Pembangunan Patimban Mendorong Ekspor dan Industri Otomotif

NERACA

Jakarta - Pemerintah akan mempercepat penyelesaian pembangunan Pelabuhan Patimban di pantai utara Jawa Barat, sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN). Pertumbuhan ekspor dan industri otomotif di Jawa Barat diharapkan makin terdorong dengan adanya pelabuhan ini. 

“Pelabuhan Patimban memiliki nilai investasi sebesar Rp43,22 triliun dan kebutuhan lahannya seluas 369,5 Ha,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat memberikan keterangan pers usai rapat terbatas kabinet tentang Percepatan PSN Pelabuhan Patimban, secara daring. 

Airlangga pun menjelaskan tentang status konstruksi fisik dari proyek yang berlokasi di Subang, Jawa Barat ini. “Per minggu kedua September 2020, Dermaga dan Reklamasi telah selesai sebesar 81,98%, Breakwater dan Seawall selesai 55,62%, Access Bridge selesai 11,95%, dan Access Road selesai 98,27%. Sementara untuk pengadaan tanah, Access Road telah tuntas 99% dan Back up Area sebesar 79%,” jelas Airlangga. 

Airlangga juga menjelaskan, pelabuhan Patimban ditargetkan akan melaksanakan soft launching pada Kuartal IV tahun 2020 sehingga operator pelabuhan perlu ditetapkan secepatnya. 

“Presiden Jokowi menargetkan soft launching Pelabuhan Patimban ini bisa dilaksanakan karena seluruh konstruksi hampir selesai untuk Paket Pertama di Bulan November 2020. Paket keduanya ditargetkan di kuartal ke-4 tahun 2021 dan timeline akses keseluruhan akan beroperasi di tahun 2023,” terang Airlangga. 

Sehingga, Airlangga menerangkan, mengenai aksesibilitas menuju dan dari Pelabuhan Patimban, Pelabuhan Patimban saat ini hanya terhubung ke Jalur Pantura non-tol. Sementara Jalan Tol Akses Pelabuhan Patimban yang terhubung dengan Jalan Tol Cikampek-Palimanan telah masuk ke tahap penetapan trase. 

“Jalan yang akan selesai pertama adalah trase dari Pelabuhan Patimban ke jalan akses Pantura 8,2 km. Sedangkan yang berikutnya, trase yang sudah diputuskan dan akan dibuat akses dari Pelabuhan Patimban melanjutkan akses ke Tol Cipali yang diperkirakan akan memakan waktu 2 tahun,” terang Airlangga yang juga menjabat Ketua Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP). 

Selain itu, lanjut Airlangga, Presiden juga memberi arahan untuk melakukan sinergi pengembangan Kawasan Industri sepanjang koridor utara Jawa. 

“Kita ketahui bersama bahwa wilayah pusat pertumbuhan industri di Jawa ada wilayah pusat di Banten, terdiri dari Cilegon, Tangerang, dan Serang,” kata Airlangga. 

Kemudian, Airlangga menuturkan,  di Jawa Barat bagian Barat, yaitu Bogor, Bekasi, Karawang, Purwakarta, dan Subang. “Lalu wilayah pengembangan industri di Jawa Barat bagian timur itu kawasan baru Rebana, serta tempat Pelabuhan Patimban yaitu Cirebon, Indramayu, dan Majalengka,” tutur Airlangga. 

Adapun untuk wilayah Jawa Tengah, sambung Airlangga, ada Batang, Kendal, Semarang, dan Demak. Sementara di Jawa Timur ada Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, dan Bangkalan.

Seperti diketahui bahwa industri otomotif di tanah air menjadi salah satu sektor industri yang terdampak cukup besar akibat pandemi Covid-19. Hal ini membuat efek berantai yang kurang baik, mulai dari industri komponen sampai pada tenaga kerjanya karena ada produsen kendaraan yang mengurangi kegiatan produksinya.

Atas dasar itulah Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pun terus mendukung penguatan daya saing industri otomotif di dalam negeri melalui pendalaman struktur manufakturnya. Langkah strategis yang dijalankan, antara lain mendorong peningkatan investasi untuk menumbuhkan industri komponen kendaraan.

“Saat ini kita punya sekitar 700 industri komponen yang mendukung sektor otomotif. Jumlah tersebut perlu terus dipacu, namun yang terpenting saat ini kita harus optimalkan dari potensi yang ada untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.

Agus menegaskan, industri otomotif merupakan satu dari lima sektor manufaktur yang mendapat prioritas pengembangan, terutama dalam kesiapan memasuki era industri 4.0. Hal ini sesuai dengan implemensi peta jalan Making Indonesia 4.0.

“Selama ini industri otomotif memberikan kontribusi yang cukup signfikan bagi perekonomian nasional, termasuk berperan pada tumbuhnya indeks PMI manufaktur Indonesia,” ujar Agus.

Berdasarkan laporan yang dirilis oleh IHS Markit, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia mengalami kenaikan dari 49,3 pada bulan Januari ke posisi 51,9 di Februari 2020. Poin di atas 50 menandakan geliat industri dalam fase ekspansif.

Sementara itu, sumbangsih lainnya diperlihatkan dari capaian ekspor kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang menujukkan tren posistif. Pada tahun 2019, jumlah ekspor kendaraan Completely Build Up (CBU) tercatat 332 ribu unit atau naik 25,5% dari tahun sebelumnya.

 

 

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…