Ikut Bicara Peduli Lingkungan - Nilai Ekonomis Mengola Limbah Plastik Jadi Paving Blok

Pemanfaatan dan pengolahan limbah sampah plastik masih belum di optimalkan. Padahal banyak potensi yang bisa digali dari penglohan limbah sampah platik yang bernilai ekonomi dan juga dampaknya membantu pemerintah mengurangi sampah plastik yang saat ini tengah menjadi tren isu lingkungan. Ya, pemanfaatan sampah plastik agar memiliki nilai ekonomi dilakukan oleh pengelola taman bunga Impian Okura, objek wisata di Kota Pekanbaru yang membuat paving blok dari limbah plastik untuk hiasan diobjek wisata tersebut sekaligus sebagai salah satu upaya  mengurangi sampah plastik.”Kami baru memulainya sejak dua bulan lalu, dan Alhamdulillah berhasil. Saya bisa katakan ini adalah pertama kali paving blok dari limbah plastik digunakan di objek wisata di Provinsi Riau, khususnya di Pekanbaru," kata pengelola Taman Bunga Impian Okura, Musnidianto, di Pekanbaru, kemarin.

Dirinya menjelaskan, ide tersebut didorong karena ketika taman bunga yang berdiri sejak 2017 itu makin ramai pengunjung,  muncul masalah baru yaitu semakin banyak sampah plastik yang dihasilkan dari pengunjung.”Jadi taman bunga kita sudah banyak dikenal orang, semakin banyak juga menghasilkan sampah. Awalnya kami hanya menggantung-gantung sampah botol berwarna warni di taman bunga biar tampak indah, tapi kalau cuma itu saja berarti kami hanya bisa memanfaatkan sampah botol saja," kata pria yang akrab disapa Muslim ini.

Kemudian seorang mahasiswa yang berkunjung ke Taman Bunga Okura memberi informasi bahwa sampah plastik kini bisa diolah menjadi bahan bakar minyak dan paving blok. Dengan berbekal masukan tersebut, lanjutnya, pengelola belajar secara otodidak dari video Youtube. Muslim dan kawan-kawannya di taman bunga kemudian belajar mengolah limbah plastik menjadi paving blok. Mereka mendesain alat cetak dan press di tukang las dengan modal Rp750 ribu.

Dia menjelaskan, proses pembuatan paving blok tidak terlalu sulit, namun butuh waktu cukup lama karena menggunakan alat yang masih sederhana. Sampah plastik seperti botol, bungkus makanan dan gelas plastik awalnya dilumerkan di kuali. Proses ini memakan waktu sekitar setengah jam hingga plastik menjadi bubur kental berwarna hitam.

Kemudian bubur plastik yang masih panas dimasukkan ke wadah pencetak berbentuk segi enam dan dipress selama lima menit. Proses selanjutnya wadah segi enam itu direndam selama 15 menit di air, hingga plastik mengeras dan mudah dikeluarkan. Paving blok limbah plastik itu kemudian diberi warna agar lebih menarik.”Satu paving blok diperkirakan butuh satu kilogram sampah plastik. Lama pengerjaan sekitar satu jam, butuh waktu lama karena kita tidak punya mesin pencacah sampah plastiknya," kata Muslim.

Dia mengatakan, produk tersebut belum akan diperjualbelikan karena masih akan terus disempurnakan. Dirinya menyadari, pembuatan paving blok tersebut sangat berbahaya karena asap yang dihasilkan pada proses pelumeran.”Makanya kami selalu gunakan masker karena asap dari plastik ini berbahaya. Sampah plastik ini kan tergolong limbah B3 atau berbahaya untuk tubuh," ujarnya.

Usaha pengelola untuk mengurangi sampah plastik tersebut kini mendapat dukungan dari berbagai pihak. Muslim mengatakan cukup banyak perusahaan swasta yang mengucurkan dana tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) untuk Taman Bunga Impian Okura. Asal tahu saja, pemanfaatan sampah plastik untuk paving blok tengah menjadi tren dan bukanlah barang baru.

 

Tengah Menjadi Tren

 

Jajang Sujana, warga kecamatan Tamansari, Tasikmalaya juga menciptakan paving block dari sampah plastik. Jajang mengakui, inovasi paving dari sampah plastik bukanlah ide yang baru. Di daerah lain, telah banyak orang memanfaatkan teknologi tersebut. Namun, setelah Jajang mencoba mengaplikasikannya, pembuatannya tidak begitu sulit.”Intinya kita melihat kondisi lingkungan, sampah yang sangat banyak, diperlukan sebuah penanggulangan. Saya berusaha untuk memulai tindakan menanggulangi sampah. Jangan sampai semakin banyak, semakin menggunung," kata Jajang.

Jajang menjelaskan, pembuatan paving block hanya memerlukan sampah plastik yang telah dipilah. Plastik itu lalu dipadatkan dicampur oleh sedikit pasir. Hasilnya, dari sekitar 1 kilogram sampah plastik bisa menghasilkan satu buah paving block berukuran 10x20 sentimeter. Menurut dia, kualitas paving block dari plastik lebih baik dari yang berbahan dasar semen. Dia menyebut, daya tahan paving block plastik bisa empat hingga lima kali lipat paving block biasa.”Sebab ini plastik bahan dasarnya. Ini cukup keras dan sulit hancur," kata lelaki yang mulai berinovasi sejak tiga tahun lalu, tapi baru menemukan formula yang tepat sebulan belakangan.

Meski begitu, Jajang masih belum memroduksi paving block hasil inovasinya itu secara massal. Dirinya terkendala bahan baku yang tak bisa dicari seorang diri. Secara potensi, kata dia, Kota Tasikmalaya memiliki banyak sampah plastik. Namun, dia tak bisa mengumpulkan dan memilah sampah-sampah plastik itu sendiri.”Harus ada penghubung antara pembuang sampah dengan kami. Kalau sudah dalam bentuk sampah yang sudah bersih, kita bisa produksi. Tapi kan banyak yang masih campur dan kita kalau harus mencari sampah sendiri sulit," ujarnya yang mendapat juara III Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) ke VIII Kota Tasikmalaya.

Dia mengatakan, setelah ini Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya berencana membuat bank sampah untuk memasok kebutuhan sampah plastik demi produksi paving block. Dirinya berharap, rencana itu dapat segera terealisasi dan inovasinya bisa meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar.

 

BERITA TERKAIT

Peduli Lingkungan - SML Resmikan SVM, Penukar Sampah Botol Plastik

Wujudkan komitmen bisnis berkelanjutan dan ramah lingkungan, Sinar Mas Land (SML) melalui Living Lab Ventures (LLV) menggandeng Plasticpay, sebuah startup…

Semarak Halal bil Halal - FIFGroup Berbagi Kebahaagiaan Bersama 35 Panti Asuhan

Setelah perayaan hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah, penting untuk tetap menghidupkan semangat kebaikan dan saling berbagi kepada sesama. Dalam…

Gen-Z dan Milenial Pilar Penentu Pengelolaan Hutan Lestari

Generasi muda yang masuk dalam kelompok umur Gen-Z dan Milenial dinilai memiliki kreativitas dan penuh dengan gagasan inovatif serta mampu…

BERITA LAINNYA DI CSR

Peduli Lingkungan - SML Resmikan SVM, Penukar Sampah Botol Plastik

Wujudkan komitmen bisnis berkelanjutan dan ramah lingkungan, Sinar Mas Land (SML) melalui Living Lab Ventures (LLV) menggandeng Plasticpay, sebuah startup…

Semarak Halal bil Halal - FIFGroup Berbagi Kebahaagiaan Bersama 35 Panti Asuhan

Setelah perayaan hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah, penting untuk tetap menghidupkan semangat kebaikan dan saling berbagi kepada sesama. Dalam…

Gen-Z dan Milenial Pilar Penentu Pengelolaan Hutan Lestari

Generasi muda yang masuk dalam kelompok umur Gen-Z dan Milenial dinilai memiliki kreativitas dan penuh dengan gagasan inovatif serta mampu…