Dengan masifnya perkembangan media sosial, arus berita sudah tidak bisa dibendung lagi. Sayangnya, tak semua kabar yang tersebar sesuai dengan kebenaran, termasuk dalam bidang kesehatan. Sangat penting bagi Anda untuk menyaring produk dan berita hoaks tentang kesehatan.
Apabila memperhatikan media sosial seperti instagram, Anda pasti pernah melihat para artis di-endorse produk kesehatan untuk menyembuhkan jerawat, menurunkan berat badan, meningkatkan fungsi vitalitas dan lainnya. Terkadang, banyak juga produsen-produsen misterius yang ikutan mengisi kolom komentar untuk menawarkan barang dagangannya.
Sebagian besar produk yang ditawarkan tidak jelas dari mana asal usulnya. Apakah sudah bersertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) atau tidak, hal itu menjadi misteri dan sebuah tanda tanya besar.
Pendiri komunitas Parentalk Nucha Bachri mengatakan orang tua perlu secara kritis dalam menyaring informasi terkait kesehatan agar bisa membedakan mana yang palsu dan mana yang fakta dari para ahli.
“Penting banget untuk kita para orang tua punya critical thinking, apa yang disampaikan oleh publik figur atau mungkin pun ada pihak ahli gitu ya, itu yang perlu dipikirkan keahliannya bagiannya apa ya, ini siapa ya, apakah benar kalau misalnya ada artikel atau jurnal itu perlu dicek dulu,” kata Nucha dalam acara diskusi Cegah Pneumonia Menuju Indonesia Emas 2045 di Jakarta, Senin.
Nucha mengatakan derasnya informasi di internet dan media sosial serta mulai banyaknya ahli atau dokter yang memiliki akun untuk menyebarkan edukasi terkadang membuat orang tua kebingungan untuk memilih mana yang benar untuk diikuti.
Selain itu, pesan yang beredar melalui aplikasi pesan singkat atau grup keluarga juga bisa membuat kebingungan para orang tua untuk menyaring informasi. Padahal kehadiran media sosial dan adanya komunitas parenting berperan dalam pengambilan keputusan terutama soal kesehatan pada orang tua yang dominan mengakses internet seperti kalangan milenial dan gen Z.
“Ini salah satu media yang paling berpengaruh terhadap decision making si keluarga untuk pemilihan vaksin dan lain-lain. Jadi ada pengaruh dari teman-teman dan juga komunitas, itu yang saling mengingatkan misalnya ada informasi baru soal vaksin atau misalnya ada ilmu kesehatan,” katanya.
Media sosial, kata Nucha, juga bisa jadi jembatan atau penengah antara ahli dengan masyarakat untuk menjelaskan dengan bahasa yang lebih mudah agar informasi tentang kesehatan lebih mudah dimengerti.
Para orang tua perlu memiliki filter sendiri terhadap semua informasi semua yang didapat karena tidak semua informasi itu benar-benar tervalidasi. Terutama bagi generasi yang lebih tua yang tidak terlalu melek terhadap sosial media.
“Kita yang mungkin lebih muda, yang harus lebih peduli sih untuk bisa menyaring apakah semua informasi itu benar atau tidak, biasanya aku selalu tanyain kepada ahli-ahli lagi, psikolog atau dokter,” ucapnya.
Ia juga mengatakan dengan upaya menyaring derasnya informasi di media sosial dan internet bisa meredam kepanikan orang tua dan bisa menangani penyakit yang diderita anak dengan tepat dan benar.
Kepala Pusat Riset Pendidikan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Trina Fizzanty mengatakan bahwa hubungan antara guru dan siswa…
Psikolog yang juga dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Novi Poespita Candra mengatakan kegiatan baca, tulis, dan hitung (calistung) di kalangan…
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Satryo Soemantri Brodjonegoro, baru-baru ini menyampaikan bahwa penerima beasiswa LPDP tidak diwajibkan untuk…
Dengan masifnya perkembangan media sosial, arus berita sudah tidak bisa dibendung lagi. Sayangnya, tak semua kabar yang tersebar sesuai dengan…
Kepala Pusat Riset Pendidikan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Trina Fizzanty mengatakan bahwa hubungan antara guru dan siswa…
Psikolog yang juga dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) Novi Poespita Candra mengatakan kegiatan baca, tulis, dan hitung (calistung) di kalangan…