Indonesia Dorong Penguatan Kerja Sama dengan Malaysia danThailand

NERACA

Nusa Dua - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto memimpin Pertemuan Tingkat Menteri ke-26 Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang dilaksanakan secara virtual dari Nusa Dua, Bali.

“Pertemuan hari ini menunjukkan pentingnya kerja sama kawasan subregional dalam menghadapi berbagai tantangan yang muncul akibat pandemi Covid-19. Kawasan ini merupakan para tetangga terdekat kita dan berbatasan langsung dengan Sumatra,” ungkap Agus.

Pertemuan tersebut diikuti Menteri di Jabatan Perdana Menteri Malaysia, Menteri Keuangan Thailand, Wakil Presiden Asian Development Bank, dan Sekretaris Jenderal Sekretariat ASEAN. Turut hadir secara virtual yaitu Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno, serta Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian Rizal Affandi Lukman.

Di tengah situasi pandemi ini, ketiga negara tetap berkomitmen untuk melaksanaan berbagai program kerja sama yang telah dicanangkan bersama dan tertuang dalam dokumen Cetak Biru IMT-GT 2017--2021.

Hal ini untuk mencapai visi IMT-GT 2036 dalam menjadikan kawasan yang terintegrasi, inovatif, inklusif, dan berkelanjutan. Berbagai kemajuan proyek-proyek konektivitas, kerja sama fasilitasi perdagangan dan investasi, serta kerja sama di sektor lainnya dilaporkan Deputi Rizal selaku Ketua Senior Officials IMT-GT tahun ini.

Salah satu bentuk penguatan konektivitas di kawasan adalah penyelesaian jalan tol rute Pekanbaru-Dumai yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada 25 September 2020 lalu.

“Jalan tol rute Pekanbaru-Dumai akan mendukung konektivitas darat di Dumai sekaligus untuk mendorong operasionalisasi konektivitas laut Dumai-Melaka dengan kapal ro-ro (roll-on/roll-off),” tambah Agus.

Memasuki akhir periode Cetak Biru 2017--2021, IMT-GT perlu mendorong agar target-target dalam Cetak Biru tersebut dapat segera tercapai. Perlu juga dimulai penyusunan Cetak Biru IMT-GT 2022--2026 dengan mengidentifikasi langkah-langkah strategis di masing-masing sektor, khusunya dengan memperhatikan kondisi global saat ini dan visi IMT-GT 2036.

Lebih lanjut, menurut Agus, salah satu kerja sama yang akan didorong adalah transformasi digital melalui pengembangan platform niaga elektronik serta pemanfaatan teknologi yang inklusif, khususnya bagi UMKM.

Lalu, pengembangan food estate sebagai bagian dari program ketahanan pangan, serta mendorong kemajuan pariwisata di kawasan Indonesia juga mendorong dijadikannya IMT-GT sebagai kekuatan ekonomi halal di kawasan dan global, yang turut mendorong UMKM berorientasi ekspor di industri halal.

Saat ini, kawasan IMT-GT telah berhasil mencetak sebanyak 4.054 UKM halal yang berorientasi ekspor hingga akhir Oktober 2020. Jumlah ini melampaui target yang ditetapkan sebelumnya, yaitu 3.000 UKM pada 2021.

“Kerja sama subregional IMT-GT memiliki sejumlah proyek kerja sama yang memberikan manfaat bagi masyarakat, mempersempit kesenjangan antar daerah, dan memajukan perekonomian Indonesia dan kawasan. Untuk mewujudkan hal ini, diperlukan koordinasi dan kolaborasi yang kuat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha, akademisi, serta seluruh pemangku kepentingan terkait,” urai Agus.

IMT-GT diharapkan mampu mempercepat pembangunan sosio-ekonomi yang inklusif; merata dan berkeadilan; serta memperkecil kesenjangan sosioekonomi antardaerah di kawasan perbatasan. Keanggotannya terdiri dari 10 provinsi di Sumatra, 8 negara bagian di Malaysia, dan 14 provinsi di Thailand.

Disisi lain, kerjasama dengan Malaysia tidak hanya IMT-GT. Hal ini lantaran hubungan nilai perdagangan antara Indonesia-Malaysia cukup tinggi, mengalami surplus hingga 263 ribu dolar Amerika Serikat (Rp 3,7 miliar) di 2019. Angka ini meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya di 2018.

Surplusnya neraca perdagangan tersebut didorong ekspor Indonesia sebesar 3,46 juta dolar AS (Rp 49,67 miliar) ke Malaysia, atau lebih besar dibandingkan nilai impor sebesar 3,19 juta dolar AS (Rp 45,79 miliar). Sejak 2014, neraca perdagangan Indonesia defisit hingga 2017. Namun di 2018 sempat mengalami surplus cukup tinggi yakni 60,35 persen.

Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Rully Indrawan mengatakan, hubungan dagang Indonesia-Malaysia harus terjaga dengan baik. "Potensinya sangat besar untuk dikembangkan, apalagi bagi produk UMKM. Misalnya produk dari Bali bersinergi dengan pelaku usaha dari saudara serumpun Malaysia, agar terjadi simbiosis mutualisme," jelas Rully.   

 

BERITA TERKAIT

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…