NERACA
Jakarta - Tingkat profitabilitas perbankan terus menurun selama 5 tahun terkahir karena margin dari penyaluran kredit yang lemah, ditambah masih tingginya rasio kredit bermasalah. Hal itu seperti diutarakan oleh Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah Halim dalam seminar nasional yang digagas INDEF di Jakarta, Rabu (22/11).
Ia menyebutkan salah satu penyebab margin bunga yang lemah adalah tren terus menurunnya bunga kredit. Hal itu, ujar Halim, membuat perbankan harus berpikir keras untuk menghasilkan laba yang tinggi. Selain itu, Halim juga menyoroti kualitas kredit yang belum pulih. Ironisnya, kebijakan relaksasi restrukturisasi kredit diubah oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), padahal rasio risiko kredit (credit at risk) masih tinggi.
"Profitabilitas bank itu cenderung menurun. Rasio kredit bermasalah juga tinggi, kemudian ada regulasi ketat dari OJK dan Bank Indonesia," ujarnya. Menurunnya profitabilitas perbankan, digambarkan Halim, melalui penurunan tingkat keuntungan dari aset (return on assets/ROA) perbankan dalam 3 tahun terakhir.
Misalnya, untuk Bank beraset besar atau Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) IV, perolehan ROA pada bulan Desember 2017 mencapai empat persen, kemudian menurun ke rentang 2,5 s.d. 3 persen pada bulan Desember 2016, dan stagnan di kisaran 3 persen pada bulan September 2017. "Dari data saya, selain pelemahan kredit, ya, juga sudah terlihat dari 2011. ROA terus menurun. Sekarang sulit untuk keseluruhan melebihi 3 persen," ujarnya.
Halim juga menyoroti pertumbuhan kredit yang terus melambat. Pada bulan September 2017, kredit tumbuh 7,9 persen, atau menurun dibanding Agustus 2017 yang sebesar 8,4 persen. Penyebab lainnya profitabilitas bank terus menurun, lanjut Halim, adalah kompetisi perbankan yang semakin ketat, ditambah masuknya pemain-pemain di sektor jasa keuangan, seperti industri teknologi finansial (Tekfin/Fintech).
Halim yang juga mantan Deputi Gubernur BI meyakini perbankan ke depan akan lebih selektif dalam ekspansi bisnis karena masih menuntaskan konsolidasi bisnis. Perbankan juga harus mengubah strategi bisnis karena pola konsumsi masyarakat sudah berubah.
Disisi lain, rasio profitabilitas atau return on assets (RoA) perbankan mulai naik. Ini lantaran laba bersih perbankan meningkat pesat di kinerja kuartal III 2017. Kualitas kredit yang makin membaik juga mengangkat profitabilitas. Dari tujuh bank papan atas, tercatat rata-rata RoA mencapai 2,58% per September 2017. Angka ini naik 7 basis poin dibandingkan posisi 2,51% di September 2016. Tujuh bank ini yakni Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Central Asia (BCA), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Panin, Bank Tabungan Negara (BTN) dan Bank OCBC NISP.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, rasio profitabilitas bank yang membaik karena penurunan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN). "Hal ini seiring dengan NPL tahun 2017 lebih baik dibandingkan 2016," kata Jahja. Saat ini, BCA memiliki rasio RoA sebesar 3,83% per September 2017.
Senada, Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta menuturkan, perbaikan RoA disebabkan karena kenaikan laba bank. "Laba ini didorong kenaikan pendapatan bunga dan kenaikan fee based income," terangnya. Selain itu, proses recovery kredit yang sudah melandai juga menyumbang kenaikan RoA perbankan di tahun ini. Bank berlogo 46 ini menargetkan rasio RoA akan naik di akhir tahun 2017. Saat ini, posisi RoA BNI sebesar 2,80% per September 2017.
Direktur Keuangan dan Tresuri BTN Iman Nugroho Soeko menyampaikan, pihaknya menargetkan rasio RoA berkisar pada level 1,6% -1,8% di akhir tahun ini. Bank jagoan kredit properti ini mencatat rasio RoA sebesar 1,56% di September 2017. "Untuk meningkatkan rasio profitabilitas kami berusaha menjaga rasio margin bunga bersih (NIM)." kata Iman.
Seirama dengan bank lain. PT Bank OCBC NISP Tbk memproyeksikan rasio profitabilitas perbankan akan membaik di tahun ini. Pasalnya, bank berhasil menjaga efisiensi. Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja menuturkan, rasio profitabilitas antara lain dipengaruhi oleh laba yang diperoleh. "Membaiknya, RoA industri bank September 2017 disebabkan oleh peningkatan efisiensi bank," terangnya.
NERACA Jakarta – PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re optimis dapat membukukan kinerja positif pada tahun depan…
NERACA Jakarta – Senior Executive Vice President (SEVP) Ultra Mikro BRI M Candra Utama meyakini momentum Natal 2024 dan Tahun…
NERACA Jakarta – PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (SMI), special mission vehicle Kementerian Keuangan dalam pembiayaan pembangunan, menyalurkan 23,3 juta dolar AS…
NERACA Jakarta – PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re optimis dapat membukukan kinerja positif pada tahun depan…
NERACA Jakarta – Senior Executive Vice President (SEVP) Ultra Mikro BRI M Candra Utama meyakini momentum Natal 2024 dan Tahun…
NERACA Jakarta – PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (SMI), special mission vehicle Kementerian Keuangan dalam pembiayaan pembangunan, menyalurkan 23,3 juta dolar AS…