Sektor Pangan Jadi Andalan RI

 

Di tengah kondisi pandemi Covid-19, mimpi Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin meraih target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3% pada tahun pertama (2020) pemerintahan Kabinet Indonesia Maju masih jauh panggang dari api. Bahkan, yang terjadi berbanding terbalik.

Jelas, semua ini terjadi karena pandemi virus Covid-19 yang menyerang secara mendadak di berbagai negara, termasuk Indonesia. Meski demikian, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tidak semua sektor ekonomi dan industri tumbuh minus karena pengaruh pandemi. Sektor ekonomi yang tumbuh positif di tengah pandemi antara lain, pertanian, informasi dan komunikasi, serta pengadaan air. Khusus sektor pertanian, laju pertumbuhannya 16,24% dari kuartal I ke kuartal II-2020, atau secara tahunan (yoy), sektor ini tumbuh 2,19% bila dibandingkan kuartal II-2019.

Menurut Kepala BPS Kecuk Suhariyanto, pertumbuhan positif ini ditopang oleh subsektor tanaman pangan yang meningkat 9,23% karena pergeseran masa panen raya. Kontribusi lain juga datang dari subsektor kehutanan dan penebangan kayu 2,23% karena ditopang produksi kayu hasil tanaman industri. "Ada pergeseran panen raya yang tahun lalu terjadi pada Maret, tahun ini di April dan Mei masih panen raya," tutur Suhariyanto, Selasa (20/10).

Bagaimanapun, kita menganalogikan pertumbuhan sektor pertanian di tahun pertama pemerintahan Jokowi-Ma'ruf ibarat berkah dalam kesusahan. Sebab, kebutuhan pangan tetap tinggi, walaupun ekonomi dan kesehatan tengah tertekan corona. Bayangkan, masyarakat umumnya bisa mengerem pengeluaran lain, tapi tidak dengan pangan, meski mungkin ada pengurangan dari protein tinggi ke karbohidrat tinggi. Tapi ketika pandemi tentu kebutuhan pangan tetap yang utama dipenuhi sehingga tetap ada pertumbuhan positif.

Apalagi, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) pernah mengingatkan negara-negara di dunia terkait risiko krisis pangan di tengah pandemi. Masalahnya, persoalan ketahanan pangan ini masih belum cukup teruji di tahun pertama pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Artinya, secara fundamental, ini belum terlihat membaik atau belum, belum teruji. Karena biasanya terujinya ketika bulan puasa dan lebaran, bisa terlihat bagaimana stok pangannya.

Sektor pangan memang belum terdampak pandemi, namun tetap perlu dijamin kelangsungannya ke depan. Karena setelah pengangguran dan kemiskinan muncul, risiko kelaparan mengikuti di belakangnya, ini harus diantisipasi misalnya dengan stimulus untuk sektor pangan.

Ekonom sekaligus Guru Besar Fakultas Pertanian IPB Dwi Andreas Santosa juga menyoroti masalah ketahanan pangan nasional di tengah rencana pembangunan food estate. Sebab, Indonesia masih berada di peringkat 62 dari 113 negara di Indeks Ketahanan Pangan Global. Jadi, ketahanan pangan bukan hanya masalah produksi yang melimpah. "Ketahanan pangan tidak ada kaitannya dengan kapasitas produksi di dalam negeri yang melimpah. Indonesia perlu pengelolaan yang lebih baik," ujarnya.

Dia mengingatkan Jokowi soal risiko kegagalan dalam menjalankan proyek tersebut. Karena rencana food estate masih berisiko gagal seperti langkah yang pernah dilakukan Indonesia dari era pemerintahan Presiden ke-6 SBY.

Sayangnya, di tengah kebutuhan itu, hasil produksi di dalam negeri yang sering kali berlimpah tidak bisa memenuhi kriteria industri agro. Akibatnya, kebutuhan industri agro harus bergantung pada impor. Keran impor pun mau tidak mau terus dibuka atas kepentingan perut.

Padahal, itu memberi dampak di indikator ekonomi lain. Misalnya, industri butuh jagung, di dalam negeri produksi ada, tapi beda kualitas, tidak bisa yang basah, jadi perlu didukung dengan pengelolaan pangan pascapanen, baik dengan jaminan ketersediaan infrastruktur, teknologi, pengetahuan, dan tata niaga. 

Selain itu, food estate merupakan ujian keseriusan Jokowi pada sektor pertanian yang perlu didukung aksi nyata lain. Misalnya, menghubungkan anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) ke sektor pertanian. Semoga.

 

BERITA TERKAIT

Sinergitas Lintas Sektoral

Dalam upaya menjaga Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas), serta untuk menciptakan situasi dan kondisi di wilayah agar tetap dalam keadaan…

Optimalisasi Pangan

Harga pangan di sejumlah wilayah Indonesia mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir, terlebih menjelang Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri. Tidak…

Momentum Jalin Persatuan

Pasca pemilihan umum, bulan Ramadhan menyajikan momentum yang berharga bagi masyarakat untuk menyatukan diri. Meskipun perbedaan politik mungkin telah menimbulkan…

BERITA LAINNYA DI Editorial

Sinergitas Lintas Sektoral

Dalam upaya menjaga Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas), serta untuk menciptakan situasi dan kondisi di wilayah agar tetap dalam keadaan…

Optimalisasi Pangan

Harga pangan di sejumlah wilayah Indonesia mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir, terlebih menjelang Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri. Tidak…

Momentum Jalin Persatuan

Pasca pemilihan umum, bulan Ramadhan menyajikan momentum yang berharga bagi masyarakat untuk menyatukan diri. Meskipun perbedaan politik mungkin telah menimbulkan…