Merajut Kembali Asa Menjadi Poros Maritim Dunia

 

Oleh: Wegit Triantoro,  Staf Pengajar Insitut Transportasi dan Logistik Trisakti

 

A big nation has a big dream adalah sebuah ungkapan singkat yang seringkali kita dengar, entah itu di media masa, pidato politisi atau bahkan obrolan di warung kopi. Sebagai bangsa yang besar, tentunya Indonesia juga perlu untuk menumbuhkan semangat untuk berani bermimpi yang besar. Tujuannya tidak lain adalah agar bangsa ini terus dapat berkembang ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, layaknya sebuah kapal yang besar maka Indonesia membutuhkan seorang nahkoda yang handal dan berani untuk membawa kapal ini menuju tujuannya.

Berbicara mengenai pemimpin dengan mimpi yang besar, bangsa ini memiliki sejarah yang sangat panjang. Kebesaran bangsa Indonesia bahkan sudah terbukti sejak zaman Kerajaan Majapahit di bawah kepemimpinan Prabu Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada melalui Sumpah Palapa yang berhasil mempersatukan Nusantara. Memasuki abad modern, bangsa kita juga memiliki sosok pemimpin dengan gagasan besar seperti Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno, dengan Proyek Mercusuarnya yang ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat perhatian dunia dengan mendirikan bangunan megah dan monumental. Selanjutnya ada pula upaya untuk menjadikan Indonesia sebagai Macan Asia yang disegani oleh banyak negara di bidang ekonomi di bawah kepemimpinan Presiden Kedua RI, Jend. (Purn.) Soeharto.

Tentunya beberapa contoh di atas tidak mungkin terlepas dari pro dan kontra pada masanya masing-masing. Tetapi semangat untuk berani bermimpi besar, patut untuk kita rayakan dan banggakan. Sayangnya hampir-hampir setelah itu, bangsa ini seperti kehilangan arah untuk kembali bermimpi besar.

Hingga pada akhirnya, di penghujung tahun 2014, Presiden Joko Widodo menggaungkan sebuah wacana untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara Poros Maritim Dunia. Gagasan ini kemudian menjadi primadona tajuk-tajuk pemberitaan di media nasional maupun internasional. Puncaknya Presiden Joko Widodo dengan mantap mendeklarasikan visi tersebut di Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur di Myanmar pada November 2014 lalu. Pidato itu disampaikan di depan pemimpin dunia seperti Presiden Barrack Obama (USA) dan Presiden Xi Jinping (China). Seolah-olah kita ingin berkata pada dunia, “nantikanlah perubahan besar yang akan terjadi oleh Indonesia di sektor kemaritiman!”.

Namun, tepat 6 tahun sejak wacana itu bergulir, sebuah pertanyaan besar lahir yaitu sudah kah kita berhasil mewujudkan mimpi sebagai Negara Poros Maritim Dunia? Bahkan sebelum bertanya lebih jauh, gagasan itu seperti hilang ditelan bumi sejak 2-3 tahun lalu. Kini di periode keduanya, Presiden Joko Widodo tampak lebih sibuk dengan program-program lainnya seperti pemindahan Ibu Kota Negara atau Omnibus Law. Penulis menyadari bahwa tidak mudah dalam mewujudkan sebuah gagasan besar, tetapi bukan berarti gagasan tersebut adalah gagasan yang gagal atau salah. Justru kesalahan lebih sering diakibatkan karena inconsistency dan ketidakfokusan dari pelaksana kebijakan itu sendiri.

Secara konsep, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa terdapat 5 (lima) pilar utama Negara Poros Utama Dunia yaitu pertahanan maritim, diplomasi maritim, pengelolaan sumberdaya laut, pengembangan infrastruktur maritim, dan budaya maritim yang kemudian disempurnakan menjadi Kebijakan Kelautan Indonesia (KKI) melalui Perpres No.16/2017. Bagaikan sebuah rumah, pilar-pilar inilah yang akan menopang dan menjaga asa menuju negara yang unggul di sektor kemaritiman. Lantas sampai saat ini mengapa kita belum meraih status Negara Poros Maritim Dunia? Jangankan menjadi poros maritim dunia, Indonesia bahkan belum mampu menaikan statusnya dari negara kepulauan menjadi negara maritim. Sehingga muncul pertanyaan lainnya seperti sudahkah kebijakan yang selama ini dibuat sudah mengacu kepada 5 pilar utama atau hanya untuk mengugurkan kewajiban semata? apakah masih ada ego sektoral antar stakeholder terkait? ataukah memang wacana ini sudah dikubur dalam-dalam dan kalah saing dengan program lainnya?

Penulis yakin bahwa masih banyak dari putra-putri bangsa yang percaya bahwa Indonesia mampu menjadi Negara Poros Maritim Dunia. Oleh karena itu melalui artikel ini, penulis mengingatkan kepada semua pihak yang terkait untuk kembali merajut asa Indonesia menjadi Negara Poros Maritim Dunia dengan sungguh-sungguh. Semoga kita akan kembali menuju jalan sebagai bangsa yang besar dengan tidak hanya berani bermimpi besar, tetapi juga bertanggung jawab terhadap mimpi tersebut dan mewujudkannya.

BERITA TERKAIT

Jaga Stabilitas Keamanan untuk Dukung Percepatan Pembangunan Papua

    Oleh: Maria Tabuni, Mahasiswa Papua tinggal di Bali   Aparat keamanan tidak pernah mengenal kata lelah untuk terus…

Konsep Megalopolitan di Jabodetabek, Layu Sebelum Berkembang

Pada saat ini, kota-kota Indonesia belum bisa memberikan tanda-tanda positif mengenai kemunculan peradaban kota yang tangguh di masa datang. Suram…

Pasca Pemilu Wujudkan Bangsa Maju Bersatu Bersama

    Oleh: Habib Munawarman,Pemerhati Sosial Budaya   Persatuan dan kesatuan antar masyarakat di Indonesia pasca pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu)…

BERITA LAINNYA DI Opini

Jaga Stabilitas Keamanan untuk Dukung Percepatan Pembangunan Papua

    Oleh: Maria Tabuni, Mahasiswa Papua tinggal di Bali   Aparat keamanan tidak pernah mengenal kata lelah untuk terus…

Konsep Megalopolitan di Jabodetabek, Layu Sebelum Berkembang

Pada saat ini, kota-kota Indonesia belum bisa memberikan tanda-tanda positif mengenai kemunculan peradaban kota yang tangguh di masa datang. Suram…

Pasca Pemilu Wujudkan Bangsa Maju Bersatu Bersama

    Oleh: Habib Munawarman,Pemerhati Sosial Budaya   Persatuan dan kesatuan antar masyarakat di Indonesia pasca pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu)…