NERACA
Jakarta — Hingga tutup tahun 2024, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) membidik laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) hingga US$800 juta. Hingga kuartal III/2024, DSSA membukukan penurunan laba bersih 34,41% menjadi US$243,8 juta ataudibandingkan dari periode yang sama tahun lalu US$371,7 juta.
Direktur Dian Swastatika Sentosa, Alex Sutanto mengatakan, penurunan laba bersih DSSA terjadi seiring dengan turunnya pendapatan perseroan sebesar 45,22% year-on-year (YoY) menjadi US$2,24 miliar per September 2024 dari US$4,09 miliar dalam 9 bulan 2023. Dijelaskannya pula, penurunan pendapatan pada kuartal III/2024 terutama disebabkan karena terjadi pengalihan seluruh saham perseroan dalam Golden Energy and Resources Limited (GEAR) pada Agustus 2023 sehingga GEAR tidak dikonsolidasikan lagi ke dalam laporan posisi keuangan konsolidasian DSSA.
Penurunan pendapatan juga didorong oleh lemahnya bisnis batu bara DSSA karena penurunan harga jual rata-rata. Tercatat, pendapatan dari bisnis pertambangan dan perdagangan batu bara mencapai US$1,19 miliar per kuartal III/2024. Sejalan dengan faktor-faktor tersebut, DSSA memproyeksikan bottom line perseroan masih akan tertekan hingga akhir tahun ini. "Target kami untuk penutupan 2024, untuk EBITDA [earnings before interest, tax, depreciation, and amortization] mencapai US$700 juta sampai US$800 juta,"kata Alex di Jakarta,kemarin.
Apabila dikonversi ke dalam rupiah, target EBITDA Dian Swastatika pada 2024 setara dengan maksimal Rp12,68 triliun. Jumlah itu lebih rendah dibanding capaian EBITDA pada 2023 sebesar Rp21,9 triliun. DSSA Atur Fokus Strategi Pada tahun ini, DSSA telah menjalankan berbagai strategi bisnis, di antaranya peningkatan produksi batu bara menjadi 50 juta ton. Pada bisnis energi baru terbarukan (EBT), DSSA juga akan mengembangkan panas bumi atau geotermal dan tenaga surya.
Pada segmen pupuk dan bahan kimia, DSSA juga meningkatkan penjualan. Sementara dalam segmen bisnis teknologi, DSSA memperkuat infrastruktur teknologi dan memaksimalkan kerja sama dan investasi pada perusahaan rintisan. Adapun, DSSA menganggarkan belanja modal sebesar US$316 juta pada tahun ini. Sebagian besar belanja modal akan digunakan untuk pengembangan fiber to the home (FTTH) yaitu sebanyak US$240 juta. "Untuk 2025, sampai saat ini dalam tahap penyusunan anggaran, tapi perusahaan memastikan agar net profit dan EBITDA pada 2024 bisa tercapai juga pada 2025 nantinya," ujar Alex.
Ke depan, DSSA masih menjadikan segmen bisnis batu bara sebagai kontribusi utama. "Yang kami tonjolkan dari rencana tahun depan terutama pertambangan batu bara, yakni dari sisi efisiensi cost. Sementara itu, dari bisnis teknologi sama seperti tahun ini, kami lakukan pengembangan infrastruktur di MyRepublic," kata Alex.
NERACA Jakarta – Menjaga pertumbuhan bisnis dan likuiditas, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) resmi melepas unit bisnis es krimnya ke…
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat terdapat 17 perusahaan beraset skala besar berada dalam antrean (pipeline) untuk melangsungkan initial public…
NERACA Jakarta – Pada paruh pertama tahun 2024, PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) mencatatkan kerugian sebesar US$ 27 juta.…
NERACA Jakarta — Hingga tutup tahun 2024, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) membidik laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan…
NERACA Jakarta – Menjaga pertumbuhan bisnis dan likuiditas, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) resmi melepas unit bisnis es krimnya ke…
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat terdapat 17 perusahaan beraset skala besar berada dalam antrean (pipeline) untuk melangsungkan initial public…