Investasi Kilang Senoro Dinilai Terlalu Mahal

NERACA

Jakarta - Investasi pengembangan kilang gas alam cair Senoro di Sulawesi Tengah (Sulteng) sebesar US$ 2,8 miliar dinilai terlalu mahal. Alasannya, angka investasi tersebut naik 270% dibandingkan penetapan harga awal Pertamina sebesar US$ 750 miliar.

“Adanya kenaikan kebutuhan pendanaan dalam pengembangan kilang gas biasanya normal dan biasa, apalagi dengan kondisi harga minyak dunia yang terus naik. Namun, kenaikan dari US$ 750 miliar saat ‘Beauty Contest’ sampai sekarang jadi US$ 2,8 miliar dolar sudah sangat tidak wajar,” kata Pengamat Perminyakan Kurtubi di Jakarta, Rabu.

Dia memandang, kenaikan yang wajar itu hanya 10% sesuai tingkat inflasi dan kenaikan harga minyak dunia sekarang, karena pelaksanaan Beauty Contest oleh Pertamina belum lama terjadi.

Kejanggalan proyek itu, tegas Kurtubi, bukan hanya soal nilai investasi tetapi juga soal pasaran gas yang sebagian besar untuk ekspor. Apalagi ada Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang telah membuktikan adanya persekongkolan oleh Mitsubishi Corporation dengan PT Pertamina, Medco Energi International dan anak usahanya Medco E & P Tomori Sulawesi.

“Gas dari lapangan Donggi-Senoro dijual ke konsorsium Mistubisi, di saat negeri ini membutuhkan gas baik untuk PLN maupun konversi premium ke BBG bagi transportasi dalam negeri,” katanya.

Kurtubi melihat, tidak cukup hanya melaksanakan keputusan KPPU yang mendenda Rp31 miliar bagi pelaku persekongkolan itu tetapi proyek tersebut harus direstrukturisasi ulang, dengan penjualan gas 100% untuk dalam negeri.

“Industri dalam negeri siap menyerap seluruh hasil gas itu. PLN akan senang dapat gas dari pada memakai BBM dan PLN sudah mempunyai pembangkit bertenaga gas,” tandasnya.

Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan Pertamina, Harry Karyuliarto menyatakan bahwa investasi kilang sebesar US$ 2,8 miliar tidak terlalu mahal karena investasi industri migas sangat tergantung pada harga minyak dunia.

Harry mengaku, saat seleksi mencari mitra untuk proyek hilir Senoro, penetapan harga awal yang diajukan US$ 700 miliar itu berasal dari Pertamina dan Medco.

Proyek pengembangan gas Senoro terdiri atas pembangunan kilang senilai US$ 2,8 miliar yang dilakukan PT Donggi-Senoro LNG (DS LNG), pengeboran di Blok Senoro-Toili US$ 600 juta, dan Blok Matindok US$ 275 juta.

Sementara kepemilikan saham PT DS LNG adalah Sulawesi LNG Development Limited 59,9% saham, PT Pertamina Hulu Energi 29%, dan PT Medco LNG Indonesia 11,1%. Kam

 

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…