bersaing dengan asuransi konvensional. Hal ini pula yang disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'aruf Amin, masih rendahnya perkembangan asuransi syariah dipengaruhi produk layanan jasa keuangan, termasuk asuransi yang kurang inovatif. Hal itu diyakini membuat produk asuransi berbasis syariah Islam belum terlalu diminati masyarakat.”Produk kurang inovatif sehingga belum banyak yang memanfaatkannya,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Shanty Apriyanti Leksono, praktisi senior asuransi syariah. Dirinya mengakui, asuransi syariah beberapa waktu terakhir ini perkembangannya cenderung stagnan dan tidak bisa mengoptimalkan marketnya yang sangat besar.“Sebenarnya asuransi syariah sosialisasinya juga sudah lumayan lebih agresif lagi sekarang. Namun kembali lagi, bahwa market yang besar itu harus diingatkan terus menerus tentang keunggulan asuransi syariah ini. Memang kita praktisi ekonomi syariah harus lebih aktif lagi, lebih agresif lagi didalam sosialisasi dan edukasi asuransi syariah,”paparnya.
Lebih lanjut menurut Shanty, di dalam produk-produk asuransi syariah ini sebenarnya sudah banyak keunggulan yang relatif jauh lebih maju ketimbang sebelumnya, namun demikian keunggulan tersebut masih belum cukup, dan perlu terobosan agar bisa lebih bersaing dengan produk asuransi konvensional.“Ada banyak hal di asuransi syariah yang sebenarnya sudah sangat maju, namun masih tetap ketinggalan dengan konvensional, sehingga masyarakat luas ada yang balik kembali ke konvensional. Karena itu asuransi syariah perlu terobosan (inovasi), selain juga harus terus menggalakkan edukasi dan sosialiasi,”tandasnya.
Maka berangkat dari inovasi menjadi kebutuhan untuk menjawab tantangan masyarakat yang terus dinamis, PT FWD Life Indonesia meluncurkan produk asuransi jiwa unitlink syariah komprehensif pertama bernama BEBAS IKHTIAR dengan berbasis digital. Produk ini memberikan asuransi dan investasi jangka panjang serta membantu sesama dengan fitur donasi secara sistematis yang memudahkan nasabah untuk beramal.
Teknologi Digital
Presiden Direktur FWD Life, Rudi Kamdani mengatakan, untuk mengembangkan pasar asuransi syariah terkait dengan peningkatan pemahaman publik terhadap asuransi syariah, pihaknya berupaya memaksimalkan tiga langkah untuk menjawab tantangan tersebut. Pertama, dengan memanfaatkan teknologi digital.“FWD Life bisa memberikan pengalaman asuransi yang cepat, mudah dan nyaman tetapi tetap sesuai prinsip syariah. Layanan itu memungkinkan kami memberi informasi yang transparan dan nasabah leluasa mengatur polis syariahnya sendiri,” ungkapnya.
Kedua, pihaknya berupaya menciptakan produk inovatif dan berdasarkan kebutuhan segmen pasar syariah, sehingga dapat semakin menarik banyak nasabah di Indonesia. Pada produk asuransi jiwa syariah FWD Life Indonesia yang terbaru, yaitu Bebas Ikhtiar, terdapat fitur amal didalamnya. Ketiga, melakukan pendekatan melalui passion, sehingga diharapkan dapat memberikan nilai lebih kepada nasabah. “Kalau berbicara passion, kami sudah riset ke nasabah tentang passion mereka. Hasilnya adalah ada lima passion teratas, yaitu travel, sport, musik, kuliner dan fashion. Kami berkomitmen tampil beda dengan mengajak nasabah mewujudkan passion tanpa ragu sesuai prinsip syariah,” papar Rudi.
Untuk itu, pada peluncuran Bebas Ikhtiar, FWD Life menghadirkan kolaborasi dengan desainer Indonesia, Barli Asmara. Kolaborasi ini menghasilkan sebuah karya berupa scarf yang didesain khusus oleh Barli untuk nasabah FWD Life. Pada Januari 2017, FWD Life pun akan memberikan scarf khusus tersebut untuk 200 pembelian pertama produk Bebas Ikhtiar. “FWD Life akan memaksimalkan tiga kunci utama ini, sehingga bisa berkontribusi terhadap pertumbuhan industri asuransi secara nasional,” pungkas Rudi.
Komitmen FWD Life meningkatkan penetrasi asuransi syariah tidak hanya menawarkan tiga pendekatan sebagai strategi kunci membidik pasar lebih besar lagi, tetapi juga memiliki visi yang besar mengubah cara pandang masyarakat tentang asuransi. Pasalnya, target pasar yang dibidik adalah di usia produktif. Chief of Product Proposition and Sharia FWD Life Indonesia, Ade Bungsu mengatakan, pihaknya punya gaya yang agak sedikit berbeda dengan pemain yang sudah ada di pasar saat ini.”Target pasar asuransi secara umum di usia 35-40 tahun mereka baru mau beli atau memikirkan asuransi. Nah kami coba melebarkan segmen ini, kalau di negara tetangga asuransi dimulai dari usia 25 tahun. Jadi target pasarnya mau masuk ke yang lebih muda,” ujarnya.
Disebutkannya, pasar asuransi syariah bagi generasi muda pun berpotensi besar. Dengan mayoritas penduduk Indonesia adalah kaum muslim serta meningkatnya kelas menengah, maka pasar asuransi syariah berpeluang besar untuk tumbuh pesat ke depannya. “Jadi bukan karena tidak ada daya beli tapi kesadarannya yang belum,” tukas Ade.
Ade juga menambahkan, untuk masuk ke segmen berusia muda, pihaknya pun berupaya untuk menggunakan bahasa yang sesuai dengan segmen tersebut dengan gayanya untuk mendukung passion, maka perseroan ada tagline ‘Bebaskan Langkah, Tetap Syariah. Untuk melayani nasabah kaum muda, lanjut Ade, pihaknya pun mengembangkan layanan berbasis digital. “Saat ini pelayanan nasabah 24 jam dan bisa dilakukan dengan chatting, live chat, dan WhatsApp untuk menjawab kebutuhan generasi yang melek digital,” katanya.
Perseroan menaruh harapan besar, dengan pelayanan produk berbasis digital bisa membuka peluang baru untuk mempercepat proses sosialisasi, edukasi, dan akses terhadap produk asuransi jiwa syariah. Semoga. (bani)
NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) menyetujui membagikan dividen tunai dengan total…
NERACA Jakarta– Sepanjang tahun 2024, PT Asuransi Digital Bersama Tbk (YOII) membukukan laba bersih Rp16,45 miliar atau melesat 168,41% dari…
NERACA Jakarta – Di kuartal pertama 2025, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) membukukan pendapatan sebesar Rp1,68 triliun atau turun…
NERACA Jakarta – Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) menyetujui membagikan dividen tunai dengan total…
NERACA Jakarta– Sepanjang tahun 2024, PT Asuransi Digital Bersama Tbk (YOII) membukukan laba bersih Rp16,45 miliar atau melesat 168,41% dari…
NERACA Jakarta – Di kuartal pertama 2025, PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI) membukukan pendapatan sebesar Rp1,68 triliun atau turun…