Nilai Impor Naik 36,77 Persen, Ekspor Turun 14,29 Persen - Januari 2022:

Jakarta - Nilai impor Januari 2022 naik 36,77 persen dibanding Januari 2021 menjadi USD 18,23 miliar.Peningkatan kinerja impor tersebut dipicu oleh  naiknya  impor  migas  43,66  persen  dan  nonmigas  35,86  persen. Ditinjau  dari  golongan penggunaan   barang   (BEC),   kenaikan   impor   Indonesia pada Januari   lalu   terjadi   pada   seluruh golongan penggunaan barang.

NERACA

Kenaikan impor tertinggiterjadi pada impor barang modalyang naik 41,94persen (YoY). Kemudian, diikuti peningkatan impor bahan baku/penolong sebesar 39,57persen dan barang konsumsi 10,24 persen.

“Kenaikan impor  seluruh  golongan  barang  ini  menunjukkan  tren  pemulihan,baik  dari  sisi daya beli masyarakat maupun kegiatan industri domestik seiring dengan kasus Covid-19 yang mulai menurun, semakin meluasnya program vaksinasi, dan pembatasan aktivitas yang dapat mulai dilonggarkan,” ujar Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi.

Lutfi menguraikan, kenaikan impor nonmigas terbesar periode Januari 2022 berasal dari impor kapas (HS 52) yang naik sebesar 103,37 persen; besi  baja (HS 72) naik 91,12 persen; bahan  kimia  anorganik (HS  28) naik 75,53 persen; filamen buatan (HS 54) naik 71,80 persen; serta pupuk (HS 31) naik 66,05 persen.

Adapun  berdasarkan  negara  asalnya,  impor  nonmigas  Indonesia  dengan  kenaikan  tertinggi  pada Januari  2022,  antara  lain  impor  yang  berasal  dari  Austria  yang  naik  sebesar  138,09  persen;Argentina naik 125,49persen;India naik 79,14persen;Spanyol naik 73,90persen, dan Thailand naik 70,51 persen (YoY).  “Sementara,  impor  dari  Italia turun  sebesar  24,60  persen dan  Belanda  turun sebesar3,60 persen,” jelas Lutfi.

Nilai Ekspor Turun 

Disisi lain, lanjut Lutfi, nilai  ekspor  Indonesia  pada  Januari  2022  tercatat  sebesar  USD  19,16  miliar,  turun  14,29  persen dibandingkan dengan Desember 2021 (MoM). Penurunan inidipicu oleh menurunnya ekspor migas 17,59  persen  dari  USD  1,09miliar  menjadi  USD  0,90  miliar.  Demikian  juga  ekspor  nonmigas  yang turun 14,12 persen dari USD 21,27 miliar menjadi USD 18,26 miliar.

“Penurunan  ini merupakan  pola  situasional  ekspor  Januari  yang  cenderung  selalu  lebihrendah dibanding Desember.  Hal ini  mengikuti  pola  musiman holiday  blues,  di  mana  pada  tiga  bulan pertama setiap tahunnya ada restockingdan pelambatan,” ungkap Lutfi.

Meski  demikian, Lutfi menegaskan,  ekspor  di  Januari  2022  mengalami  peningkatan  25,31 persendibandingkan dengan ekspor bulan Januari tahun lalu(YoY), yang dipicu oleh naiknya ekspor migas sebesar 1,96 persen dan ekspor nonmigas sebesar 26,74 persen.

“Kinerja  ekspor  Januari  2022  merupakan  nilai  ekspor  awal  tahun  yang  tertinggi selama  ini.Hal  ini merupakan  pencapaian  awal  tahun  yang  menggembirakan  bagi kinerja  ekspor  di  bulan-bulan berikutnya,” imbuh Lutfi.

Lutfi pun memaparkan, struktur ekspor nonmigas Indonesia periode Januari 2022 didominasi   ekspor sektor industri pengolahan dengan kontribusi mencapai 82,00 persen dari total ekspor  Indonesia, disusul sektor pertambangan sebesar11,32  persen; sektor migas 4,70 persen; dan sektor  produk pertanian sebesar 1,97 persen.

Adapun pertumbuhan  ekspor  periode  Januari  2022  dibandingkan  bulan  yang  sama tahun sebelumnya (YoY) didorong oleh peningkatan ekspor dari seluruh sektor. Ekspor  sektor industri  pengolahan menjadi  sektor  yang  mengalami  peningkatan  tertinggi  sebesar 31,16  persen, diikuti  sektor  pertanian  sebesar  11,55  persen;  sektor  pertambangan sebesar 3,85 persen; dan sektor migas naik 1,96 persen.

Sementara,   beberapa   produk   ekspor   nonmigas   yang   mengalami   peningkatan   yang   signifikan dibanding Januari 2021 (YoY), yakni bijih, terak dan abu logam (HS 26) naik 195,05 persen; nikel dan barang daripadanya (HS 75) naik 141,42 persen; bahan kimia anorganik (HS 28) naik 140,21 persen; besi dan baja (HS 72) naik 124,94 persen; dan bahan kimia organik (HS 29) naik 99,86 persen.

Kenaikan  ekspor  nonmigas  ini  tidak  terlepas  dari  adanya  pemulihan  kondisi bisnis  di  dalam  negeri  karena  situasi  Covid-19  yang  terkontrol  dan  sejalan  dengan  perbaikan indikator aktivitas manufaktur Purchasing Managers Index (PMI) Januari 2022 yang berada di posisi 53,7 indeks poin, lebih besar dari PMI Januari 2021 yang tercatat sebesar 52,2.

Menanggapi hasil survei PMI Manufaktur Indonesia pada Januari 2022, Jingyi Pan selaku Economics Associate Director IHS Markit, mengatakan bahwa kondisi pengoperasian di sektor manufaktur Indonesia membaik pada awal 2022.

Permintaan klien berekspansi pada kisaran lebih tajam, didukung oleh catatan pertumbuhan permintaan baru dari luar negeri. Sementara itu, kenaikan tingkat ketenagakerjaan dan aktivitas pembelian juga terlihat naik, sekaligus menggambarkan kondisi ekonomi yang lebih baik.

“Waktu pengiriman dari pemasok tercatat jauh lebih baik, yang juga merupakan tanda positif. Penting untuk diamati jika kondisi terus membaik, karena tekanan harga masih tajam disebabkan permasalahan pasokan yang masih ada,” pungkas Jingyi Pan.

BERITA TERKAIT

Kemenpar Ajukan Tambahan Pagu Anggaran 2025 Sebesar Rp2,25 Triliun

NERACA  Jakarta – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mengajukan tambahan pagu anggaran tahun 2025 sebesar Rp2,25 triliun untuk menghadirkan program-program yang mampu…

Sawit Topang Ekonomi Daerah dan Pusat

NERACA Balikpapan – Pada tahun 2023, pendapatan daerah Kalimantan Timur (Kaltim) dari Dana Bagi Hasil (DBH) Sawit mencapai Rp205,5 miliar. Dari total…

Januari " Oktober 2024, PNBP Sektor kelautan dan perikanan Capai Rp1,76 triliun

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat jumlah produksi hasil perikanan hingga Oktober 2024 sebanyak 10,24 juta ton. Jumlah…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Kemenpar Ajukan Tambahan Pagu Anggaran 2025 Sebesar Rp2,25 Triliun

NERACA  Jakarta – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mengajukan tambahan pagu anggaran tahun 2025 sebesar Rp2,25 triliun untuk menghadirkan program-program yang mampu…

Sawit Topang Ekonomi Daerah dan Pusat

NERACA Balikpapan – Pada tahun 2023, pendapatan daerah Kalimantan Timur (Kaltim) dari Dana Bagi Hasil (DBH) Sawit mencapai Rp205,5 miliar. Dari total…

Januari " Oktober 2024, PNBP Sektor kelautan dan perikanan Capai Rp1,76 triliun

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat jumlah produksi hasil perikanan hingga Oktober 2024 sebanyak 10,24 juta ton. Jumlah…