Salah Kaprah Istilah Diabetes Kering dan Basah di Masyarakat

Istilah diabetes kering maupun diabetes basah pada penyakit gula sebenarnya tidak ada dalam bahasa medis. Sebutan itu digunakan oleh orang awam yang merujuk pada jenis luka diabetesi. "Istilah diabetes kering atau basah itu tidak ada dalam medis. Hanya sebutan masyarakat saja," ujar dr. Aditya Alfarizi dikutip dari CNNIndonesia.com.

Penyebutan diabetes kering dan basah, lanjutnya, bisa saja beragam di kalangan masyarakat. Namun umumnya, mereka menyebut diabetes basah merujuk pada diabetes dengan ulkus, yaitu luka atau borok yang tidak kunjung sembuh. Sementara diabetes kering sebaliknya. "Referensi tiap daerah bisa berbeda. Diabetes kering itu tidak ada luka, sedangkan yang disertai luka pada bagian tangan atau kaki penderitanya dan tidak sembuh disebut (oleh masyarakat) diabetes basah," ujarnya.

Beberapa contoh kasus timbulnya istilah 'diabetes kering' karena penderitanya memiliki sejumlah luka tubuh yang menghitam dengan kondisi kulit yang tak kunjung membaik. Lalu istilah 'diabetes basah' dilihat dari penderita diabetes dengan luka basah bernanah secara terus-menerus dan sulit disembuhkan hingga berujung amputasi.

Secara medis, para dokter sepakat bahwa penyakit diabetes bukan dibedakan dalam istilah 'kering atau basah'. Melainkan pada tipe utamanya yaitu diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, dan diabetes gestasional.

Penyakit Diabetes di Indonesia

Saat ini, keberadaan penyakit diabetes di Indonesia telah menduduki urutan ketiga dengan persentase sebesar (6,7 persen) setelah stroke (21,1 persen), dan penyakit jantung koroner (12,9 persen), merujuk Kemenkes.

Data terbaru dari International Diabetes Federation (IDF) Atlas tahun 2017 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia dengan jumlah diabetesi sebanyak 10,3 juta jiwa. Sementara itu menurut data WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia, ada 442 juta orang menderita diabetes atau sekitar 8,5 persen dari populasi dunia.

Penyebab terjadinya diabetes ada banyak, mulai dari genetik (turunan), gaya hidup konsumtif atau minim aktivitas fisik. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai diabetes, berikut penjelasannya yang telah dirangkum dari berbagai sumber.

1. Diabetes tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Diabetes tipe 1 merupakan kondisi kronis ketika pankreas hanya memproduksi hormon insulin yang sedikit atau bahkan tidak sama sekali. Akibatnya sel-sel tubuh tidak dapat mengambil gula dari darah yang membuat kadar gula darah meningkat. Jenis diabetes tipe 1 seringkali terjadi pada anak-anak dan remaja. Akan tetapi bisa juga dialami orang dewasa maupun bayi.

a. Gejala Diabetes tipe 1

Gejala yang mirip seperti flu, Sering buang air kecil dan menyebabkan ngompol, Rasa haus serta lapar yang berlebihan, Mudah lelah hingga berkeringat, Penurunan berat badan secara drastis

b. Penyebab Diabetes tipe 1

Dikutip dari Healthline, penyebab diabetes tipe 1 adalah autoimun. Antibodi yang berfungsi melindungi tubuh dari infeksi justru menyerang balik sel beta pada pankreas. Belum diketahui secara pasti penyebab antibodi melakukan serangan ke sel beta. Dugaan sejauh ini dikarenakan faktor genetik atau dampak dari gaya hidup tidak sehat.

c. Pengobatan Diabetes tipe 1

Pengobatan untuk menangani diabetes tipe 1 adalah melakukan suntik insulin secara rutin yang bertujuan menjaga kadar gula darah supaya tetap normal. Selain itu, menjalani diet diabetes dengan mengurangi asupan gula dan karbohidrat, disertai konseling gizi dan latihan fisik seperti senam, jogging, atau bersepeda.

2. Diabetes tipe 2 (Diabetes Melitus tipe 2)

Untuk diabetes tipe 2 ini, hormon insulin masih bisa diproduksi. Namun, tubuhnya tidak dapat memanfaatkan insulin tersebut secara optimal. Sekitar 90 persen penderita diabetes tipe 2, kebanyakan orang dewasa dengan rentan usia 40 tahun ke atas. Tapi bisa juga bisa menyerang golongan dewasa muda atau usia 20 tahun.

a. Gejala Diabetes tipe 2

Mengalami infeksi terus-menerus atau penyembuhan luka yang lambat, namun tidak untuk disebut gejala diabetes kering atau diabetes basah

Komplikasi yang diasosiasikan dengan tingkat level gula darah seperti kesemutan, Penglihatan kabur, Disfungsi ereksi pada pria, Pruritus vulvae atau rasa gatal ekstrem pada kelamin, khususnya wanita.

b. Penyebab Diabetes tipe 2

Beberapa faktor yang berkontribusi menyebabkan diabetes tipe 2 yaitu genetik (turunan), kelebihan berat badan (obesitas), kurang aktivitas fisik, atau faktor lain dari lingkungan dan gaya hidup.

c. Pengobatan Diabetes tipe 2

Penderita diabetes tipe 2 tidak perlu suntik insulin dalam pengobatannya, namun membutuhkan obat yang berfungsi untuk memperbaiki insulin tersebut. Tidak hanya pemberian obat farmasi, diabetesi juga harus melakukan perawatan diri seperti olahraga, mengonsumsi serat pangan tinggi kalori serta menerapkan perilaku hidup sehat.

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…