NERACA
Jakarta – Alco Regional Jakarta adakan Press Conference pada hari Kamis, 28 November 2024 pukul 14.00 -15.00. Press Conference dilaksanakan melalui media daring yang diikuti oleh para pejabat di lingkungan pemerintah provinsi DKI Jakarta beserta pejabat instansi vertikal, para pejabat Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) DKI Jakarta, para pejabat Kantor Wilayah Kementerian Keuangan di regional DKI Jakarta, perwakilan dari Bank Indonesia, BPS, OJK, para ahli dari pemda provinsi DKI Jakarta dan akademisi dari UI, UIN, UNJ, STAN dan STIS. Acara dipandu oleh Langgeng Suwito selaku moderator.
Kondisi perekonomian regional Jakarta bulan Oktober 2024 sebagaimana disampaikan oleh Mei Ling, Kepala Kantor Wilayah DJPb DKI Jakarta terjaga optimis. Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) berada dalam zona optimis pada level 122,38 dan lebih tinggi dari IKE nasional 109,88. Kenaikan indikator konsumsi dan produksi menunjukkan adanya sinyal baik untuk pertumbuhan ekonomi. Optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian yang tercermin pada Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) terjaga pada level 148,57. Yang juga lebih tinggi dari IEK Nasional sebesar 132,36.
Kondisi Inflasi di DKI Jakarta
Inflasi DKI Jakarta Oktober 2024 sebesar 1,58% (yoy). Kelompok dengan andil tertinggi mempengaruhi inflasi tahunan adalah kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya sebesar 0,06% dan 0,48%, utamanya akibat kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan berlanjutnya tren kenaikan harga emas global. Sementara kelompok makanan dan minuman masih mengalami inflasi dengan andil 0,03% utamanya karena naiknya harga daging ayam ras akibat kenaikan harga ayam hidup (live bird) di tingkat produsen.
Kinerja APBN Regional
Kinerja APBN Regional sampai dengan Oktober 2024 resilien dengan pendapatan negara sebesar Rp1.432,79 T atau sebesar 92,61% dari target dan realisasi belanja negara sebesar Rp1.456,51 T yaitu sebesar 84,33% dari pagu.
Belanja K/L mencapai RP541,23 T atau 80,04% dari pagu, naik 25,49% (yoy) karena naiknya realisasi seluruh jenis belanja yakni Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Modal dan Belanja Bansos. Sementara Belanja Non K/L terealisasi sebesar Rp902,09 T atau 87,55% dari pagu, naik 12,29% (yoy) dan dimanfaatkan untuk seluruh jenis belanja, baik Belanja Pegawai, Belanja Barang, Belanja Subsidi maupun Belanja Lain-Lain. Kemudian Belanja Transfer melalui TKD tersalurkan sebesar Rp13,18 T atau sebesar 64,25% dari pagu.
Realisasi Penerimaan Perpajakan
Realisasi penerimaan perpajakan nasional di wilayah Jakarta disampaikan oleh Yari Yuhariprasetya, Kepala Bidang Data dan Pengawasan Potensi Perpajakan Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus. Yari menyampaikan bahwa sampai dengan Oktober 2024, Penerimaan Pajak mencapai Rp1.072,37 T (88,87% dari target). Penerimaan Pajak mengalami kontraksi sebesar 2,29% (yoy), utamanya disebabkan oleh PPh Non Migas akibat penurunan PPh Pasal 25/29 Badan. PPh Migas masih turun karena turunnya pendapatan dari PPh Minyak Bumi dan Gas Alam akibat penurunan lifting migas. Namun untuk PPN melanjutkan kinerja positif karena membaiknya kinerja PPn Impor dan PPN Lainnya. Demikian juga realisasi PBB dan Pajak Lainnya berhasil tumbuh sebesar 23,71% (yoy), disumbang dari PBB minyak dan gas bumi. Secara umum kontraksi penerimaan pajak masih berlanjut namun semakin menipis.
Mayoritas sektor utama penerimaan perpajakan tumbuh positif. Sektor utama penerimaan perpajakan menunjukkan sinyal positif dengan menipisnya tren kontraksi penerimaan tahun 2024. Mayoritas sektor usaha non komoditas tumbuh kokoh menunjukkan aktivitas ekonomi masih kokoh dan membaik. Sektor pertambangan masih mengalami kontraksi terdalam akibat kenaikan signifikan restitusi dan penurunan harga komoditas yang berdampak pada subsektor dominan pertambangan batubara dan lignit sebesar 57,37% (yoy) dan subsektor minyak bumi, gas alam, dan panas bumi sebesar 1,18% (yoy). Penurunan harga komoditas dan peningkatan restitusi juga masih berdampak pada sektor Industri Pengolahan khususnya subsektor Industri Kendaraan Bermotor, trailer, dan semi trailer sebesar 16,79% (yoy). Sektor Perdagangan melanjutkan tren positif karena tumbuhnya sektor perdagangan besar dan eceran masing-masing tumbuh 8,30% dan 9,96% (yoy). Sektor dengan kontributor besar lainnya masih menunjukkan pertumbuhan positif mengindikasikan ekonomi retail dan operasi pemerintah berjalan on-track.
Realisasi Penerimaan Kepabeanan dan Cukai
Andi Hermawan dari Kantor Pelayanan Utama Bea Cukai Tanjung Priok menyatakan bahwa sampai dengan Oktober 2024 penerimaan Kepabeanan dan Cukai dengan realisasi sebesar Rp19,38 T atau 69,98% dari target APBN 2024, turun 0,67% (yoy) karena penurunan Bea Masuk.
Adapun rinciannya sebagai berikut:
1. Bea Masuk dengan realisasi Rp18,68 T atau 69,36% dari target. Meskipun penerimaan Bea Masuk s.d. Oktober 2024 turun 1,47% (yoy) sebagai akibat dari meningkatnya impor mobil listrik yang menggunakan fasiitas pembebasan bea masuk, peningkatan utilisasi Free Trade Agreement dan penurunan tarif efektif.
2. Cukai dengan realisasi sebesar Rp0,57 T atau sebesar 78,94% dari target. Penerimaan Cukai s.d. Oktober 2024 naik 7,08% (yoy) dipengaruhi oleh peningkatan cukai HT, kenaikan tarif cukai HT jenis Rokok Elektrik (REL), dan kenaikan importasi dikarenakan kenaikan tarif cukai MMEA.
3. Penerimaan Bea Keluar tumbuh signifikan 183,68% (yoy) dengan realisasi sebesar Rp0,18 T atau sebesar 178,52%. Penerimaan Bea Keluar naik sangat signifikan karena meningkatnya penerimaan atas SPKPBK (Surat Penetapan Kembali Perhitungan Bea Keluar) untuk komoditas turunan CPO.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Setiawan Suryowidodo dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara DKI Jakarta menyampaikan bahwa sampai dengan 31 Oktober 2024, penerimaan PNBP mencapai Rp320,33 T atau 135,75% dari target APBN 2024. Penerimaan PNBP terdiri dari empat unsur yaitu Pertama: Penerimaan SDA merealisasikan sebesar Rp92,08 T (96,43% dari target). Kedua, Penerimaan dari Bagian Laba BUMN mengumpulkan Rp76,37 T naik sebesar 7,51% (yoy) didorong oleh peningkatan setoran dividen BUMN perbankan dan non perbankan. Ketiga, PNBP Lainnya sebesar Rp96,39 T (122,16% dari target). Keempat, pendapatan BLU merealisasikan Rp52,21 T (95,26% dari target) naik sebesar 8,98% (yoy) didorong oleh kenaikan Penerimaan Kembali Barang Modal BLU Tahun Anggaran Yang Lalu dan Pendapatan Jasa Layanan Perbankan BLU.
Kinerja APBD
Mei Ling menambahkan kinerja APBD DKI Jakarta secara ringkas s.d. 31 Oktober 2024. Pendapatan daerah tumbuh negatif/ turun 1,65% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan realisasi sebesar Rp53,80 T atau 71,78% dari target. Pertumbuhan negatif ini utamanya dikontribusikan oleh penurunan pendapatan transfer dan lain-lain pendapatan daerah, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), mengalami peningkatan disebabkan oleh peningkatan Pajak Daerah sebesar 1,49% (yoy) utamanya karena naiknya PBB P2, Pajak Restoran, dan PKB.
2. Kinerja Retribusi tumbuh positif sebesar 39,34% (yoy) dipengaruhi peningkatan pendapatan dari retribusi jasa umum, jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu.
3. Pendapatan dari Lain-lain PAD yang Sah naik sebesar 10,68% didorong peningkatan Pendapatan BLUD, Pendapatan Bunga, Pendapatan Denda atas Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan, Pendapatan Denda Retribusi Daerah, Penerimaan atas Tuntutan Ganti Kerugian Keuangan Daerah, dan Hasil Penjualan BMD yang Tidak Dipisahkan. Hal ini disebabkan oleh dicabutnya regulasi pemberian keringanan denda retribusi.
Belanja daerah mencapai Rp44,29 T (58,26% dari target) atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sebesar 3,72% (yoy), utamanya didorong oleh realisasi Belanja Modal dan Belanja Pegawai. Pertumbuhan tertinggi pada belanja Modal (23,86%) didorong peningkatan pada belanja Instalasi Pengolahan Sampah, Belanja Bangunan Gedung tempat tinggal, dan belanja Bangunan Gedung tempat kerja. Mayoritas belanja daerah mengalami kenaikan menunjukkan meningkatnya peran pemerintah terhadap perekonomian, namun terjadi penurunan pada belanja transfer, subsidi, belanja bunga, dan bansos.
Kondisi Ekonomi Jakarta Sampai Dengan Oktober 2024
Prospek ekonomi regional Jakarta optimis terkendali (tumbuh solid), didukung oleh inflasi yang terjaga stabil, kondisi ketenagakerjaan yang membaik, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang masih berada dalam zona optimis, dan konsumsi masyarakat yang terjaga kuat. Kinerja APBD hingga akhir Oktober resilien, dengan defisit masih terkendali disertai belanja yang meningkat dan pendapatan yang membaik. Kinerja APBD terus menguat didukung oleh beberapa jenis pajak utama yang tumbuh positif dan dukungan TKD untuk pemerataan kesejahteraan. Sinergi yang kuat antara APBN dan APBD terus diperkuat untuk mendorong pembangunan berkelanjutan dan sebagai shock absorber untuk mengoptimalisasi peningkatan kesejahteraan masyarakat di seluruh wilayah. (Mohar/fba)
NERACA Jakarta-Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S. Lukman, meminta Kementerian Perhubungan untuk mengecualikan air minum…
NERACA Jakarta - PT Daikin Airconditioning Indonesia memberikan penghargaan bagi pegiat desain interior dan arsitektur bagi karya hunian ideal yang…
NERACA Jakarta – Pengaruh kemenangan Donald Trump sebagai Presiden Terpilih di Amerika Serikat (AS) berpotensi membawa dampak signifikan bagi ekonomi…
NERACA Jakarta-Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi), Adhi S. Lukman, meminta Kementerian Perhubungan untuk mengecualikan air minum…
NERACA Jakarta – Alco Regional Jakarta adakan Press Conference pada hari Kamis, 28 November 2024 pukul 14.00 -15.00. Press Conference…
NERACA Jakarta - PT Daikin Airconditioning Indonesia memberikan penghargaan bagi pegiat desain interior dan arsitektur bagi karya hunian ideal yang…