Gerdal OPT Langkah Mengamankan Produksi Bawang Merah

NERACA

Nganjuk - Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Kabupaten Nganjuk terus melakukan pendampingan kepada petani bawang merah guna mengendalikan serangan OPT melalui gerakan pengendalian (Gerdal) OPT.

Pasalnya, bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura strategis nasional yang rentan terserang Organisme OPT. Beberapa hama seperti ulat bawang (Spodoptera exigua) dan lalat pengorok daun (Liriomyza sp.) kerap dijumpai pada pertanaman bawang merah.

Gerdal dilaksanakan di lahan bawang merah seluas 78 hektare milik Kelompok Tani Beringin, Desa Banaran Kulon, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur. Hampir semua anggota kelompok tani hadir dan terlibat dalam kegiatan gerdal tersebut.

Gerdal OPT penting dilakukan secara berkala demi mengamankan produksi dari serangan hama dan penyakit. Pelaksanaan gerdal OPT tentunya perlu menggunakan bahan-bahan pengendali yang aman bagi kesehatan dan tidak mencemari lingkungan.

Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian (Kementan) Prihasto Setyanto mengngungkapkan, Gerdal OPT dewasa ini memang diarahkan ke strategi pengendalian yang ramah lingkungan. Selain itu, petani juga dituntun agar semakin terampil dalam membuat maupun mengaplikasikan bahan pengendali OPT tersebut pada pertanamannya.

"Kementerian Pertanian melalui Ditjen Hortikultura telah bersinergi dengan pemerintah daerah dalam mendampingi dan memfasilitasi kegiatan gerdal OPT, "jelas Prihasto.

Kortikab POPT Nganjuk, Sunawan, menambahkan bahwa gerdal OPT bawang merah bisa menekan intensitas serangan hama ulat bawang dan lalat pengorok daun, serta mampu mengurangi biaya usaha tani.

"Petani dapat menekan biaya usaha karena menggunakan bahan-bahan lokal yang murah dan mudah diperoleh untuk membuat likat kuning, pestisida nabati, dan bahan pengendali OPT lainnya," ujar sunawan.

Sedangkan Ketua Kelompok Tani Beringin, Sulih Suyanto, mengakui bahwa kegiatan Gerdal OPT mampu mengamankan produksi bawang merah di wilayahnya dari serangan hama penyakit. Adapun varietas bawang merah yang ditanam petani setempat adalah varietas "Thailand".

"Serangan hama jadi lebih terkendali sehingga produktivitas bawang merah kami tetap terjaga, yakni mencapai 14 ton/hektare," ujar Sulih.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Perlindungan Hortikultura, Kementan, Sri Wijayanti Yusuf menambahkan bahwa kegiatan gerdal perlu dilakukan secara berkesinambungan, dibarengi dengan budidaya tanaman sehat dan pemantauan berkala (monitoring). Tujuannya agar kelak tidak terjadi eksplosi serangan OPT hingga gagal panen.

"Gerdal OPT diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan kemandirian petani dalam melakukan pengamatan OPT, serta memahami strategi pengendaliannya secara ramah lingkungan," jelas Sri.

Disisi lain, terkait dengan bawang merah, sebelumnya Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus mendorong ekspor berbagai komoditas, termasuk pangan. Dalam hal ini bawang merah diekspor ke Malaysia.

Ekspor dilakukan melalui pelabuhan Belawan, Medan, Sumatra Utara sebanyak satu kontainer (20 ton) dari total lima kontainer (100 ton) yang akan dikirimkan ke Malaysia. Ekspor ini merupakan bentuk dukungan dari Kementerian Perdagangan terhadap para pelaku usaha untuk terus bertahan dan meningkatkan ekspornya di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia.

“Momentum pelepasan ekspor produk bernilai tambah ini sekaligus merupakan wujud konkret Pemerintah bersama para pelaku bisnis untuk terus berupaya menjaga neraca perdagangan. Diharapkan pelaku bisnis terus berinovasi menciptakan produk-produk bernilai tambah dan memanfaatkan peluang pasar yang ada, agar bisa bersaing di dalam maupun luar negeri,” kata Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto.

Sekedar catatan, sejak 2017, Indonesia berhasil meningkatkan produksi dan swasembada bawang merah sehingga tidak lagi mengimpor. Bahkan tren ekspor komoditas ini mengalami kenaikan rata-rata 39,38 persen selama periode 2015—2019. Hal ini menjadikan bawang merah sebagai salah satu komoditas unggulan dalam memperkuat neraca perdagangan Indonesia.

Sentra produksi bawang merah Indonesia tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Sebagian besar kontribusi nasional berada di pulau Jawa, seperti Jawa Tengah berkontribusi terhadap produksi nasional sebesar 30,49 persen, Jawa Timur (25,81 persen), Jawa Barat (10,98 persen); serta di Nusa Tenggara Barat (11,91 persen), Sumatra Barat (7,75 persen), Sulawesi Selatan (6,44 persen), dan Sumatra Utara (1,14 persen).

 

 

 

BERITA TERKAIT

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…