Gapensi Lebak Apresiasi Produksi Pangan Tak Impor

NERACA

Lebak - Gabungan Pengusaha Seluruh Indonesia (Gapensi) Kabupaten Lebak, Banten mengapresiasi produksi pangan tidak mengimpor dari luar negeri.


"Kita berharap Pemerintah terus mengoptimalkan ketersediaan pangan, karena menjadikan cadangan strategis nasional di tengah pandemi COVID-19 itu," kata Ketua Gapensi Kabupaten Lebak Muhammad Nabil Jayabaya saat menyalurkan bantuan daging kurban di Lebak, Minggu (2/8).


Selama ini, persediaan pangan di Tanah Air melimpah dan petani di berbagai daerah memasuki musim panen, termasuk di Kabupaten Lebak. Para petani itu bekerja keras untuk memenuhi ketersediaan pangan melalui gerakan percepatan tanam.


Potensi pertanian di Indonesia sangat luar biasa dan tidak kalah dengan petani luar negeri, dan dibuktikan dengan swasembada pangan di tengah pandemi COVID-19.


Keberhasilan itu, kata dia, kebijakan dan regulasi Pemerintah cukup besar untuk sektor pertanian dengan membangun jaringan irigasi, menyalurkan bantuan sarana produksi (saprodi) dan sarana prasarana pertanian (sapras) kepada kelompok tani.


Selain itu juga merealisasikan pembangunan pencetakan sawah baru guna mendukung peningkatan produksi pangan. Karena itu, pihaknya meminta petani terus mengoptimalkan gerakan percepatan tanam untuk memenuhi ketersediaan pangan.


Berdasarkan laporan dari Direktur Utama (Dirut) Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) bahwa sejak tiga tahun terakhir ini tidak impor beras yang didatangkan dari Thailand dan Vietnam.


"Kami mengapresiasi produksi pangan di kita itu tidak impor dan terus meningkat produksi di tengah pandemi, sehingga persediaan beras melimpah dan surplus." katanya menjelaskan.


Dirut Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Budi Waseso belum lama ini menyatakan produksi pangan mampu memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia, dengan memiliki cadangan beras pemerintah (CBP) 1,452 juta ton.


Bulog sebagai perusahaan milik negara tentu bagian garda terdepan untuk mencintai produksi dalam negeri dengan menyerap gabah dan beras petani.


Selama ini, Indonesia membuktikan dalam tiga tahun berturut-turut mulai tahun 2018 sampai 2020 tidak mengimpor beras dari luar negeri. Bahkan, Perum Bulog telah membuktikan melakukan ekspor ke luar negeri dan sudah dilakukan pengemasan beras tersebut, namun terkendala adanya pandemi COVID-19.

Permintaan ekspor beras ke luar negeri tersebut sebanyak 100 ton/bulan dan akhirnya negara itu membatalkannya."Kami minta jajarannya agar terus menyerap gabah dan beras petani sebanyak-banyaknya dan tidak mendatangkan beras impor itu," kata Muhammad Nabil menjelaskan. Ant

 

 

 

BERITA TERKAIT

Keren! UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang sebagai Memory of the World Asia Pacific

NERACA Padang - Arsip Pabrik Indarung I PT Semen Padang dari tahun 1910-1972, resmi ditetapkan sebagai Memory of the World…

KemenKopUKM Gelar Rakor Jaring Masukan Untuk Kebijakan Pengembangan KUMKM

NERACA Biak Numfor, Papua - Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menyelenggarakan Rapat Koordinasi (Rakor) untuk menjaring masukan dalam upaya pengembangan…

Stafsus PUPR: Banyak Manfaat Ekonomi bagi RI dalam Ajang WWF ke-10

  NERACA BALI — Stafsus Kemen PUPR mengungkapkan banyak manfaat ekonomi bagi Indonesia salam ajang World Water Forum (WWF) ke-10…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

Keren! UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang sebagai Memory of the World Asia Pacific

NERACA Padang - Arsip Pabrik Indarung I PT Semen Padang dari tahun 1910-1972, resmi ditetapkan sebagai Memory of the World…

KemenKopUKM Gelar Rakor Jaring Masukan Untuk Kebijakan Pengembangan KUMKM

NERACA Biak Numfor, Papua - Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) menyelenggarakan Rapat Koordinasi (Rakor) untuk menjaring masukan dalam upaya pengembangan…

Stafsus PUPR: Banyak Manfaat Ekonomi bagi RI dalam Ajang WWF ke-10

  NERACA BALI — Stafsus Kemen PUPR mengungkapkan banyak manfaat ekonomi bagi Indonesia salam ajang World Water Forum (WWF) ke-10…