NERACA
Jakarta – Pendanaan lewat pasar obligasi masih menjadi pilihan perusahaan tercatat di bursa efek pada saat pandemi. Dimana sektor konstruksi dan keuangan paling mendominasi mandat pemeringkat surat utang korporasi yang diterima PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) hingga akhir September 2020. “Sektor] konstruksi ada rencana penerbitan Rp5,3 triliun terdiri dari lima perusahaan, tapi kami tidak bisa disclose siapa perusahaan yang akan melakukan emisi ini karena masih dalam proses,” ujar Kepala Divisi Pemeringkatan Korporasi Pefindo, Niken Indriarsih di Jakarta, kemarin.
Disampaikannya, Pefindo telah mengantongi mandat pemeringkatan surat utang korporasi yang mau diterbitkan senilai Rp38,96 triliun per 30 September 2020. Mandat tersebut berasal dari 31 perusahaan. (lihat tabel).Hingga akhir September 2020, jumlah penerbitan surat utang secara nasional tercatat senilai Rp69,37 triliun.
Penerbitan oleh perusahaan BUMN maupun non-BUMN terpantau berimbang. BUMN menerbitkan surat utang senilai total Rp34,64 triliun sedangkan perusahaan non-BUMN senilai Rp34,72 triliun. Berdasarkan sektornya, perusahaan multifinance paling banyak menerbitkan surat utang mencapai Rp10,85 triliun.
Berikutnya lembaga keuangan khusus menerbitkan surat utang senilai total Rp8,84 triliun dan perusahaan energi dan tenaga lsitrik senilai Rp8,54 triliun. Adapun, penerbitan surat utang pada periode Januari - September 2020 senilai Rp69,37 triliun lebih rendah 32,64 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp102,99 triliun.
Asal tahu saja, meski pasar obligasi korporasi ditemukan beberapa yang gagal bayar, tetapi tidak menyurutkan investor berinvestasi di pasar obligasi. Head of Wealth Management & Premier Banking Bank Commonwealth Ivan Jaya pernah mengatakan, dalam situasi seperti ini, reksadana dan pasar obligasi menjadi alternatif investasi yang relatif aman dan menguntungkan.
Dia menjelaskan, langkah yang bisa dilakukan investor untuk tetap berinvestasi adalah memastikan bahwa portfolio investasi telah terdiversifikasi dengan baik sesuai dengan profil risiko masing-masing. "Di tengah ketidakpastian yang tinggi, diversifkasi portofolio investasi dapat menurunkan risiko terhadap investasi," ujar Ivan.
Ivan menjelaskan, agar dapat berinvestasi dengan nyaman terutama saat pergerakan market bergerak secara volatile, untuk investor yang memiliki profil risiko balanced/berimbang, porsi diversifikasi investasi yang bijak untuk diterapkan adalah di kelas aset saham dan kelas aset pendapatan tetap/obligasi.
NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (17/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…
NERACA Jakarta – Perkuat struktur modal guna mendanai ekspansi bisnisnya, emiten produsen pakaian dalam PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY)…
NERACA Jakarta – Sepanjang libur Ramadan dan hari raya Idulfitr 1445 H, PT XL Axiata Tbk (EXC) atau XL Axiata…
NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (17/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…
NERACA Jakarta – Perkuat struktur modal guna mendanai ekspansi bisnisnya, emiten produsen pakaian dalam PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY)…
NERACA Jakarta – Sepanjang libur Ramadan dan hari raya Idulfitr 1445 H, PT XL Axiata Tbk (EXC) atau XL Axiata…