NERACA
Jakarta – Komoditas buah-buahan Indonesia dipersulit memasuki pasar buah Australia lantaran terbentur aturan `sanitary and phytosanitary` atau SPS. Lewat aturan itu, Australia mengharuskan verifikasi tempat dan cara penanaman yang membutuhkan waktu lama.
Menurut Direktur Jenderal Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Gusmardi Bustami, pemerintah Australia berjanji mempercepat proses verifikasi syarat kesehatan dan kebersihan yang selama ini menjadi penghambat akses pasar buah tropis Indonesia.
Dalam beberapa bulan ke depan, menurut dia, proses verifikasi SPS pada buah-buahan tropis asal Indonesia yang terdiri atas manggis, salak dan mangga akan dipercepat. "Tapi akan dipercepat menjadi berapa lama, itu tergantung pada hasil pemeriksaan yang sedang dilakukan," katanya.
Selama ini aturan SPS Australia yang ketat membuat buah-buahan tropis Indonesia sulit menembus pasar Australia meski tarif masuk untuk komoditas itu sudah ditiadakan.
Pemerintah Indonesia berusaha menangani masalah itu dengan mengundang tim inspeksi keamanan pangan Australia untuk melakukan survei di perkebunan buah dan pabrik pengemasan buah di Bogor yang sudah memenuhi standar SPS internasional.
Gusmardi menjelaskan pula bahwa pemerintah juga sedang berusaha mengatasi masalah akses pasar pada produk-produk makanan yang karena satu dan lain hal tertahan masuk ke Australia.
“Ada beberapa produk makanan yang tertahan masuk karena dinilai tidak memenuhi aturan pelabelan seperti kecap manis dan `snack cream strawberry. Pemerintah mengupayakan adanya pengakuan bersama atas produk-produk itu melalui badan pengawas obat dan makanan kedua negara," katanya.
Gusmardi juga mengungkap, Indonesia selalu mengalami defisit perdagangan dengan Australia setidaknya selama 5 tahun terakhir. “Kita selalu defisit 5 tahun ke belakang. Kalau kita ingin menghilangkan defisitnya, kita harus melakukan yang lebih preventif,” tandas Gusmardi.
Total perdagangan RI dan Austrlia pernah mengalami penurunan pada tahun 2009 walaupun tahun 2010 meningkat cukup drastis. Pada tahun 2008 total perdagangan keduanya mencapai US$ 8,1 miliar lalu turun di tahun 2009 menjadi US$ 6,7 miliar dan 2010 naik menjadi US$ 8,3 miliar. “Tahun 2009 mengalami financial crisis, jadi turun. Semua negara turun,” terangnya.
Defisit yang dialami Indonesia, lanjut Gusmardi, karena Indonesia terlalu banyak impor barang dari Australia. Indonesia lebih banyak impor daging, garam, mesin-mesin, susu dan lain-lain.
Dia menargetkan di tahun 2011 ini, total perdagangan Indonesia dengan Australia bisa mencapai angka US$ 9 miliar. “Melihat trennya, mungkin bisa US$ 9 miliar,” katanya. Iwan
Tabel :
Nilai Defisit Perdagangan Non Migas Indonesia-Australia:
Tahun Nilai Defisit
2006 US$ 1,076 miliar
2007 US$ 949,226 juta
2008 US$ 1,873 miliar
2009 US$ 1, 662 miliar
2010 US$ 1,729 miliar
NERACA Jerman – PT Pertamina International Shipping (PIS) memaparkan sejumlah strategi dan kesiapan perusahaan untuk dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya…
NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…
Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…
NERACA Jerman – PT Pertamina International Shipping (PIS) memaparkan sejumlah strategi dan kesiapan perusahaan untuk dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya…
NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…
Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…