BRI Bukukan Laba Rp25,7 triliun

 

 

NERACA

 

Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) membukukan laba bersih Rp 25,7 triliun pada tahun 2016. Laba bersih ini naik dibanding periode yang sama tahun 2015 yakni sebesar Rp 25,2 triliun. "Laba bersih ini sebesar 25,7 triliun, meningkat dari tahun 2015. Ini artinya konsisten pertumbuhan laba bersih selama 12 tahun terakhir, dan setiap tahun sebagai bank pencetak laba terbesar," kata Direktur Utama BRI, Asmawi Syam di Jakarta, Selasa (31/1).

Pada kesempatan tersebut, Asmawi mengatakan, pencapaian tersebut tak lepas dari kinerja penyaluran kredit yang dilakukan bank berkode BBRI itu selama tahun 2016. Pada akhir 2016, portofolio kredit bank pelat merah itu sebesar Rp 635,3 triliun, meningkat 13,8% dibandingkan periode 2015 yang nilainya Rp 558,4 triliun. "Ini lebih tinggi dari pertumbuhan kredit industri per November 2016 sebesar 8,46% yoy," ujar Asmawi.

Menurut Asmawi, pertumbuhan kredit ini ditopang oleh oleh kredit mikro yang memiliki proporsi kredit 33,3% dari total penyaluran kredit BRI. "Kredit mikro tumbuh 18,2% yoy dari 178,9 triliun di tahun 2015, menjadi 211,5 triliun di tahun 2016. Porsi kredit UMKM di akhir 2016 ini sebesar 72,1%, dibandingkan dengan proporsi kredit ke korporasi sebesar 27,9%," katanya.

Di tempat terpisah, Head of Economist Group Bank BRI Achmad Royadi mengungkapkan, penyaluran kredit perusahaan banyak disumbang dari sektor mikro dengan pertumbuhan paling tinggi. Peningkatan ini salah satunya didorong oleh program kredit usaha rakyat (KUR). Menurutnya, pertumbuhan kredit Bank BRI cukup tinggi di angka 16%-17%. Capaian ini melebihi rata-rata kredit perbankan nasional yang di bawah 10%.

"Saya mau sedikit share pertumbuhan kredit mencapai double digit per september masih cukup tinggi 16% sampai 17%. Penyumbang terbesar mikro dengan pertumbuhan 18%, dari penyaluran KUR Rp69 triliun dan target tahun ini Rp110 triliun," ujarnya. Menurutnya, dampak dari meningkatnya pertumbuhan KUR bisa membuka pasar baru untuk perbankan. Banyak peluang muncul dari pedesaan yang akses keuangannya minim.

"Dampak KUR itu sendiri semacam buka pasar baru bagi perbankan. Kalau tadinya di pedesaan belum punya akses, dengan KUR bisa dapat akses perbankan, bunganya rendah 9%," kata dia. Menurutnya, potensi KUR tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Apalagi, pada tahun ini harga komoditas sudah mulai membaik, sehingga bisa membuat penyaluran kredit bank melesat.

"Itu kontribusi besar dorong pertumbuhan ekonomi, ditambah lagi pada 2017 kita dapat bonus harga komoditas dari CPO, karet, batu bara, minyak meningkat. Provinsi di Sumatera dan Kalimantan kita perkirakan pertumbuhan membaik, di Kaltim, Kalsel yang tadinya negatif ekonominya dengan harga batu bara tinggi, kontribusi pertambangan tinggi, kami pikir ini dampak positif daerah tersebut," jelasnya.

BERITA TERKAIT

Tahun 2024, Citi Indonesia Cetak Laba Rp2,6 Triliun

  NERACA Jakarta - Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) membukukan laba bersih sebesar Rp2,6 triiliun pada tahun 2024. Terutama disebabkan…

Tabungan Haji Bank Mega Syariah Naik 15%

  NERACA Jakarta – Bank Mega Syariah mencatatkan per Maret 2025, jumlah dana kelolaan tabungan haji tumbuh lebih dari 15…

BTN Syariah Raih Peringkat Tertinggi dari UB Halal Metric 2025

  NERACA Jakarta – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk melalui Unit Usaha BTN Syariah dalam pemeringkatan UB Halal Metric…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Tahun 2024, Citi Indonesia Cetak Laba Rp2,6 Triliun

  NERACA Jakarta - Citibank, N.A., Indonesia (Citi Indonesia) membukukan laba bersih sebesar Rp2,6 triiliun pada tahun 2024. Terutama disebabkan…

Tabungan Haji Bank Mega Syariah Naik 15%

  NERACA Jakarta – Bank Mega Syariah mencatatkan per Maret 2025, jumlah dana kelolaan tabungan haji tumbuh lebih dari 15…

BTN Syariah Raih Peringkat Tertinggi dari UB Halal Metric 2025

  NERACA Jakarta – PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk melalui Unit Usaha BTN Syariah dalam pemeringkatan UB Halal Metric…