NERACA
Jakarta - Lunasi utang jatuh tempo dan juga danai model kerja, PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) mengantongi fasilitas kredit sindikasi dengan plafon Rp4,4 triliun untuk refinancing utang dolar AS dan ekspansi kapasitas produksi. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Kisyuwono, Direktur Gajah Tunggal mengatakan, perseroan telah menandatangani perjanjian fasilitas kredit baru pada Kamis (14/11). Fasilitas kredit yang dimaksud meliputi dua tranche dengan tenor 8 tahun dan 9 tahun. Lebih terperinci, fasilitas tersebut diperoleh dari sindikasi bank yang terdiri atas PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Digital BCA, PT Bank Permata Tbk., PT Bank CIMB Niaga Tbk., PT Bank KEB Hana Indonesia, dan PT Bank Oke Indonesia Tbk.
Adapun, nilai fasilitas kredit sindikasi itu mencapai Rp4,4 triliun. BCA berperan sebagai original mandated lead arranger dan bookrunner, serta agen fasilitas dan agen jaminan dari para bank yang membiayai Gajah Tunggal. Nantinya, fasilitas kredit baru akan digunakan perseroan untuk melunasi seluruh jumlah terutang berdasarkan senior secured notes yang diterbitkan pada 32 Juni 2021 dengan Deutsche Bank Hong Kong sebagai Wali Amanat, dengan jumlah pokok US$175 juta yang akan jatuh tempo pada 2026.
Selain itu, emiten produsen ban ini juga berencana menggunakan sebagian fasilitas kredit sindikasi itu untuk membiayai sebagian dari proyek ekspansi fasilitas produksi ban TBR menjadi 5.000 pieces per hari. Kisyuwono menambahkan, fasilitas kredit tersebut diharapkan mempunyai dampak positif jangka panjang terhadap kinerja keuangan perseroan dengan mengurangi eksposur valuta asing GJTL.
Hal itu diperkirakan dapat berpengaruh terhadap laba rugi GJTL karena fasilitas kredit sindikasi seluruhnya dalam mata uang rupiah. “Perseroan juga berpotensi mengalam peningkatan kapasitas produksi TBR sehingga diharapkan dapat mendukung penjualan secara berkelanjutan.”jelasnya.
Di kuartal tiga 2024, laba bersih GJTL tercatat sebesar Rp998,55 miliar atau tumbuh 41,36% secara tahunan (year on year/yoy), dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp699,27 miliar. Perseroan mengungkapkan, pertumbuhan kinerja laba terdongkrak oleh penjualan yang naik 6,9% yoy menjadi Rp13,44 triliun per kuartal III/2024, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp12,57 triliun.
Penjualan Gajah Tunggal didominasi oleh penjualan pihak ketiga lokal sebesar Rp10,45 triliun, naik 7,11% yoy. Meskipun, penjualan ekspor GJTL turun 15,41% yoy menjadi Rp1,39 triliun. Adapun, penjualan kepada pihak berelasi GJTL mencapai Rp1,82 triliun, naik 33,86% yoy. GJTL mencatatkan beban pokok penjualan yang naik 5,16% yoy menjadi Rp10,51 triliun per kuartal III/2024. Sementara, laba kotor GJTL naik 13,63% yoy menjadi Rp2,93 triliun.
Setelah dikurangi beban penjualan, beban umum dan administrasi, beban keuangan serta dipengaruhi oleh keuntungan atau kerugian kurs mata uang asing bersih maka GJTL meraup laba sebelum pajak sebesar Rp1,28 triliun per kuartal III/2024, naik 39,86% yoy.
Perkuat likuiditas guna mendanai ekspansi bisnisnya, PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) akan memperoleh pinjaman maksimal Rp1,25 triliun dari PT…
NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (18/11) sore awal pekan kemarin, indeks harga saham…
NERACA Jakarta -Pacu pertumbuhan bisnisnya, PT Arsy Buana Travelindo Tbk (HAJJ) membidik mengelola 5.000 kamar hotel di Mekah dan Madinah…
Perkuat likuiditas guna mendanai ekspansi bisnisnya, PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA) akan memperoleh pinjaman maksimal Rp1,25 triliun dari PT…
NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (18/11) sore awal pekan kemarin, indeks harga saham…
NERACA Jakarta -Pacu pertumbuhan bisnisnya, PT Arsy Buana Travelindo Tbk (HAJJ) membidik mengelola 5.000 kamar hotel di Mekah dan Madinah…