Produk Lokal IKM OVOP Diminati Pasar Global

Mataram - Kementerian Perindustrian siap memfasilitasi pelaku industri kecil menengah (IKM) yang mengikuti program One Village One Product (OVOP). Salah satu fasilitas yang diberikan adalah perbaikan desain kemasan. Langkah strategis ini diyakini dapat mendongkrak daya saing IKM OVOP dalam memasarkan produknya di kancah nasional dan global.

NERACA

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih mengungkapkan, “kami akan bekali mereka tentang materi promosi dan publikasi sebagai bentuk re-branding dari produk OVOP tersebut.”

Gati pun  menyampaikan, pihaknya bakal memberikan pelatihan ekspor kepada pelaku IKM yang mengikuti program OVOP. “Bahkan, mereka juga difasilitasi partisipasi pada pameran berskala nasional maupun internasional serta business matching dengan buyer potensial,” tutur Gati saat membuka Sosialisasi Program Pembinaan IKM di Sentra melalui Pendekatan OVOP Sesi III di Mataram.

Lebih lanjut, menurut Gati, program pembinaan IKM di sentra melaui pendekatan OVOP berangkat dari tiga prinsip dasar, yaitu produksi lokal namun bersifat global, kemandirian dan kreativitas, serta pembangunan sumber daya manusia. Hal ini diharapkan IKM OVOP dapat mengolah potensi lokal suatu daerah menjadi produk yang dapat diterima pasar secara global.

“Jadi, pada akhirnya mendorong masyarakat menjadi mandiri dan termotivasi untuk terus meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi perubahan sehingga dapat mentransformasikan tantangan menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan,” papar Gati.

Salah satunya anyaman yang merupakan salah satu komoditas yang menjadi sasaran pembinaan melalui pendekatan OVOP. Sebab, produk anyaman memberikan kontribusi signfikan bagi perekonomian nasional, yang terlihat dari capaian nilai ekspornya sebesar USD96,2 miliar sepanajang tahun 2015-2019. Kinerja tersebut tumbuh sebesar 6,18%, dengan negara tujuan utama ke Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Inggris dan Spanyol.

Gati menyampaikan, salah satu narasumber pada acara sosialisasi IKM OVOP di Mataram, yaitu Mawar Art Shop yang memproduksi aneka produk anyaman dari tanaman ketak. “Mereka membuktikan bahwa produk yang memiliki kearifan lokal tinggi mampu bersaing di pasar global,” ungkap Gati.

Sekedar catata, Japan External Trade Organization (JETRO) pun telah melirik Mawar Art Shop untuk dijadikan salah satu IKM binaan pada kerangka kerja sama dengan Ditjen IKMA Kemenperin. “Tahun 2010, Ditjen IKMA bekerja sama dengan JETRO melakukan pembinaan IKM di tiga provinsi yang menjadi sasaran, yaitu Jawa Barat, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Di NTB fokus pembinaan pada komoditas tenun dan anyaman ketak, di mana Mawar Art menjadi salah satu IKM yang dibina,” tambah Gati.

Selama menjadi binaan Ditjen IKMA dan JETRO, Mawar Art Shop telah berpartisipasi pada pameran Tokyo Gift Show pada tahun 2011 dan 2012. Setelahnya, Mawar Art Shop semakin percaya diri dan terus berpartisipasi pada pameran internasional lainnya seperti Seoul Gift Show di Korea, Hong Kong Fashion Week di Hong Kong, sampai dengan Madrid Intergift di Madrid.

 

“Hingga akhirnya mereka berhasil mendapatkan buyer tetap dan berhasil melakukan ekspor secara langsung ke Jepang, Korea dan Amerika Serikat secara tidak langsung,” imbuh Gati.

Gati pun menjelaskan, Mawar Art Shop menjadi contoh bahwa produk dengan nilai kearifan lokal yang tinggi memiliki segmen pembeli di pasar global. “Dengan tekad yang kuat, konsistensi dan kreatifitas yang tinggi, IKM OVOP dapat berbicara lebih banyak di pasar nasional dan global,” ujar Gati.

Sehingga dalam hal ini, Gati optimistis, model pengembangan IKM di sentra melalui pendekatan OVOP ini akan juga berhasil di tanah air. Sebab, Indonesia memiliki potensi yang sangat luas baik dari sumber daya alam, sumber daya manusia dan kearifan lokalnya.

 “Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dan budaya mulai dari ujung Pulau Sumatera sampai Papua, yang bila didukung pengelolaannya dengan tepat, IKM kita bisa menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat di daerah, khususnya dalam upaya pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19,” jelas Gati.

Menurut Gati, salah satu wilayah yang punya potensi besar adalah di Sumatera. Provinsi ini dinilai sebagai gudangnya IKM berbasis OVOP. Sebab, dari total 112 pelaku IKM yang mendapat penghargaan OVOP pada tahun 2018, sebanyak 67 pelaku IKM (59,82%) berasal dari wilayah Sumatera.

Disisi lain, Kemenperin semakin gencar menginisiasi program pengembangan industri kecil menengah (IKM) agar tetap produktif di tengah dampak pandemi Covid-19. Sebab, sebagai sektor yang merupakan mayoritas populasi usaha di Indonesia, IKM menjadi andalan dalam menopang ekonomi nasional.

“Pandemi Covid-19 saat ini telah banyak membawa dampak terhadap kegiatan industri, baik di level kecil, menengah maupun besar. Untuk itu, perlu adanya upaya meningkatkan mutu produk industri,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi

 

 

Mataram - Kementerian Perindustrian siap memfasilitasi pelaku industri kecil menengah (IKM) yang mengikuti program One Village One Product (OVOP). Salah satu fasilitas yang diberikan adalah perbaikan desain kemasan. Langkah strategis ini diyakini dapat mendongkrak daya saing IKM OVOP dalam memasarkan produknya di kancah nasional dan global.

NERACA

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Gati Wibawaningsih mengungkapkan, “kami akan bekali mereka tentang materi promosi dan publikasi sebagai bentuk re-branding dari produk OVOP tersebut.”

Gati pun  menyampaikan, pihaknya bakal memberikan pelatihan ekspor kepada pelaku IKM yang mengikuti program OVOP. “Bahkan, mereka juga difasilitasi partisipasi pada pameran berskala nasional maupun internasional serta business matching dengan buyer potensial,” tutur Gati saat membuka Sosialisasi Program Pembinaan IKM di Sentra melalui Pendekatan OVOP Sesi III di Mataram.

Lebih lanjut, menurut Gati, program pembinaan IKM di sentra melaui pendekatan OVOP berangkat dari tiga prinsip dasar, yaitu produksi lokal namun bersifat global, kemandirian dan kreativitas, serta pembangunan sumber daya manusia. Hal ini diharapkan IKM OVOP dapat mengolah potensi lokal suatu daerah menjadi produk yang dapat diterima pasar secara global.

“Jadi, pada akhirnya mendorong masyarakat menjadi mandiri dan termotivasi untuk terus meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi perubahan sehingga dapat mentransformasikan tantangan menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan,” papar Gati.

Salah satunya anyaman yang merupakan salah satu komoditas yang menjadi sasaran pembinaan melalui pendekatan OVOP. Sebab, produk anyaman memberikan kontribusi signfikan bagi perekonomian nasional, yang terlihat dari capaian nilai ekspornya sebesar USD96,2 miliar sepanajang tahun 2015-2019. Kinerja tersebut tumbuh sebesar 6,18%, dengan negara tujuan utama ke Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Inggris dan Spanyol.

Gati menyampaikan, salah satu narasumber pada acara sosialisasi IKM OVOP di Mataram, yaitu Mawar Art Shop yang memproduksi aneka produk anyaman dari tanaman ketak. “Mereka membuktikan bahwa produk yang memiliki kearifan lokal tinggi mampu bersaing di pasar global,” ungkap Gati.

Sekedar catata, Japan External Trade Organization (JETRO) pun telah melirik Mawar Art Shop untuk dijadikan salah satu IKM binaan pada kerangka kerja sama dengan Ditjen IKMA Kemenperin. “Tahun 2010, Ditjen IKMA bekerja sama dengan JETRO melakukan pembinaan IKM di tiga provinsi yang menjadi sasaran, yaitu Jawa Barat, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Di NTB fokus pembinaan pada komoditas tenun dan anyaman ketak, di mana Mawar Art menjadi salah satu IKM yang dibina,” tambah Gati.

Selama menjadi binaan Ditjen IKMA dan JETRO, Mawar Art Shop telah berpartisipasi pada pameran Tokyo Gift Show pada tahun 2011 dan 2012. Setelahnya, Mawar Art Shop semakin percaya diri dan terus berpartisipasi pada pameran internasional lainnya seperti Seoul Gift Show di Korea, Hong Kong Fashion Week di Hong Kong, sampai dengan Madrid Intergift di Madrid.

 

“Hingga akhirnya mereka berhasil mendapatkan buyer tetap dan berhasil melakukan ekspor secara langsung ke Jepang, Korea dan Amerika Serikat secara tidak langsung,” imbuh Gati.

Gati pun menjelaskan, Mawar Art Shop menjadi contoh bahwa produk dengan nilai kearifan lokal yang tinggi memiliki segmen pembeli di pasar global. “Dengan tekad yang kuat, konsistensi dan kreatifitas yang tinggi, IKM OVOP dapat berbicara lebih banyak di pasar nasional dan global,” ujar Gati.

Sehingga dalam hal ini, Gati optimistis, model pengembangan IKM di sentra melalui pendekatan OVOP ini akan juga berhasil di tanah air. Sebab, Indonesia memiliki potensi yang sangat luas baik dari sumber daya alam, sumber daya manusia dan kearifan lokalnya.

 “Indonesia memiliki keanekaragaman hayati dan budaya mulai dari ujung Pulau Sumatera sampai Papua, yang bila didukung pengelolaannya dengan tepat, IKM kita bisa menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat di daerah, khususnya dalam upaya pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19,” jelas Gati.

Menurut Gati, salah satu wilayah yang punya potensi besar adalah di Sumatera. Provinsi ini dinilai sebagai gudangnya IKM berbasis OVOP. Sebab, dari total 112 pelaku IKM yang mendapat penghargaan OVOP pada tahun 2018, sebanyak 67 pelaku IKM (59,82%) berasal dari wilayah Sumatera.

Disisi lain, Kemenperin semakin gencar menginisiasi program pengembangan industri kecil menengah (IKM) agar tetap produktif di tengah dampak pandemi Covid-19. Sebab, sebagai sektor yang merupakan mayoritas populasi usaha di Indonesia, IKM menjadi andalan dalam menopang ekonomi nasional.

“Pandemi Covid-19 saat ini telah banyak membawa dampak terhadap kegiatan industri, baik di level kecil, menengah maupun besar. Untuk itu, perlu adanya upaya meningkatkan mutu produk industri,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi

 

 

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…