Produk Jamu di Masa Pandemi

Oleh: Agus Suparmanto

Menteri Perdagangan RI

Benar, saat ini industri jamu untuk selalu meningkatkan daya saing produk-produk jamu dan mendukung keberadaan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) jamu. Strategi ini krusial untuk mengembangkan produk-produk jamu bagi pasar luar negeri. Apalagi, pandemi Covid-19 turut mengubah perilaku konsumen menjadi lebih sadar kesehatan.

Artinya ini dapat mengubah momentum krisis menjadi lompatan kesempatan. Hal ini karena jamu adalah salah satu keunggulan lokal yang memiliki potensi besar di pasar domestik dan luar negeri. Apalagi disrupsi yang terjadi selama pandemi Covid-19 ini telah menggeser perilaku dan pola konsumsi masyarakat dunia ke arah yang semakin sadar kesehatan. Dengan demikian, potensi jamu di masa depan bisa lebih menjulang.

Dari sisi peningkatan akses pasar, baik pasar ekspor maupun dalam negeri, pelaku usaha jamu dapat menggencarkan pola distribusi omnichannel yang menggabungkan kekuatan saluran distribusi daring seperti marketplace, media sosial, dan situs web, dengan saluran distribusi luring yang konvensional.

Industri dalam negeri dapat mencontoh kejelian industri jamu dalam melihat peluang ekspor di tengah pandemi. Oleh karena itu, pemerintah mengapresiasi inisiatif pelaku jamu yang melihat peluang jamu di masa pandemi sebagai produk herbal asli Indonesia untuk diekspor ke mancanegara.

Sebab, harus diakui, peran pelaku amu itu akan membantu gerak ekonomi dan perdagangan Indonesia dan di saat yang bersamaan menjaga masyarakat tetap sehat melalui konsumsi jamu.

Sehingga dalam hal ini, industri jamu Indonesia mampu menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada. Industri jamu memiliki peran penting dalam perekonomian nasional dengan menyediakan lapangan kerja untuk tiga juta tenaga kerja, dan tahun lalu tumbuh 6 persen atau berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional.

Selain itu, dengan bahan baku yang kurang lebih 90 persen berasal dari dalam negeri, industri jamu akan memberikan multiplier effect yang signifikan dalam pertumbuhan perekonomian mulai dari sektor hulu hingga hilir.

Artinya, di tengah pandemi Covid-19, sejumlah sektor mampu bertahan dari pandemi. Misalnya industri kimia, farmasi, dan obat tradisional tumbuh 8,65 persen pada kuartal ke-2 tahun 2020 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu di sektor biofarmaka atau tanaman obat, nilai ekspor secara keseluruhan memang ikut terdampak pandemi. Pada periode Januari–Juli 2020, nilai ekspor produk biofarmaka adalah USD 5,69 juta.

Nilai ini turun 12,60 persen dari nilai ekspor pada periode yang sama tahun 2019 yang senilai USD 6,51 juta. Tetapi, peningkatan nilai ekspor di sejumlah kawasan tujuan ekspor memberi harapan untuk jenis produk biofarmaka.

Pada periode Januari–Juli 2020, nilai ekspor produk biofarmaka ke kawasan Timur Tengah justru meningkat sebesar 511,41 persen menjadi USD 38,82 ribu, meroket dari USD 6,35 ribu pada periode yang sama tahun 2019. Kenaikan ekspor juga terjadi ke Amerika Serikat yang naik 8,36 persen dan Eropa 5,26 persen pada periode yang sama.

Negara tujuan ekspor produk biofarmaka Indonesia pada periode Januari–Juli 2020 masih didominasi oleh India (52,83 persen), Singapura (7,82 persen), Jepang (6,25 persen), Vietnam (5,37 persen), dan Malaysia (4,98 persen). Pada 2019, Indonesia menempati urutan ke-18 negara pengekspor biofarmaka ke dunia dengan pangsa pasar sebesar 0,62 persen.

 

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…