Konsolidasi Nasional Menjaga Ketahanan Pangan

NERACA

Jakarta – Saat ini ketahanan pangan nasional, memiliki tantangan yang kuat. Utamanya pada masa pandemi ini. Menghadapi ancaman krisis pangan dunia akibat pandemi covid-19, melaksanakan program pertanian dibutuhkan kerjasama yang kuat dari pemerintah pusat dan daerah.

“Bisa kah ini hanya pemerintah pusat, hanya daerah saja? Tidak bisa. Pertanian membutuhkan kebersamanan. Semua memiliki harapan dan cita cita yang sama,” ungkap Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo.

Menurut Syahrul, tidak banyak orang yang tahu apa yang dilakukannya, tapi mempersiapkan bukan hal yang mudah. Banyak yang tidak paham dengan pemotongan anggaran. Namun tetap menciptakan ketersediaan pangan, itu salah satu yang harus dilakukan.

Sehingga dalam hal ini diharapkan dapat melahirkan target komoditas strategis nasional, dan dapat diturunkan hingga ketingkat provinsi dan kabupaten. Maka dalam hal ini pihaknya segera menyusun rencana kerja yang realistis, berdasarkan target yang telah ditetapkan.

Sementara itu, Ketua Komisi IV DPR-RI Sudin meminta pelaksanaan program pertanian berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah ditentukan, sebagai langkah percepatan pemulihan ekonomi, serta kesejahteraan petani pasca pandemi Covid-19.

“Saya berharap kepada Kementerian Pertanian agar perencanaan dan kegiatan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Karena untuk menjaga ketersediaan pangan, memberikan stimulus ekonomi kesejahteraan bagi petani” himbau Sudin kepada Kementerian Pertanian.

Tidak hanya Kementerian Pertanian saja yang melakukan ketahanan pangan. Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) pun ikut melakukan ketahanan pangan.

KemenkopUKM akan terus mendorong ekonomi kerakyatan terutama di sektor kelautan dan perikanan, dan juga ketahanan pangan seperti di Provinsi Papua Barat dan Papua.

"Selain pengembangan sagu sebagai komoditas utama dalam ketahanan pangan di Papua, saya berharap sagu yang merupakan aqua culture itu menarik untuk tetap terjaga," kata Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki

Sehingga dalam hal ini, kata Teten, jangan sampai menyingkirkan para petani dan para pengusaha kecil yang kebanyakan masyarakat lokal. Dan juga, jangan sampai terjadi pelepasan lahan dari masyarakat ke investor.

"Kami sekarang sedang berusaha disini untuk membicarakan bersama-sama antara Kementerian Koperasi dan UKM dengan para pelaku UKM di sektor komoditi tadi, yaitu di sektor agribisnis aqua culture untuk kita bawa di tempat FGD antar Kementerian," harap Teten.

Di samping itu, menurut Teten, jika ingin scalling up atas ekonomi masyarakat Papua, harus dipikirkan juga adalah pengolahan dan pasarnya. "Jangan sampai mereka kemudian terbebani lagi atau perekonomiannya tidak berkembang, karena marketnya tidak kita kembangkan juga", tandas Teten.

Begitu juga dengan potensi ekonomi dari rumput laut di Raja Ampat. Karena, disana memiliki beberapa kawasan memiliki daerah Karang Cincin yang luas.

Sementara itu, pendiri KSU Tunas Sairei Sorong Charles Tawaru menjelaskan, tingginya kualitas produk Rumput Laut disana karena pasang surut air laut terbilang stabil dan tidak pernah kering. Jadi, kawasan Papua amat cocok untuk menanam rumput laut. "Kita pernah ikut pameran dan menjadi juara, karena rumput lautnya sehat dan memiliki kualitas yang bagus," ungkap Charles.

Menurut Charles, fokus di beberapa wilayah seperti Raja Ampat dan beberapa kabupaten lainnya adalah mendorong pengembangan koperasi dengan komoditi-komoditi unggulan di wilayahnya masing-masing. Selain sagu, perikanan, dan kelautan, akan dikembangkan juga sektor Ekowisata. 

"Kebetulan, di wilayah Teluk Cendrawasih ini ada beragam jenis anggrek, itu tempat dimana ditemukannya anggrek hitam, salah satu yang menjadi endemik Papua sempat ikut juara dan juara juga di tingkat nasional," papar Charles.

Selain itu, lanjut Charles, Papua juga memiliki potensi ikan segar seperti kerapu, ikan asin, dan sebagainya, yang dipasarkan hingga ke Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. "Bahkan, ada kelompok di pesisir di Raja Ampat ada yang memproduksi cumi kering," ucap Charles.

Meski begitu, Charles mengakui, pemasaran komoditas kelautan dan perikanan di Papua masih menghadapi kendala. Diantaranya, antar wilayah yang berjauhan dan kendala di sektor transportasi. 

Sehingga dalam hal ini, peran Koperasi Serba Usaha (KSU) Tunas Sairei Sorong dalam mensuplai kebutuhan ikan segar hingga ke daerah pedalaman dan juga wilayah Nabire. Dimana ikan di daerah-daerah itu sangat jarang ikannya karena pengaruh cuaca laut dan angin. Dan ketika sampai di kota, harga ikan terbilang mahal.

"Kita juga sedang berpikir, bagaimana selain ikan segar dan ikan asin, kita mau bikin ikan asap seperti tuna atau cakalang. Rencana itu tinggal dibangun wadahny saja", papar Charles.

BERITA TERKAIT

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…

BERITA LAINNYA DI Perdagangan

Konsumen Cerdas Cipakan Pasar yang Adil

NERACA Jakarta – konsumen yang cerdas dapat berperan aktif dalam menciptakan pasar yang adil, transparan, dan berkelanjutan. Konsumen perlu meluangkan…

Sistem TI Pantau Pemanfaatan Kuota BBL

NERACA Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap menyiapkan sistem informasi pemantauan elektronik untuk mengawal…

UMKM Pilar Ekonomi Indonesia

NERACA Surabaya – Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan pilar ekonomi Indonesia. Pemerintah akan terus memfasilitasi kemajuan UMKM dengan…