Dipicu Penurunan Harga Batu Bara - Pendapatan Harum Energy Menyusut 8,72%

NERACA

Jakarta – Emiten perusahaan tambang, PT Harum Energy Tbk (HRUM) membukukan pendapatan di paruh pertama tahun ini senilai US$ 139,77 juta atau turun 8,72% secara tahunan dari US$153,13 juta pada semester I/2018. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.

Perseroan mengungkapkan, pendapatan itu bersumber dari penjualan batu bara ke pasar ekspor US$132,72 juta, pendapatan sewa alat berat US$3,53 juta, pendapatan sewa jalan pengangkutan US$2,78 juta, dan pendapatan sewa time and freight charter US$729.951. Pada 6 bulan pertama tahun ini, emiten berkode saham HRUM itu menjaga beban pokok pendapatan dan beban langsung di level US$102 juta. Namun, beban umum dan administrasi naik 9,94% secara tahunan menjadi US$10,96 juta.

Alhasil, laba periode berjalan yang dikantongi Harum Energy mencapai US$14,19 juta pada semester I/2019, turun 34,87% secara tahunan dari US$21,79 juta. Adapun, laba tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk menyusut 26,17% year-on-year dari US$17,16 juta menjadi US$12,67 juta.

Direktur Utama Harum Energy, Ray Antonio Gunara menuturkan, penyebab utama tergerusnya laba bersih perseroan pada semester I/2019 yakni penurunan harga batu bara. Menurutnya, rerata harga jual turun 14% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Di sisi operasional, Harum Energy mengklaim realisasi produksi batu bara sampai dengan semester I/2019 masih sesuai target perseroan.

Kemudian untuk mengenjot pertumbuhan penjualan, perseroan tengah menjajaki penjualan batu bara di pasar ekspor, seperti India, Bangladesh, China, Korea Selatan, Taiwan serta Thailand. Diakui Ray, ada beberapa tantangan pada semester kedua tahun ini, misalnya saja harga batubara yang terus menurun serta pengendalian biaya produksi. Oleh karena itu, perseroan terus mempertahankan efisiensi produksi dan biaya operasional.

HRUM memiliki lima usaha yang bergerak di bidang pertambangan batu bara, yakni PT Mahakam Sumber Jaya (MSJ), PT Santan Batubara (SB), PT Tambang Batubara Harum (TBH), PT Karya Usaha Pertiwi (KUP), dan PT Bumi Karunia Pertiwi (BKP). Perseroan dan anak usaha memiliki estimasi sumber daya JORC batu bara sekitar 487 juta ton. Jumlah cadangan yang dimiliki sebesar 64 juta ton per 31 Maret 2019.

Adapun, target produksi batu bara yang dibidik perseroan pada 2019 sekitar 4,5 juta ton hingga 5,0 juta ton dan saat ini, jumlah cadangan batubara HRUM tercatat sekitar 64 juta ton. Pada 2019, HRUM membidik pendapatan sebesar US$ 300 juta hingga US$ 350 juta. Sementara mengenai belanja modal, pada tahun ini mereka memyiapkan belanja modal sebesar US$ 8 juta yang berasal dari kas internal.

 

 

BERITA TERKAIT

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…

Merger dengan Smartfren - EXCL Sebut Baik Bagi Industrti dan Operator

NERACA Jakarta- Wacana soal merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) kembali menguak, membuat Presiden…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…

Merger dengan Smartfren - EXCL Sebut Baik Bagi Industrti dan Operator

NERACA Jakarta- Wacana soal merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) kembali menguak, membuat Presiden…