Transaksi Saham di Solo Meningkat - Saham Murah Jadi Buruan Saat Pandemi

NERACA

Solo – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan saat ini investor makin pintar memanfaatkan peluang, termasuk penurunan harga saham yang terjadi di masa pandemi Covid-19,”Minat masyarakat Solo dan sekitarnya masih tinggi di tengah pandemi. Ketika Agustus kemarin pergerakan saham turun, di situ banyak orang yang memanfaatkanya sehingga transaksi meningkat," kata Kepala Bursa Efek Indonesia Jawa Tengah 2, M Wira Adibrata di Solo, kemarin.

Dia menuturkan, jika di bulan-bulan sebelumnya angka transaksi di kisaran Rp900 miliar-1 triliun/bulan, selama bulan Agustus mengalami kenaikan menjadi Rp2,4 triliun. Bahkan, di bulan tersebut juga ada penambahan sebanyak 753 investor baru. Menurut dia, banyak dari mereka yang melakukan aksi beli mengingat harga saham sejumlah perusahaan terkoreksi cukup dalam.

Meski demikian, disinggung mengenai penurunan harga saham yang bisa juga dikatakan sebagai indikator penurunan ekonomi, pihaknya mengatakan ada beberapa sektor perusahaan yang akan terdampak oleh pelemahan ekonomi akibat pandemi, namun ada beberapa yang masih kuat bertahan.”Terkait pertumbuhan ekonomi di Indonesia, di kuartal II kita minus 5,3 persen. Di September ini akan ketahuan kita akan masuk resesi atau tidak, kalau minus lagi maka kita akan masuk resesi. Meski banyak analis ekonomi yang menyatakan ada potensi kita ke sana," katanya.

Diakuinya pula, kondisi tersebut sejauh ini tidak terlalu berdampak pada indeks harga saham gabungan (IHSG). Sebagaimana diketahui, dikatakannya, saat ini IHSG berada di level 5.063.”Karena sebetulnya pertumbuhan ekonomi yang negatif ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di hampir seluruh Negara di dunia. Kecuali kalau hanya di Indonesia, artinya iklim investasi di Indonesia sedang tidak baik," katanya.

Sementara itu, jika benar Indonesia masuk pada resesi, Branch Manager Phintraco Sekuritas Solo Setiawan Efendy memperkirakan ada beberapa jenis saham yang akan tetap bertahan dan membukukan laporan keuangan yang positif.”Ada beberapa saham yang defensif atau tidak rentan pada isu-isu, salah satunya 'consumer good', seperti Indofood, Unilever, dan Mayora. Termasuk Telkom, meskipun krisis orang akan tetap pakai," tutur M Wira.

Dia mengatakan, hal tersebut berbeda dengan sektor lain seperti perbankan yang akan langsung terdampak oleh laporan inflasi serta beberapa perusahaan yang terdampak oleh nilai tukar mata uang.”Seperti misalnya perusahaan di sektor tambang atau yang butuh bahan baku dari luar, tentu akan terimbas oleh nilai tukar. Tetapi di sisi lain kita tetep butuh makan, bumbu masak, ini disediakan oleh perusahaan 'consumer good',"jelasnya. (ant/bani)

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…