Bantuan KUR Tingkatkan Pendapatan Nelayan

NERACA

Biak - Pelaku usaha di sektor kelautan dan perikanan mulai merasakan manfaat program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Terlebih di tengah pandemi covid-19, dukungan modal dari pemerintah bisa menjadi pendorong agar kegiatan usaha mereka tetap bergerak atau bahkan meningkat.

Seperti yang dirasakan oleh 42 nelayan di Biak Numfor, Papua, yang telah menerima pencairan KUR sebesar Rp2,1 milyar dari BNI pada Mei 2020. Pencairan tersebut merupakan pilot project atau langkah awal yang dilakukan oleh BNI untuk para nelayan binaan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Biak bersama pemerintah daerah.

"Bantuan modal ini memberikan dorongan semangat bagi kami nelayan Biak,” kata Matius Rumbiak, salah satu nelayan penerima KUR.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Perikanan Biak Numfor, Effendi Igirisa mengungkapkan realisasi KUR kepada sejumlah nelayan menjadi salah satu keberhasilan program SKPT Biak. Melalui program tersebut, dia berharap masyarakat nelayan bisa semakin sejahtera. Terlebih dana KUR ini digunakan untuk pembelian kapal dan mesin berukuran 3 GT agar mereka mampu menangkap ikan sejauh 10 mil sekaligus meningkatkan hasil tangkapannya.

"Dengan kapal tersebut, nelayan bisa menangkap ikan hingga 100 kg persekali melaut," jelas Effendi.

Tak hanya itu, Effendi memastikan pihaknya terus mengawal dan mendampingi para nelayan dengan membuat model kemitraan antara penerima KUR, dengan Koperasi Karper dan Integrated Cold Storage (ICS), dimana hasil tangkapan ikan nelayan langsung disetorkan ke ICS di PPI Fandoi yang merupakan kawasan SKPT Biak. Selanjutnya, hasil penjualan disetor oleh manajerial ICS kepada pihak Bank. Sistem ini pun sudah berlangsung sejak Juni 2020 dan berhasil meringankan nelayan dalam membayar angsuran.

“Saya siap mendampingi dan mengawal nelayan untuk bisa memanfaatkan KUR secara bertanggung jawab,” terang Effendi.

Sementara itu, kepala Kampung Pasi di Kepulauan Padaido yang juga berprofesi sebagai nelayan, Simon Ishak Rumakew memaparkan pendapatan nelayan kini meningkat 3 kali lipat. Dari yang semula Rp1 juta, kini menjadi Rp3 juta persekali melaut setelah mengikuti model kemitraan dengan ICS dan merasakan bantuan modal KUR.

"Adanya program KUR ini menjadi berkah bagi masyarakat pesisir di Kepulauan Padaido," jelas Simon.

Seperti diketahui, hingga semester 1 2020, realisasi KUR untuk sektor perikanan mencapai Rp1,8 Triliun untuk 56.858 penerima.

Direktur Usaha dan Investasi PDSPKP, Catur Sarwanto memaparkan pemerintah memberikan perlakuan khusus bagi calon penerima KUR yang terdampak pandemi Covid-19.

Bentuk perlakuan khusus ini di antaranya relaksasi pemenuhan persyaratan administrasi dalam proses pengajuan KUR. Administrasi tersebut meliputi Nomor Induk Berusaha (NIB) atau surat keterangan usaha mikro dan kecil yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang dan/atau surat keterangan yang dipersamakan lainnya, NPWP, dokumen agunan tambahan, dan/atau dokumen administrasi lainnya.

 

Sebelumnya, KKP melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) juga terus melayani masyarakat untuk mengembangkan kapasitas dan potensi diri. Salah satunya dengan tetap menggelar berbagai kegiatan pelatihan secara daring (electronic learning) melalui platform e-Milea dan e-Jaring.

Pelatihan daring ini dilakukan untuk membangkitkan kembali ekonomi masyarakat yang sempat terdampak Covid-19, namun dengan cara yang tetap memperhatikan protokol kesehatan.

“Dalam situasi seperti ini, teknologi komunikasi dan informasi memegang peran utama, di mana masyarakat mulai beralih dari ekosistem konvensional kepada ekosistem digital,” jelas Kepala BRSDM Sjarief Widjaja.

Namun, Sjarief mengingatkan, peralihan ekosistem ini tak dapat dilakukan sertamerta tanpa penyesuaian. Ia berpendapat, di ekosistem konvensional, dalam memberikan pelatihan widyaiswara maupun instruktur dapat menggunakan aksentuasi dan tekanan intonasi maupun mengungkapkan persahabatan dan hubungan baik secara langsung.

Hal ini dapat memperkuat penyampaian pesan dan makna kepada audiens. Dengan demikian, melalui cara penyampaian yang luar biasa, materi yang sederhana pun dapat meninggalkan pesan yang kuat bagi audiens.

Sebaliknya, di ekosistem digital, kegiatan pelatihan yang dilakukan terbatas ruang dan waktu. “Kita tidak dapat bertemu langsung dengan audiens dan tidak dapat menatap layar dan terkena radiasi terlalu lama. Oleh karena itu, para pelatih harus memiliki strategi berbeda dalam penyampaian pesan,” tutur Sjarief.

 

BERITA TERKAIT

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Di Pameran Seafood Amerika, Potensi Perdagangan Capai USD58,47 Juta

NERACA Jakarta –Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berhasil membawa produk perikanan Indonesia bersinar di ajang Seafood Expo North America (SENA)…

Jelang HBKN, Jaga Stabilitas Harga dan Pasokan Bapok

NERACA Jakarta – Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam  menjaga stabilitas harga dan pasokan barang kebutuhan…

Sistem Keamanan Pangan Segar Daerah Dioptimalkan

NERACA Makassar – Badan Pangan Nasional/National Food Agency (Bapanas/NFA) telah menerbitkan Perbadan Nomor 12 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan…