Digitalisasi Bawa Cuan Bagi Pedagang Saat Pandemi

Nyaris bangkrut dan terlilit utang puluhan juta karena tidak mampu bayar, derita yang harus diterima Diana (40) pedagang pakaian kaki lima di pasar Ciputat, Tangerang Selatan akibat pandemi virus corona (Covid-19),”Gara-gara lockdown dan pembatasan sosial berskala besar, jualan pakaian saya sepi dan tidak ada pemasukan. Moment puasa dan jelang lebaran yang biasanya ramai juga sepi pembeli,”ungkapnya.

Menurun drastisnya omset penjualan dan pinjaman bank yang belum dibayar untuk modal usaha membuat ibu dua anak ini putus asa dan terpaksa harus menjual simpanan emasnya satu persatu untuk keberlangsungan biaya hidup sehari-hari.”Saat pandemi kemarin, fokusnya adalah bagaimana dapat uang buat makan anak serta bayar kontrakan. Apalagi, suami sebagai ojek online juga sepi penumpang,”ceritanya.

Bahkan ditengah perekonomian keluarga yang lesu, sempat terbesit pikiran pintas dan jelek menyudahi beban tersebut karena keputusasaan. Untung saja, niat tersebut tidak terburu terlaksana berkat salah satu rekan sesama pedagang memberikan pencerahan dan bantuan akses jualan lewat daring melalui perusahaan e-commerce.

Kata Diana, awalnya dirinya tidak percaya kalau berjualan lewat online bakal laku karena daya beli masyarakat juga lesu saat pandemi, selain dirinya juga belum melek teknologi. Namun besarnya dukungan sesama pedagangan dan suami, membuat dirinya untuk optimis dan percaya diri. “Saya coba berikhtiar, mungkin saja lewat jualan online ada jalannya dan alhamdulillah mendapatkan respon positif dari pembeli,”tuturnya.

Meski terkesan cangguh karena belum terbiasa jualan dengan teknologi dari smartphone, namun berkat pendampingan dari teman sesama pedagang membuatnya menikmati cara berjualan dengan online.”Enak ya, kalau jualan dengan online. Pedagang gak perlu cape teriak-teriak, cukup posting dagangan dan ada pembeli langsung bungkus kirim. Ya, banyak kemudahan dan efisiensi yang didapat,”kata Diana.

Kondisi pandemi saat ini telah merubah prilaku masyarakat untuk terbiasa melakukan transaksi secara digital. Bila pada era sebelum pandemi Covid-19, banyak melakukan kegiatan di luar rumah. Pembatasan aktivitas masyarakat menyebabkan kebiasaan berbelanja pun berubah menjadi pemesanan lewat aplikasi.

 

Inovasi Menjadi Kunci

 

Kini inovasi berjualan yang dahulu offline menjadi online, membuka harapan bagi Diana akan keberlangsungan usaha jualan baju miliknya. Seiring berjalannya waktu, baju-baju jualan miliknya dan barang yang diambil dari konveksi kenalannya laris terjual. Kini harapannya untuk bangkit dari pandemi terbuka lebar dan usahanya makin laris manis. Apalagi bantuan dan seruan pemerintah berupa keringanan atau restruktrisasi utang bank kepada pedagang UMKM kecil seperti dirinya agar tidak terkena dampak lebih dalam, membangun  optimisme bisa bangkit dari pandemi.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah meminta kepada perbankan pelonggaran bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dengan nilai kredit di bawah Rp 10 miliar untuk mendapat penundaan cicilan kredit selama 1 tahun. “Sejak saya mengajukan keringanan pinjaman dan disetujui, kini usaha jualan baju saat pandemi bisa bernafas lega,”kata Diana.

Ya, inovasi dan membaca peluang menjadi kunci bisnis bisa bangkit dari pandemi. Sama halnya dengan Diana, Nadya Amatullah Nizar salah satu pegiat UMKM lokal yakni pendiri usaha fesyen Muslim Nadjani di Tokopedia juga melakukan inovasi di tengah pandemi. Dirinya menuturkan, penjualannya secara keseluruhan mengalami penurunan hingga 30%”PSBB menyebabkan toko offline kami terpaksa tutup. Melihat pergeseran kebutuhan dan perilaku konsumen, saya dan tim mulai memikirkan inovasi produk agar dapat meningkatkan penjualan,” katanya.

Salah satu yang dilakukan Nadya yakni memberanikan diri merombak koleksi Ramadan bisnisnya yang kurang laku dan menjadikannya sebagai produk yang lebih dibutuhkan masyarakat seperti masker kain, mukena, dan celemek."Khusus untuk masker kain, seluruh keuntungan penjualannya didonasikan. Setiap ada pembelian masker kain lewat Nadjani, Nadya membelikan masker juga untuk masyarakat yang membutuhkan. Seluruh masker yang dijual dalam rangka donasi ini habis dalam 2 menit lewat Tokopedia," katanya.

Dia pun bergabung dengan Tokopedia, semenjak itu omzet Nadjani kembali stabil. Hal ini menjadi titik terang bagi usaha dan 35 orang para pegawainya.“Saya mendorong pegiat usaha lokal lain, khususnya di industri fesyen muslim, untuk terus berjuang di tengah normal baru ini dengan terus berinovasi dan menciptakan peluang lewat kanal daring seperti Tokopedia,” ujarnya.

Berkah memanfaatkan kanal penjualan lewat daring saat pandemi juga dirasakan pendiri Klinik Kopi Firmansyah atau yang akrab disapa Pepeng. Dia bercerita, sejak pandemik Covid-19, gerai offline menjadi sangat sepi pengunjung. Gerai pun akhirnya terpaksa tutup. Melihat keadaan itu, Pepeng memaksimalkan kanal online Tokopedia demi mempertahankan kelangsungan bisnis.”Lebih dari 90% penjualan kini berasal dari Tokopedia. Melalui pemanfaatan platform daring, produk Klinik Kopi juga dapat dinikmati masyarakat luas, bahkan dari Palu, Kalimantan, hingga Papua,”kata Pepeng.

Di tengah ketidakpastian kapan berakhirnya pandemi Covid-19 yang tidak hanya mengancam kesehatan tetapi juga perekonomian di segala sektor, maka membangun optimisme serta membaca peluang dengan beradaptasi di masa sulit menjadi penting menjaga keberlangsungan usaha. Pengamat Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Fithra Faisal menilai, sektor UMKM di Indonesia kini harus mampu beradaptasi dan memaksimalkan berbagai cara baru dalam mengakses pendanaan demi kelangsungan usahanya, menyusul masa pandemi Covid-19 yang berlangsung di Indonesia hingga saat ini.

Maka digitalisasi UMKM menjadi solusi agar bertahan saat pandemi dan bahkan dapat membantu Indonesia dalam pemulihan ekonomi pasaca pandemi sekaligus pasar global. Berdasarkan survei yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), 70% UMKM tidak bisa bertahan pasca-pandemi dan sisanya mampu bertahan karena menggunakan teknologi digital. Asal tahu saja, era pandemi telah merubah prilaku masyarakat. Bila pada era sebelum pandemi Covid-19, banyak melakukan kegiatan di luar rumah. Kini banyak hal yang dilakukan dari rumah. Maka tak heran, pandemi ini juga merubah prilaku masyarakat untuk terbiasa melakukan transaksi secara digital.

Pembatasan aktivitas masyarakat menyebabkan kebiasaan berbelanja pun berubah menjadi pemesanan lewat aplikasi. Dalam survei yang dilakukan Redseer, terdapat 51% responden yang mengaku pertama kali menggunakan aplikasi belanja saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Hal ini membuat volume permintaan di ­e-commerce pun melonjak antara 5-10 kali dibandingkan sebelum pandemi. Demikian pula transaksi hariannya pun meningkat menjadi 4,8 juta transaksi pada April lalu. Padahal sebelumnya hanya mampu menjangkau rata-rata 3,1 juta transaksi per hari pada kuartal II-2019. Melihat potensi dan perubahan tren tersebut, digitalisasi menjadi keniscayaan dan semoga mampu membangkitkan pelaku usaha kecil dari pandemi.

 

BERITA TERKAIT

Ikuti Instruksi Boikot dari MUI - Produk Terafiliasi Bisa di Akses Via Web dan Aplikasi

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan tidak punya otoritas mengeluarkan daftar produk terafiliasi Israel, namun tetap mendorong konsumen Muslim agar aktif…

Gelar Charity Program di Panti - Sharp Greenerator Tularkan Kepedulian Lingkungan

Membangun kepedulian pada lingkungan sejak dini menjadi komitmen PT Sharp Electronics Indonesia. Kali ini melalui Sharp Greenerator komunitas anak muda…

Melawan Perubahan Iklim dengan Sedekah Pohon

Momentum Ramadan sebagai bulan yang pernuh berkah tidak hanya menyerukan untuk berbagi kepada sesama, tetapi juga pada lingkungan. Hal inilah…

BERITA LAINNYA DI CSR

Ikuti Instruksi Boikot dari MUI - Produk Terafiliasi Bisa di Akses Via Web dan Aplikasi

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan tidak punya otoritas mengeluarkan daftar produk terafiliasi Israel, namun tetap mendorong konsumen Muslim agar aktif…

Gelar Charity Program di Panti - Sharp Greenerator Tularkan Kepedulian Lingkungan

Membangun kepedulian pada lingkungan sejak dini menjadi komitmen PT Sharp Electronics Indonesia. Kali ini melalui Sharp Greenerator komunitas anak muda…

Melawan Perubahan Iklim dengan Sedekah Pohon

Momentum Ramadan sebagai bulan yang pernuh berkah tidak hanya menyerukan untuk berbagi kepada sesama, tetapi juga pada lingkungan. Hal inilah…